Rabu, 15 Rebruari 2007.
Vinda pulang sekolah lebih awal, nemenin Ibunya 2 jam di ISIM, karena diruangan baru cuma sendirian, deket toilet, ada jendela menghadap ke taman, dan ke arah jam 11 bisa lihat taman belakang yang klasikn milik Snouck Hurgrunje. Karena rumah di Rapenburg 61 persis disamping kantor ISIM no 59.
Vinda mengisi waktu dengan menghitung koin yang barusan dirayu dari ibunya, terus maen nasi kuining abon bekal tadi pagi yang belum sempat dia maem, mimik coklat hangat dari mesin yang barusan diambil dari dapur dibawah.
Dia nelp Febi, seru kelihatannya, ngrumpiin temennya yang jadian sama ini atau itu, trus sms memastikan soal temennye tadi, habis itu telp ayahnya dengan ceriwis.
Jam 2 keluar cari kado untuk anaknya Sumi yang ngundang ultah, tapi dijalan ketemu ada parade drumb band orang Afrika yang habis graduation. Asik, tapi cuma sebentar. cari kado di Universitas yang deket aja karena belum ada sepeda. Vinda sempet nggerundel karena maunya nyari di centrum yang asik-asik. Tapi pas dicari dapet jam+frame dan radio kecil.
Vikra sudah nunggu di Habit cafe untuk janjian disamper, karena tempat Sumi di De Ruijters 4, dekat dengan sekolah Vikra. Agak rintik dikit, makanya Vikra dah disaranin masuk kafe dan minum cola, tapi pilih nunggu diluar. Rupanya boncengin Vinda bikin ngos-ngosan juga (pinjam sepeda Lis), jadi tukeran, Vikra yang boncengin raisa, Lis boncengin Vinda. Tapi entah karena sepeda Lis yang kurang stabil, atau karena Vikra cenderung aneh-aneh kalau bersepeda, jadi Raisa jatuh. Nangis kenceng, tapi moga-moga gak apa-apa.
Di rumah Sumi hingar bingar, pestanya orang Indonesia yang kawin sama orang Belanda, anaknya Indo lucu-lucu. Yang ultah namanya Faruna 5 tahun. Disana langsung maem lele goreng, tempe tahu, sambel tomat terasi lalap selada, ada juga empek-empek. langsung tancap.
Habis itu Vikra Vinda mulai ngobrol sama sebagian ibu-ibu di situ. Yang datang ada mbak Eva (orang Surabaya, mantan karyawati Hotel, punya anak Indo Dita, dididik sangat Islamy, suaminya jadi Muslim dan mbak Eva juga cerita lucu bahwa suaminya juga disunat, bentar lagi ngundang ultah). Ada mbak Sri (perempuan Jawa yg cantik, katanya dulu mantan penjual Jamu, katanya, bahasa Jawanya lebih lancar ketimbang bahasa Indonesianya, katanya menikah dengan orang Belanda yg sudah lanjut usia, yang jelas sekarang mbak Sri kelihatan lebih cantik dan fasih bahasa Belanda).
Ada Weni (orang Malang, kuliah di managemen, sekarang kerja di Rumah sakit, punya anak 3 yang 2 dari suami orang Belanda, awal hidup di Belanda sempat samen wonen dg suami dia yang sekarang, anaknya pinter sering juara dan ibunya bangga anaknya yang indo gak kalah prestasinya sama orang Belanda). Nelli (orang Karo, mantan penyanyi, suami polisi belanda, punya anak Karindo, katanya dulu sempat shock awal-awal di Belanda karena dia cukup mapan secara ekonomis waktu di Indonesia, sangat cinta emaknya yang sering diundang ke Belanda). Ada Sandra (orang Surabaya, punya anak 2, dulu kuliah di komunikasi, sekarang kerja di sparepart komputer, gak punya SIM tapi pemberani dan nekad mau ngajak Viva jalan-jalan kapan-kapan). Ada Febi, orang Kupang lahir Jakarta. Ada Ratna, dan student lain macam Emil dan Liana. Sumi pemilik rumah aslinya orang Purwodadi, dulu ketemu Very yang lagi riset hutan di Kalimantan.
Vikra sempet ngobrol sama mbak Eva yang ngomong gue elu, juga ama Nelly yang cerita soal tatib lalu lintas: denda 35 euro gak pakai lampu sepeda belakang/depan dan 70 euro untuk keduanya, denda parkir lupa bayar walaupun semenit, denda terlambat bayar tagihan giro
kedokter gigi 18 euro jadi 68 euro karena 3 kali peringatan di abaikan. Vikra Vinda dapat info nih jadinya.
Malam pulang ke rumah termasuk Lis dan Raisa. Vikra dan Om Suryadi yang baru plg dari kampus betulin sepeda, pinjam peralatan punya tante Acha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar