Menikmati Flamenco di Malaga, Spanyol


"Mengejang, Menghentak, Meregang..Penuh Energi!"

Malaga Spanyol, Kamis 26 April 2007

Jam 4 sore setelah keliling istana AlHamra Granada, kami langsung ke stasiun bus menuju kota Malaga. Jarak tempuh dari Granada Malaga sekitar 1,30 menit.

Kami agak tenang karena kami sudah reserve hotel di Malaga. Malaga kota turistik, orang Eropa banyak nyerbu kota centil ini, banyak bunga digantung sendiri-sendiri di dinding dengan aneka warna, banyak gang kecil digelitikin dengan prentil-prentil kembang, air mancur di wadah kolam melingkar jadi kayak ngajakbercanda di setiap perempatan.

Pantainya asik. Banyak kafe tepi pantai dan atraksi kotanya juga banyak. Ada adu banteng matador, ada tari flamenco, ada konser-konser musik. Belum lagi hiburan pantainya. Ada seaworld, kebun binatang dan konservasi alam. Malaga termasuk kota pelesir paling ramai dibanding Granada dan Cordoba. Kedua kota ini lebih dikenal sebagai kota sejarah.

Kami sampai di hotel Tarik, di Paseo Maritimo 49 Torremolinios 29620, telpnya+34952382300. Kami reserve hotel ini dari internet dibantu tante Erry. Hotelnya asik banget, persis dibibir pantai Malaga, bangunannya unik rada mediteranian, banyak mosaic khas istana Alhamra. Kamarnya cukup cozy persis menghadap kolam renang.

Kami langsung renang, air agak dingin tapi seru juga renang bertiga. Ayahnya asik nyuting kami dan yang pasti, ngrokok.

Malam dikit kami melanjutkan lagi searching hotel Florence dan cari makan di restoran sebelah sambil nunggu nonton flamenco dance jam 10 malam. Kami cek apakah flamenco ini bisa untuk anak-anak tidak? Rupanya multi usia. Harga tiketnya lumayan, satu orang 25 euro. Tapi ini penting untuk mengajak anak nglihat kekayaan budaya Spanyol. Apalagi ini dance terbaik di Malaga.

“Biarin, belum tentu seumur hidup sekali,” kata misua.

Kami naik taxi ke Pepe Lopez tempat pertunjukan Flamenco. Gedungnya muat untuk 250 orang, persis di lantai bawah. Bangunan pub ini juga cantik dengan gaya warna-warna terang spanyol selatan, tapi redup oleh cahaya-cahaya klasik yang dibikin dari panci-panci tembaga tua.

Vindasempat berbisik..”Bu, lihat lampunya, unik ya”.

Vinda juga bisikin lagi: “Bu,Vinda suka, akhirnya ada anak kecil yang lainjuga disini”.

Vikra sibuk makan, rupanya tapaz yang kami makan di restoran sebelah hotel tadi tidak cukup mengenyangkan dia.

Persis jam 10 malam, gedung pub mati sebagai tanda pertunjukan mulai. Tidak ada pembawa acara yang ngumbar kata-kata untuk menghabiskan waktu. Kami lihat 8 dancernya berjingkat naik panggung dalam kegelapan. Begitu lampu nyala, para penari dengan baju polkadot warna-warni sudah mematung di atas panggung.

Bajunya attraktif sekali dengan rumbai di bawah yang heboh begitu digoyang. Penari sabar berdiam, lantunan vocal pesinden/penyanyi dengan cengkok Spanyol memulai nadanya seakan ngucapin salam. Pelan –pelan gitar berdenting, begitu nada menghentak seru, penari seperti diberi aba-aba, langsung unjuk kebolehan mereka.

Enam penari perempuan dan 2 laki-laki ini sangat piawai menghentak-hentak sepatu mereka yang sangat popular dengan istilah step dance. Flamenco juga sarat tepukan tangan dan gocekan alat musik jari yang diadu (lupa namanya).

Penari perempuannya sangat estetis, persis seperti gaya dandan pramugari Singapore airlines, yang mengingat rambutnya rapi pepat dengan sanggul simple, untuk mengkontraskan leher jenjang mereka agar dongakan dagu tirus saat menari flamenconya menjadi jelas.

Puluhan kali mereka berganti kostum dan aksesoris, dari kostum pakaian mirip pakaian China Melayu dengan kebaya dan bawahan remple, baju hitam celana hitam dengan topi, baju seksi dengan shawl matador warna kontras, baju balet genit juga nggak ketinggalan.

Penarinya cantik-cantik, tapi penari flamenco yang kata Vinda senior ada satu, wajahnya biasa, tapi gerakannya bertenaga sekali. Dia menari tunggal, dengan musik balada dia mengejang, menghentak, meregang dan memutar dengan penuh energi. Punggung terbukanya sengaja jadi etalasi otot penarinya: bahwa flamenco bukan sekedar mengandalkan gemulai tapi raga urat dan otot sangat penting. Keningnya berkernyit 3 jari, peluhnya mulai keluar berbiji-biji dipunggungnya..tapi dia tetap menghentak, menari dan menari untuk sebuah tepukan kagum penontonnya.

Satu atraksi dari penari laki-laki adalah show keahlian step dancingnya yang ritmik, dalam hitungan menit dia harus menggerakkan gerakan sama dengan intonasi yang persis..luar biasa sekali !!! sepintas kaya suara mesin pabrik yang tidak ada kasalahan ritmiknya. Kami penonton hanya bisa tepuk sambil menunggu apa lagi yang mereka punya!!

Filosofi flamenco ini egaliter, nyaris gerakan penari laki-laki dan perempuan sama, pakaian juga ada beberapa yang sama. Berbeda dari tari salsa atau tari Jawa yang mengkontraskan penari laki-laki danperempuan. Dalam salsa, penari laki-laki yang leading dan atur gerakan, perempuan yang ikut, komplementer tapi harus indah. Tari Jawa, juga mensimbolkan penari laki musti maskulin dan perempuan feminine. Penari laki-laki yang memerankan tokoh perempuan, harus gemulai sekali, sementara penari laki-laki banyak mengangkang kaki dan tangannya untuk menunjukkan otot-ototnya.

Kami puas relaxing malam ini dengan nonton langsung Flamenco…anak-anak jugasuka….

Bobok nyenyak deh!!!

(yunich1@yahoo.com)

Untuk melihat video di you tube search: pepe lopez flamenco.

Tidak ada komentar: