Jembatan Witte Singel penghubung UB (Univ Bibliothek) dan KITLV spt yang ditunjuk Vikra
Vikra Vinda Ketagihan KITLV
Senin, 26 Maret 07
Pulang sekolah janjian di LAK teater dekat Universiteit Biblioteek Leiden. Vinda dengan jaket pinknya sudah tidak sabar menunggu bahkan nyusul ibunya di kantor ISIM sambil menyusur Doelen Steeg. Sambil nunggu Vikra pulang dari sekolah, kami berdua melihat-lihat buku cerita untuk anak di KITLV.
Perpustakaan ini mengoleksi berbagai naskah,buku,foro,video,microfis/film, dll dari
berbagai negara teritama Asia, Amerika latin atau negara dunia ketiga. Banyak orang Indonesia datang ke Perpustakaan ini untuk mengkaji dokumen tua Indonesia yang dibawa/terbawa ke Belanda baik pada masa kolonial atau yang didokumentasi saat ini.
Dulu kalau lagi jenuh dengan thesis, suka sekali buka koran-koran tua macam Soenting melaju, Poetri Hindia, dll, terbitan mula-mula nasionalism tumbuh. Kompas jaman dulu juga lucu, isinya gambar Soeharto dan pastor-pastor. Di KITLV juga banyak kita dapati
foto-foto, misalnya ada foto Wonogiri th 19an, wedana A datang ke Praci..atau perempuan deso Slogoimo lagi menyiangi pandan untuk bikin tikar.
Kemarin Vikra Vinda ngajak Rugun dan Ahimsa melihat tulisan asli Kartini. Surat asli tersebut ditulis dengan tulisan tangan latin yang rapi, pakai bahasa Belanda, pakai kertas unik agak kekuning-kuningan karena tua. Masing-masing surat tersimpan rapi dalam
map kuning dan terkumpul menjadi satu bundel besar setebal 15 cm barangkali. Tetapi kemarin, kami diberi kesempatan melihat 5 buah suratnya yang tertulis dari Jepara kalau tidak salah bulan Agustus 1900, ada juga yang ditulis dari Buitnzorg/Bogor.
Di sana ada juga kartu nama kartini Roekmini dan Kardinah saudara-saudaranya. Wah..hebat pada tahun-tahun itu mereka sudah punya kartu nama, itu artinya tidak lama setelah ada mesin cetak. hanya keluarga ningrat barangkali yang bisa mencetak kartu nama. Kalau surat
itu ditulis th 1900, artinya 4 tahun sebelum Kartini wafat. Dia lahir th 1874-1904. Artinya anak gadis usia 21 tahun, yang saat ini sibuk mejeng di Mall, pada masa itu dengan pendidikan SD saja dia sudah menulis kritis tentang berbagai hal. Surat-surat itu ditulis untuk ROsa Abendanon istri Abendanon menteri pendidikan, Kebudayaan dan Kerajinan Belanda.
Abendanon inilah yang akhirnya menerbitkan karyanya pada th 1911 :Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap terbitlah Terang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Dia juga aktif berkorespondensi dengan Zehandelaar, seorang sosialis Belanda yang memperkenalkan ide-ide feminisme. makanya dia sedih dengan polygami, pemingitan perempuan, keterbelakangan pendidikan perempuan. wah asik sekali bisa lihat surat
asli Kartini. Dulu ibu merinding pertama kali buka surat yang ditulis 107 tahun lalu.
Habis lihat surat Kartini, Vinda Vikra meminjam buku-buku KITLV, ada komik, novel dan buku cerita lain. Vinda ketagihan. Hari ini ngajak lagi ke KITLV. Josephin dan Rini petugas setia KITLV kenalan sama Vikra Vinda, mereka ngobrol dan bahkan sempat ngasih
tahu koleksi apa saja yang mungkin dibaca anak, pas kita baru datang.
Seru ya..
Senin, 26 Maret 07
Pulang sekolah janjian di LAK teater dekat Universiteit Biblioteek Leiden. Vinda dengan jaket pinknya sudah tidak sabar menunggu bahkan nyusul ibunya di kantor ISIM sambil menyusur Doelen Steeg. Sambil nunggu Vikra pulang dari sekolah, kami berdua melihat-lihat buku cerita untuk anak di KITLV.
Perpustakaan ini mengoleksi berbagai naskah,buku,foro,video,microfis/film, dll dari
berbagai negara teritama Asia, Amerika latin atau negara dunia ketiga. Banyak orang Indonesia datang ke Perpustakaan ini untuk mengkaji dokumen tua Indonesia yang dibawa/terbawa ke Belanda baik pada masa kolonial atau yang didokumentasi saat ini.
Dulu kalau lagi jenuh dengan thesis, suka sekali buka koran-koran tua macam Soenting melaju, Poetri Hindia, dll, terbitan mula-mula nasionalism tumbuh. Kompas jaman dulu juga lucu, isinya gambar Soeharto dan pastor-pastor. Di KITLV juga banyak kita dapati
foto-foto, misalnya ada foto Wonogiri th 19an, wedana A datang ke Praci..atau perempuan deso Slogoimo lagi menyiangi pandan untuk bikin tikar.
Kemarin Vikra Vinda ngajak Rugun dan Ahimsa melihat tulisan asli Kartini. Surat asli tersebut ditulis dengan tulisan tangan latin yang rapi, pakai bahasa Belanda, pakai kertas unik agak kekuning-kuningan karena tua. Masing-masing surat tersimpan rapi dalam
map kuning dan terkumpul menjadi satu bundel besar setebal 15 cm barangkali. Tetapi kemarin, kami diberi kesempatan melihat 5 buah suratnya yang tertulis dari Jepara kalau tidak salah bulan Agustus 1900, ada juga yang ditulis dari Buitnzorg/Bogor.
Di sana ada juga kartu nama kartini Roekmini dan Kardinah saudara-saudaranya. Wah..hebat pada tahun-tahun itu mereka sudah punya kartu nama, itu artinya tidak lama setelah ada mesin cetak. hanya keluarga ningrat barangkali yang bisa mencetak kartu nama. Kalau surat
itu ditulis th 1900, artinya 4 tahun sebelum Kartini wafat. Dia lahir th 1874-1904. Artinya anak gadis usia 21 tahun, yang saat ini sibuk mejeng di Mall, pada masa itu dengan pendidikan SD saja dia sudah menulis kritis tentang berbagai hal. Surat-surat itu ditulis untuk ROsa Abendanon istri Abendanon menteri pendidikan, Kebudayaan dan Kerajinan Belanda.
Abendanon inilah yang akhirnya menerbitkan karyanya pada th 1911 :Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap terbitlah Terang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Dia juga aktif berkorespondensi dengan Zehandelaar, seorang sosialis Belanda yang memperkenalkan ide-ide feminisme. makanya dia sedih dengan polygami, pemingitan perempuan, keterbelakangan pendidikan perempuan. wah asik sekali bisa lihat surat
asli Kartini. Dulu ibu merinding pertama kali buka surat yang ditulis 107 tahun lalu.
Habis lihat surat Kartini, Vinda Vikra meminjam buku-buku KITLV, ada komik, novel dan buku cerita lain. Vinda ketagihan. Hari ini ngajak lagi ke KITLV. Josephin dan Rini petugas setia KITLV kenalan sama Vikra Vinda, mereka ngobrol dan bahkan sempat ngasih
tahu koleksi apa saja yang mungkin dibaca anak, pas kita baru datang.
Seru ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar