Cordoba oh Cordoba

Ziarah ke Reruntuhan Islam Andalusia

25 April 2007

Kami masuk hari ke empat dari rangkaian trip ini. Hari ini Rabu, 25 April 2007. Dari hostel Ole jam 8 kami naik bus ke station Mendez Alvaro Madrid . Kami hanya bisa beberapa bahasa Spanyol, Gratias, denada, dll. Orang-orang Spanyol hanya sedikit sekali bahasa Inggris. Supir taksi yang kami naiki juga tidak bisa bahasa Inggris sama sekali. Padahal kami mau minta dia puter-puter lihat tempat-tempat penting. Dia tunjuki beberapa tempat penting seperti bibliotek, istana, taman nasional, jalan menuju Plaza Mayor, tapi entah apa yang dia jelasin. Yang jelas dia teriak Mendez Alvaro berkali-kali, kami saling mentertawakan kefrustasian komunikasi kami sambil ikut teriak Mendez Alvaro nama terminal bus luar kota. Kebayang kan, seluruh penghuni taksi teriak “kampong Rambutan, Kampung Rambutan”berkali-kali sambil bingung mau apa. Tapi ayah sibuk nyuting suasana kota.

Sampai di Mendez Alvaro kami naik bus ke Cordoba Andalusia sekitar 3,30. Kami hampir tertinggal karena jarak waktu beli tiket dan cari peronnya Cuma 5 menit, mana sempat salah masuk arena kereta pula….kami sampai nyegat sambil melambai-lambai tangan ke supir bus 1 maksa biar bisa naik. Vikra sempat protes dengan kenekadan itu. Supir busnya agak marah, dengan nunjuk-nunjuk kepala, karena memang bus disana sangat disiplin tepat waktu. Kami jelasin situasinya, entah dia faham atau enggak. Sampai di Terminal Cèsar Portela Fernandez Cordoba jam 2 siang. Terminal ini cukup bagus berhadapan dengan stasiun kereta Plaza de las Tres Culturas. Di area naik turun bus luar kota terminal ini berbentuk melingkar, dan area ini dulu bekas masjid dan reruntuhan sejarah Roman. Ayah sempat membaca sejarah ini disalah satu planknya. Kami makan siang dulu di restorannya, kami nggak bisa bahasa spanyol, jadi kami pesan seperti yang kami lihat orang lain pesan, ada ayam di opor dengan kentang goreng. Jadi kami pesan persis seperti itu.

Disepanjang perjalanan dari Madrid ke Cordoba kami lihat pemandangan menarik, pohon olive zaitun menghampar indah. Ada juga bukit-bukit batu berbilah-bilah seperto bongkahan buku-buku tak beraturan. Rada ingat sedikit suasana menuju Pensylvania, tapi warna batu disini bukan merah tapi hitam. Sesekali kami lihat istana-istana tua atau kubah masjid yang bertebaran jauh yang barangkali sisa peninggalan Islam.

Yunich1@yahoo.com

Tidak ada komentar: