3 hari ber-Drajad-ria

Di pojok Leiden, sambil berkaca-kaca pak Kusnan yang sudah 30 tahun tahun terdampar di Belanda bilang: "yang paling saya rindu dari Indonesia adalah duduk bercengkerama bersila lesehan dan main ketempat teman-saudara tanpa harus janjian". Memang masyarakat semakin modern semakin banyak belitan janjian dan schedule. Bahkan di Belanda, cucu mau main ke rumah kakek neneknya atau anak ke orang tuanya harus janjian dulu. Pengalaman bertamu dengan spontan ini persis terjadi beberapa hari lalu, kami kedatangan pakde Tafif (kakak tertua ayah) dengan istri dan 2 anaknya dari Drajad Lamongan tanpa kabar sebelumnya. Dan tahu-tahu sudah sampai di Ciputat minta dijemput. " Bu, bener pakde Tafif datang tanpa ngasih tahu dulu?. Untung pas kita lagi di rumah", begitu Vikra keheranan dapat surprise kedatangan pakde-budenya dan sepupu-sepupunya.

Seperti biasa, sudah pasti oleh-oleh khas Lamongan membuat suasana gang Jambu jadi beraroma Derajad. Ada iwak pe (ikan asap), sego jagung (nasi jagung) lengkap dengan terasi untuk sambal koreknya bikin makan siang jadi sedap nikmat. Kriuk-kriuk marneng (jagung goreng yang di tabur kacang beberapa gelintir) dan kacang sangrai pasir juga bikin ayah merasa jadi orang Lamongan lagi :). Kalau ibu sibuk milihin kacangnya yang bikin ayah keki, "lho kok kacangnya habis? Ini seni makan marneng, tahu-tahu nemu kacang kan asik...".

Pakde Tafif Adurrahman Spd, bude Dra.Ir Chaeriyah, mbak Renda Septin RR (3 SMP), mas Widan (TK B), sayang mas Dwiki dan mbak Citra kedua anaknya yang lain tidak ikut. Bude Ir selama di gang jambu sibuk manjain masak aneka masakan Lamongan sesuai order. Ada cumi oseng, asem-asem Patin, daging lapis, dll...Beginilah nasib tamu gangjambu..siapapun yang punya keahlian masak yang ngangenin, selalu dimonggokan untuk ber-atraksi menjajal resepnya. Jadi siap-siap...banyak sudah korbannya!! Kalau pakde sibuk membuat cahaya matahari, alias memapras tanaman belakang yang sudah terlalu rimbun..makacih pakde!


Bersama Vikra yangbelum mandi dan ibu yang sudah harum siap-siap mengantar pulang mereka sambil keliling lewat Monas, Istana Negara, Istiqlal, dll. Beberapa hari sebelumnya keliling taman mini, dan anjangsana ke Tangerang tempat keluarga...kasihan sampai mabok!

Saling latihan, yang 3 orang diatas latihan jadi model, yang moto latihan jadi fotografer.

Ini trio pendowo, ayah, pakde dan om Gofar sedang bersantai. Om Gofar adik ayah nomor 2 dari ragil tinggal di gang Jambu. 2 pedowo lain om Aam belum lama ke Jakarta juga dan satu lagi om Yazid di Jogja.

My Teacher and Friends in Michigan





By: Vikra Alizanovic

I have stayed in Michigan, USA, for about 4 and half months when I was 11 years old with my family. We were invited by my dad, who has studied there first for a couple of months. He got this 1 year journalist fellowship program. About four or five months before his programs is over, he invited his family to go there too. There, we lived in an apartment in Ann Arbor. Experiencing education on another country is worth all the costs. The experience itself is the most precious thing you can get out of it. I have also gone to junior high school in Leiden, Holland (when my mom studying), at a school called Da Vinci College.
But then, that is not the main topic of this article. This time, I’m going to tell you my entire story when I was in Ann Arbor, Michigan. Specifically, about the school there.
My first day at school, like all of your first day of school, I was nervous. Plus, it was in another country. I was brought by my parents with my sister, who was going to start her first day of school that day too. I was escorted to my class by the concierge, not by the headmaster. This tells the different compared to when I was in Leiden. When I was in Leiden, I was tested, interviewed, and escorted by the Headmaster herself. Plus, she was really nice and smiles a lot.
At Michigan, I was only escorted by the concierge. Then, on the hallway, she pointed another student. It was a girl. She looked a bit older than me. She looked European. She told her to escort me to the fourth-grade class. When I came to school, the teacher was already waiting for her. I forgot her first name, but we all call her Mrs. Popper. She’s half Italian, half American. She wears glasses, and usually wears her red turtleneck sweater.
She smiled to my mother, and assured her that it was fine to leave me there. After my mom left, Mrs. Popper introduced me to the whole class. I can only recall a few names of my classmates. There was Josh, who’s extremely smart, and supposed to be in fifth-grade class, but stayed here because he said he only feel comfortable studying with Mrs. Popper. There was also Matthew, who always tends to make funny jokes. When I was with him, there will always be laugh. There was Alexandria, a redhead girl who’s quite huge and too tall for a fourth-grader, but she was very smart at piano. There was Alon, a boy from Israel. He was very nice to me, yet, also very discipline. On the other hand, there was also this one guy from Palestine. Although, I didn’t remember his name. There was also a guy from Mongolia, Josua. There was also this one funny kid from Japan, named David Lee. Me, David, and Alon, usually always hangs out together. Play skateboard; go to the forests, etc. There was also Samantha, and Patricia, 2 normal blonde girls. There are also 2 African American boys in my class. There is Alex, who always bragged about his cornrow. And I forgot about the name of the other boy’s name. What I remembered is that, he always comes late. If he doesn’t come late, then he won’t come at all. He visited the headmaster’s a lot of times. The only class he never comes late to is gym. I also got a female African American friend, called Aletheia. I also got some friends from other class. First is Woo-Sub, and Nah-Li, a boy and a girl from South Korea. And Chen, a third-grader from China. These three people have are having problem pronouncing my name. So, instead of calling me ‘Vikra’, they called me ‘Picola’. It’s sad, really! :)

Ultah Anak Partisipatif dan Kreatif

Ultah pasaran untuk anak buat orang yang gak mau repot, selalu jelas urutannya; pesen kue tart atau pesan tumpeng, sebar undangan, bikin nasi kuning dan paket bingkisan buat yang datang. Keluarga gang jambu bukan tidak pernah begitu...beberapa kali terjadi saat anak sendiri yang meminta pesan kue tart dengan model yang mereka suka. Tetapi bisa dihitung dengan jari. Incase terpaksa kue tart pesan, biasanya acaranya yang sedemian rupa dipakai untuk moment mengkreatifkan anak. Ini beberapa cerita ultah yang pernah kami bikin:

1. Kue buat sendiri: Hampir rata-rata kue atau tumpeng kami buat sendiri dengan cara surprise atau mereka sendiri yang buat. Waktu ultah 3 tahun Vikra menyusun donat untuk jadi kue ultahnya sesuai bentuk yang dia suka. Pernah juga kue tart strawaberry dalam gambar ini buatan Vinda untuk ibu atau puding untuk ayah dan kakak dibuat dengan super berkeringatnya.



2. Acara partisipatif: Sudah langganan Vikra yang selalu susun dan jadi pembawa acara setiap ultah dirinya atau adiknya. Selain anak yang terlibat, kawan-kawan undangan juga diajak terlibat, misalnya meminta teman-temannya untuk membuat kado 1 huruf raksasa (dibagi-bagi) lalu pas ngumpul dirangkai menjadi tulisan Ultah Vinda 11 (seperti dalam gambar diatas). Atau membuat koran bekas jadi topi ultah. Bahkan kue ultahpun bisa dihias ramai-ramai dengan teman2nya. Hasil tidak penting, yang penting proses!!




3. Jadikan event kultural: Beberapa ultah yang pernah kami bikin, khususnya saat di luar negeri, betul-betul kita jadikan moment untuk memperkenalkan Indonesia, dari makanan lengkap dengan penjelasan filsafat tumpeng, lalu ada sessi ttg Nature Indonesia dengan memperlihatkan fotofotoalam dan budaya, lau permaian juga unik, memindahkan acara lomba 17-an untuk anak-anak bule kan asik, misalnya memecah balon dengan menduduki, menggigit sendok kelereng, makan kerupuk,joget jeruk. Yang juga asik kami pernah sengaja meminta kawan yang kebetulan guru tari untuk mengajari tari Jawa sederhana untuk seluruh undangan...duh serunya, sampai ada yang komentar " ini melebihi promosinya dinas pariwisata". Alhasil..banyak sobat-sobat yang jatuh cinta banget sama Indonesia.


4. Surprise: Sering kami ultah tanpa kue dan seremoni, tapi temanya bikin surprise. Jadi pernah bangun tidur anak diberi satu kado disampingnya, tapi didalamnya ada dibuat sandi unttuk mendapatkan kado berikutnya, misalnya ditempat tersembunyi atau baru bisa dapat hadiah kalau melakukan sesuatu. Misalnya harus gantian menjadi PRT dari membuatkan minuman dan masak sederhana, setelah dapat hadiah, kado berantai berikutnya meminta untuk memerankan pekerjaan ayah lagi live liputan, lalu mendandani adiknya, memijit ibunya, main piano dan dance, dll..jadi kadonya sampai 10 an mengikuti jumlah usianya, tetapi kado berantai ini fun banget.

5. Sobat ber-asik : Kadangkita biarkan anak untuk juga buat acara dengan beberapa gelintir sobat karibnya, misalnya kita temani pergi ke tempat yang mereka pilih. Vikra waktukecil suka ngajak ke Ragunan, atau naik kuda ke puncak atau makan ditempat yang mereka suka dengan kawan-kawannya..apalagi anak tambah remaja, ultah dengan teman memang tak bisa terlewat. Tapi selalu kita ajak yang kreatif dan tidak konvensional.

6. Moment Berbagi: Pernah juga ultah kita tidak ngapa-ngapain sama sekali, kita cukup menyiapkan amplop beberapa dan mengajak anak-anak mengantarkan ke orang-orang dhuafa', atau ultah di kampung dan kita bagi-bagi bingkisan dengan alat sekolah atau buku bacaan.

7. Fun Evaluation: Ultah juga bisa dipakai untuk saling mengapreasiasi dan mengevaluasi. Misalnya saat ultah sudah jadi langganan masing-masing anggota keluarga menulis sesuatu untuk yang berultah..yang positif dan hal-hal yang perlu diperbaiki... lalu pernah juga melingkar dengan teman-temannya saling kasih input saat Vinda ultah 9 tahun..memang tidak mudah, karena tradisi mengkritik dengan cantik ini tidak ditumbuhkan dengan baik...

Liburan, asyiiiikkkk!!!

Ini di rumah akung yang hijau

By : Vandana Mernisi (tugas sekolah)

Liburan kemarin, saya banyak mengunjungi ke berbagai tempat seperti, Bandung, Solo (rumah kakek saya) serta keJogja (rumah paman saya).

Saya menginap di Bandung salama 3 hari… saya menginap di hotel Papandayan. Di Bandung, saya sempat mengunjungi Kawah Putih yang berada di Ciwidey. Setelah dari kawah itu, tak jauh dari sana banyak perkebunan strawberry, dan kami pun memetik sendiri buah strawberry itu.

Malamnya, kami pergi ke factory outlet. Maklum, Bandung kan terkenal dgn FO2nya itu. Setelah 3 hari kami meluangkan waktu di Bandung, kami bergegas pergi ke Solo.

Disana, kami menginap di rumah kakek saya bersama dengan sepupu-sepupu saya. Wah.. jadi ramai deh… hahaha.. maklum sepupu-sepupu saya masih kecil.

Besoknya, saya pergi ke kotanya SBY, Pacitan yang tak jauh dari sana. Disana saya mampir ke Pantai Telengria, ombaknya besar, jadi saya menyewa papan surfing.. wah.. asiikkk!! Saya terbawa ombak.. hehehe… Setelah dari sana, saya ke Goa Gong.. katanya sih goa itu adalah goa terbesar se-Asia.. wah saya makin penasaran. Ternyata benar apa yang orang bilang, memang goa itu besar sekali, yang paling mengesankan adalah stalagtit dan stalagmitnya..

Setelah dari Solo, saya pergi kerumah paman saya, sebenarnya tujuan utamanya adalah karena istri paman saya baru saja melahirkan anak perempuan, tapi sekalian liburan saja.. hehehe.. di Jogja saya mengunjungi berbagai tempat, yaitu dari alun-alun sampai gunung merapi tepatnya di “Ulen Sentalu” museum. Di museum itu berisi tentang sejarah kerajaan-kerajaan serta sejarah museum itu berdiri. Lalu ke Sogan Village, tempat belajar batik dan aneka permainan jaman bahala, seperti egrang. Juga maen sampan getek waktu makan siang.Malamnya nonton konser piano Ananda Sukarlan di Taman Budaya Jogja. Wah intinya liburan kali ini sangat mengesankan.. ^_^

By:
Vandana mernisi
7.4/32

Dibalik Bando Patah

Sore habis Asyar, ibu, Vinda dan mbak Iyah PRT kami ke Pujasari supermarket kecil yang terdekat dari rumah. Seperti biasa, Vinda yang jadi "master" belanja, memutuskan buah apa yang mau dibeli, bahan sarapan, minuman dan kebutuhan lain. Urusan belanja inti selesai, lalu kami ke atas tempat pakaian dan aksesories, mau beli handuk buat tamu. Lalu Vinda ke arah aksesories dan tiba-tiba dia narik tangan ibu untuk pergi cepat-cepat dari area itu dengan expresi sedikit ketakutan. Pas agak jauh dia bilang; "bu, bandonya patah..gimana? Dah Vinda balikin sih".
Lalu ibu cek ke tempat itu memastikan patah beneran nggak...Habis itu ci ibu balik ke Vinda: "balik ke sana, bilang baik-baik ke mbak-nya dan kita ganti..pemimpin kan harus bertanggung jawab". Lalu dia mencoba minta tolong mbak Yah buat bilang ke pelayannya. " Jangan dong..Vinda aja sendiri, Vinda kan yang matahin, Vinda yang menyelesaikan lah...".
Ci-ibu sengaja menjauh dan nunggu Vinda datang lagi, dan memastikan bahwa Vinda yang handle bukan mbak Yah..., pas Vinda balik dengan wajah lega bilang " Udah, udah...tadi Vinda udah bilang ke pelayannya kok". "Bener mbak yah" selidik ibu, kata mbak yah.."iya kok bu".
"oke, weel done! great! hebat, bertanggung jawab!".
Vinda terlihat berseri dan geli sendiri waktu membayar dan membawa pulang bando patah....
Tapi ada perasaan lain di hati, bahwa dari benda kecil bando, sudah membelajarkan kita arti tidak lari dari masalah, bertanggung jawab dan jujur mengakui kesalahan tanpa nunggu ketahuan, padahal kalau mau "lari" bisa dengan mulusnya.... Kelihatannya sepele, sering kita alami, jalan sama anak, lalu anak merusakkan sesuatu di supermarket atau rumah teman kita, lalu orang tua mendelik keanaknya, lirik sana sini sidik situasi memastikan tidak ada yang lihat dan diam-diam kabur atau berwajah tenang seakan tak terjadi apa-apa untuk meloloskan diri... Hmmm!! artinya, walaupun tanpa kalimat si ortu ini sedang menancapkan ajaran ke anak: " larilah dari tanggung jawab nak!! boleh bohong selagi tidak ketahuan kok, dll, dll " Ohh... Sad...sad...

Disain Ringan yang Meringankan

RUANG PEMBUGAR: Idenya ingin bikin taman dalam, tapi sejujurnya ruang ini belum ideal disebut sebagai taman dalam, karena air kami keringkan dan tanaman kami minimkan. Kolam tengah ruangan ini biar sejuk, tepinya bisa untuk duduk-duduk dan serasa diluar padahal didalam. Walaupun sementara ini kolam tengah ini kami keringkan, tetapi ada fungsi-fungsi lain yang barangkali menginspirasi. Perhatikan eternit transparant itu. Tujuannya ingin mencuri matahari supaya sampai senja jelang maghribpun masih terang. Lumayan kan hemat listrik? Lalu kami memasang neon diatas eternit itu yang memberi efek cahaya berbeda. Sekarang perhatikan lantainya yang terbuat kerikil batu sikat sebagai varian lantai yang menyehatkan, karena seperti dipijit refleksi saat mau ke kamar mandi. Kalau bibir kolamnya sih jelas untuk kursi extra saat bosan bersofa ria diruang keluarga. Jadi sehat dan ringan kan?


DAPUR EFISIEN: Sering kan cucian gelas piring pecah gara-gara ditumpuk di ember/baskom seteh dicuci untuk mengeringkan? Atau bagian bawahnya tersisa air kotor padahal gelas-gelas tengkurap dan siap-siap air kotor baskom itu pindah ke bibir? Atau perlu serbet dan dilap satu-satu untuk siap dimasukkan ke kitchen set-pantry? Atau beli rak yang ditenggerkan samping cucian? Ini ada sedikit ide untuk dapur " belakang/kotor/berat" , agar cucian piring tersimpan dan terkeringkan sekaligus karena air menetes ke atas kitchen sink. Jadi tak perlu mengelap, rapi dan sehat. Untuk pantry (dapur bersih) mungkin kurang rapi..tapi bisa dicoba. Pastikan dapur kotor terbuat dari bahan awet dan mudah dibersihkan...alumunium dan kaca bisa jadi pilihan! Lalu ada apa dengan lantai catur itu? Moga-moga sudah pada tahu bahwa ini cara natural untuk mengusir lalat..konon lalat mudah pusing dengan bentuk catur. Tapi memang kayaknya terbukti deh... jadi emang jarang ada lalat! Buang daftar bahan kimia dari belanjaan kita. Coba setiap belanja hitung berapa persen belanjaan kita untuk bersih-bersih kita dan rumah kita?

JEMURAN TRANSPARAN: Teringat waktu kecil, Yune (panggilan kami untuk PRT) mendesis ngeluh berulang kalau musim penghujan karena alamat jemuran tidak kering. Atau kerap kali cucian basah kuyup karena telat mengangkat saat hujan mengamuk. Juga masih lekat bau apek pakaian tdak kering seperti bau "kopok" kuping kawan SD yang kena infeksi akut. Berdasarkan sederet pengalaman itu, maka waktu disain rumah, bikin kriteria jemuran: 1. Atap harus transparan dimana panas dan angin masuk tapi anti hujan. 2. Anti menjemur didepan rumah...paling sebel liat rumah bagusbagus, jemuran membentang semramut didepannya! Duh, kumuh dan kesan tak berbudaya banget! 3. Dekat dari akses mencuci baju. Jangan sampai pinggang rusak gara-gara mengangkat cucian untuk dijemur. Walaupun sekarang pakai mesin cuci dan pengering, tapi lokasi dekat sangat penting. Jadi mau hujan mau panas...kami tidak gedabak-gedebuk kebingungan untuk menyelamatkan cucian.

Burger dan Koes-koes Jawa

Burger Jawa? He..he.. ini adalah jadah dan bacem yang disusun dan akan jadi makanan legit gurih manis yang ngundang mau dan mau.. Kalau di Jogja yang paling enak versi Omacan adalah jadah bacem mbah Carik yang kita bela-belain ke Kaliurang.

Nasi Thiwul adalah makanan proletar dari pedalaman Solo Jogja wilayah selatan yang gersang. Tapi kini menjadi trend baru dan masuk hotel segala. Sekilas mirip Koeskoes tapi dari Cassava alias singkong. Dimakan dengan apa aja masuk, mau sambal bawang atau jangan lombok alias lodeh super pedas atau krengseng (parutan kelapa dengan tumis petai China atau dengan cabuk (essense minyak wije) yang dipepes pedas..atau dengan ikan goreng dll..sedaaapppp pokoknya!!

Obat, Ooo bad!!

" Pilih gih kita kembaran". Begitu seorang sobat dokter memanjakan ingin belikan sesuatu yang lumayan berharga untuk kembaran. " Enggak ah!! malas pakai uang panas" ibu nyeletuk semau sendiri karena memang sudah berkarib banget. "Enggak! enggak! enak aja!! ambil, ini pakai uang sendiri tau!!". Begitu tangkis sobat dokter ini yang kalau ke Jakarta selalu dimanjakan oleh perusahaan obat dan diservis full oleh detailer (sales obat). Belum lagi sobat dokter yang lain cerita mau ke Australia dengan tiket gratis..tiss..diservis sama perusahaan obat. Belum lagi segudang cerita dari sobat dan kerabat tentang betapa besarnya perusahaan obat memanjakan dokter-dokter ini.

Lalu dibebankan kepada siapa biaya-biaya itu? Pasti jawaban super gampangnya, ya ke siapa lagi kalau bukan ke pasien. Akhirnya jadi semacam hobi, dokter-dokter kita paling rajin kasih list panjang obat ke pasien, dan si pasien yang lugu akan beli dengan aneka rasa. Ada yang merasa obat mahal artinya manjur, ada yang gampang buka dompet yang penting keyakinan sembuh, ada yang beli seperempatnya, ada yang nengok kanan kiri menelan ludah pedih memasukkan resep kekantung dan pulang bingung harus ke siapa hutang untuk menebus obat-obat itu.




Kemarin ibu sibuk milihin tumpukan obat dirumah yang sudah expire dan ayah googling untuk ngechek spesifikasi obat-obat itu. Bener-bener stumpuk. Padahal kami termasuk yang berusaha ceriwis kalau ke dokter. Saat dokter nulis resep selalu ngecek obat apa saja dengan beberapa pertanyaan dan permintaan penting:


1. Dok, ibu/kakak alergi pynicilin, sulfa


2. Apakah emang harus dikasih anti biotik? Kalau dikasih yang rendah aja dosisnya..juga obat-obat lain kami minta dosis rendah deh.


3. Ini obat apa aja dok? Kami bilang ke mereka, dirumah masih punya obat yang sejenis (jadi nggak perlu ditebus atau tinggal nambahin beberapa saja).


4. Kami minta ngedrop obat-obatan yang bersifat analgesic (penghilang rasa sakit, karena tidak menyembuhkan tapi cuma mengaburkan rasa saja) atau vitamin-vitamin... kami tanya, perlu banget nggak? atau bilang dirumah masih ada...


5. Tidak jarang kami minta yang generik..


Ya memang tidak selalu detail seperti diatas, karena juga tidak semua obat yang kita punya dari sisa berobat sebelumnya kita ingat.Tentu kalau anti biotik harus dihabiskan, tetapi obat penawar-penawar dan vitamin nggak selalu kami minum.

Mafia obat di Indonesia ini berbanding terbalik dengan di Belanda dimana dokter sangat pelit dengan obat. Pernah waktu sakit batuk dan flu serius....dokter bersikukuh tidak kasih anti biotik karena mereka ingin tubuh kita membentuk antibody sendiri. Karena kalau kebanyakan anti biotik apalagi minumnya tidak tuntas dan teratur, bisa bikin resistensi...

Duh..sedih dan seremnya obat dan mafianisasi dibalik butir-butir pil itu... gimana ya memintarkan hak pasien dan menghatikan dokter...

Demam sport : Dari Bagong ke Petruk!

Weekend kemarin nggak seperti biasanya, kami berempat ke Gramedia Bogor selain cari buku juga mau lihat-lihat treadmeal buat di rumah. Karena nggak ada yang sreg, akhirnya nemu alat sport lucu, seperti pompa yang fun untuk sit up and body shape. Gerakan demam sport ini emang secara obyektif perlu, karena kami cenderung "subur-subur" karena hobi hunting kuliner.
Kalau dance revolution game ini memang sudah sejak dulu jadi mainan kesukaan Vinda untk sport and fun...kalau ayah ibuyang coba bukan fun tapi jadi funny :)

Sit up, sit up, sit up!! kalau sekarang kita mirip artis Semar or Bagong...kita mau dan mentransfor bentuk jadi artis Petruk dengan cara bersport ini...

Happy! Friends visit Home

Tante Ratna (Zurich-Swiss) and om Larry "king" visited us (Jan 7, 09). Calon pengantin and latihan action untuk pre-wedding picture dengan photographer kerenn ci-ibu, modelnya apalagi. Wah ikut gak sabar nunggunya.
Vinda's friends from her school. " Mom, I wanna have my private room for my own guests".. hmmm :)
Tante Wati, a friend from Facebook, and from Pabelan circle too. Thank for visit us and accept us at ur lovely home @ Andara. Loosing Wati (passed away) and find another Wati.
Tante Louella De Graaf,a friend from Holland (grand daughter of famous historian De Graaf), doing research on Domestic Workers. Lu...come again and again.... We will caary on "dasterisasion program". Luv

Beside all above friends, within a month we have had some other friends visiting home too, we will upload another time: Tante Suryati Maulana (Surabaya), tante Mies (Semarang), and some families: Om-nya Ibu Mbah Boy, Uyut and Bude Wardi (all are from Kampung ibu). Lovely visit, Bude cooked "jangan lombok and other kampung meals" for us. Afterward mbak Anggie Bekasi spent 3 days at home. Never ending guests that invite happiness..

Kuliner Pantura: Nasi Jamblang & Garang Asem

Bingung cari makan di Pantura? Kalau kami selalu rela menahan lapar biar bisa mampir di Palimanan Cirebon dan tuju desa Jamblang tempat asal nasi Jamblang. Apa sih nasi jamblangitu? Yang membuat khas adalah sambalnya, terbuat dari irisan cabe merah besar, lalu pilihan lauknya beragam ada cumi, bistik, semur, gorengan dan tempat makannya dari daun jati dengan porsi nasi kecil-kecil. Penjualnya ada yang keliling ada yang menetap. Terakhir makan disana, iseng nanya cara ngasih harganya, rupanya nasi sekepal-kepal dalam bungkus daun jati itu 750,-, sambal jamblang persendok 1000,. kalau lauk lain mirip harga-harga ditempatlain. Waktu berangkat kami sarapan jamblang dan pulangnya juga makan malam yang sama cuma beda tempat. Yang lucu pas sarapan Vinda tidak mau keluar dari mobil karena pakai celana tidur batik, takut disapa orang, "wis ngepel nduk?".

" Udahlah, cari maem yang pasti-pasti aja". Begitu anak-anak nggak mau pusing memilih tempat makan di Pekalongan. Karena garang asemnya, nasi Megono, sayur tomatnya sudah melekat di lidah banget. Ini generasi kedua. Warung makannya sederhana disekitar alun-alun Pekalongan, tapi sangat terkenal, bukan hanya masuk TV atau media lain, tetapi memang unik, seperti yang sudah dijelaskan dulu, garang asem ini dari urat kerbau yang empuk dan tidak berlemak. Warnanya mirip rawon dengn kluwek, tetapi bening mirip sup iga dengan cabe utuh dan bumbu serba dibakar. Disruput sedappp...

Jawa Tengah Selatan nan Elok



Cieeee...

Tapi bener. Sebagai warga Jawa Timur, kite akui Jawa Tengah bagian Selatan, terutama wilayah dari perbatasan Pacitan sampai Yogya, memang berubah.

Baturetno hanya satu atau dua jam perjalanan ke Pacitan, atau Gunung Kidul. Tapi, setiap kali pulang kampung, kita jarang memilih mengeksplorasi jalur ini. Yang terbayang, hutan, sepi, jalan jelek, dll.

Dari Baturetno, kampung ci-ibu, ke Lamongan, biasanya kita lewat Solo. Atau sekali-kali lewat Purwantoro-Ponorogo. Lewat Pacitan? Tidak pernah.

Sekarang, entah kapan dibangunnya, jalur Batu ke Pacitan, atau Pacitan ke Gunung Kidul, hingga ke Yogya, bener-bener mulus. Kawasan Randu Alas, jalur menanjak, berliku, dan dulunya serem, kini lapang, mulus, dan elok. Melewati jalur yang hanya beberapa kilometer dari arah Giriwoyo ke arah Punung-Pacitan ini, serasa berada di kawasan Puncak. Cieee..

Perjalanan keluarga Gang Jambu akhir Desember kemarin, terasa semakin nyaman karena semua tampak hijau. Dari beberapa titik bukit yang kita lalui, kita juga bisa menikmati pandangan waduk Gajah Mungkur.

Dari Punung ke barat, melewati Wonosari hingga Yogyakarta, pemandangan tak kalah menarik. Anda akan melalui jalur pegunungan yang elok betul. Gunung, lebih tepatnya bukit-bukit kecil di kanan kiri jalan, berbentuk setengah bola, menjadi panorama indah yang sulit ditemukan di daerah lain.

Dari jalur ini, keluarga Gang Jambu akhir Desember lalu, menikmati banyak tempat wisata eksotis: main ombak di Pantai Teleng Ria-Pacitan; menelusuri lorong-lorong indah Gua Tabuhan, dan menikmati indahnya koleksi ikan hias nelayan pantai Kukup dan Drini..

Sayang, nafsu ingin mencicipi belalang goreng atau bakar di jalur Wonosari-Gunung Kidul, tidak kesampaian.. (ayah)

Nb ci-ibu: Cieee...pengakuan jujur!! biasanya pertarungan memperebutkan siapa yang paling adiluhung anatara Jateng dan jatim tak pernah usai..."nyek-nyek'an /ledek-ledekan dimulai dari membandingkan jalan-jalan jateng -jatim. Nyebelinnya jalan-jalan jateng cenderung jelek-jelek, dan pas border Jatim, selalu provokatif, jalan dibuat extrem aspal hitam mulus. Kali ini pas jalan desember ini, Jateng nunjukin gengsinya!! jalan-jalan mulus buanget!! dan pengakuan orang Jatim terjadi!! Makanya rela-relain nyiapin segelas kopi buat pengakuan ini.... :)

Greatest Cave of Indonesia: Gua Gong





By Vandana Mernisi (tapi kali ini yang ngetik asistennya, karena pundaknya lagi pegel)

Picture : Ci-ibu

Pertama kali masuk gua banyak yang jualan kerajinan batu marmer, ada yang bentuk telor, vas bunga, sendok,ulekan..wah pokoke banyakkk. Pertama kali masuk, bagus lho...banyak stalagtit-stalagmit warnanya nggak kayak batu, tapi warna putih, tapi wujudnya mirip batu kapur, tapi permukaanya mirip marmer halus. Airnya seger, dingin, bening, enak banget..uadhemmm seggerrr banget. Dibawahnya ada sungai, disampingnya ada batu-batu. Disitu ada tukang foto langsung jadi, padahal bahaya banget. Tempatnya lembab..pengaaapppp banget. Udah pengap begitu ibu masih sempet-sempetnya minta foto. Tapi disana banyak kipas angin gede.
Disana banyak ruangan, ada ruang kristal, lupa..cuma inget satu. Tapi menurut Vinda, sama aja semuanya..kerrreennn!! Ada yang bentuknya kayak kue tart, kayak lampu kristal mahal yang dijual di BSD samping bu Suharti, tau kan??
>

Tapi lampu sorotnya nyebelin, warna-warni, kayaknya dianggap remeh, padahal itu bukan rekreasi anak-anak, jadi pakai warna kuning aja udah bagus.
Banyak juga coretan tip-ex, nyebelin. Padahal udah ada peraturannya, nggak boleh nyoret-nyoret, jaga kebersihan, nggak boleh meditasi, kencing sembarangan. Tapi yang nyebelin, karena banyak tetesan air jalanan jadi licin, iiihhhhh sebbelllll.
Waktu disitu, vinda beli telor batu marmer, trus Yufa juga mau ngikutin..

New Year Trip 3: Pantai, enak dijepret tapi....

Pantai Drini Jogja, Des 08

Pantai Kukup Jogja, Des 08

Pantai Teleng ria, Pacitan Des 08

Ibu punya hobi baru 5 bulan terakhir ini, yaitu motret. Pokoknya apa aja dijepret. Ini 3 jepretan di 3 pantai yang kami kunjungi saat New year family trip 09. Lumayan kan?? Semua pantainya masih remaja, belum ngetop, tapi cantik-cantik. Viva dan ayahnya, om Daris family menikmati banget pantai-pantai ini. Ibu sibuk nemenin akung di bibir pantai karena memang ingin mengajak akung refresing, sayangnya fisik akung memang tidak sebugar dulu sebelum stroke. Jadi kami meng-emiemi(care and protectif)dengan akung, satu-satunya orang tua/kakek kami karena ketiga kakek nenek kami sudah tiada.

Balik cerita ttg berpantai ria, disela teriakan happy mereka main ombak, ibu nggak kalah teriak juga, ini komentar ayah kalau habis renang:

"Puas...puas. Puas main ombak. Puas bikin ibu teriak! hehehe..".

Iya emang ibu teriak over khawatir kalau melihat mereka main ombak yang menurut ibu hampir ketengah. Ibu trauma lihat ombak karena pernah lihat orang kalap hanyut ditelan ombak di Parangtritis persis didepan mata ibu. Apalagi sejak kecil uti selalu membangun image bahwa laut itu mistis, jadi tiap kali ke laut pesennya sederet, yang dilarang pakai baju biru-ijolah, yang nggak boleh nyentuh air ombak lah..yang ini itulah.. Tapi yang menyebalkan, nggak ayah nggak anak-anak, bukannya mengempati dan nurutin teriakan khwatir ibu, tapi malah ketawa ngeledek.... jadi buat ibu bukan pantai Telengria tapi "Mentelengria (melotot-Jawa). Uhh pantai..enak dijepret tapi bikin puyeng..tapi mau dikata apa....bocah dan ayahnya nggak punya urat takut, susah,susah!!

New year Trip 2: Cari Pongpong di Pantai Selatan



By: Vandana Mernisi

Beberapa hri yg lalu sblm ke pantai drini Jogja aqiv adik sepupuku, sempet rewel mau dibliin "pompong" vinda mikir "apaan sih pompong?? maksudnya kepompong???" hahahah.. adaada ajah mo kepompong.. ap bgs-ny cba???
nah.. pas lgi perjalanan ke yogya dri baturetno kta sempet mampir ke pantai Kukup dan Drini.. vinda sempet bli kacamata lohhh!! murahh cma 15.000-an hahaha.. itu jg hasil nawar.. sepanjang jalan menuju pantai Kukup banyak bgt yg jual udang.. waaah pesta udang nih.. hahaha.. akhirnya kta makan di pantai, makan nasi oseng pke krupuk bayam, udang, pke es klapa muda.. wuiiihh.. mantaaabb!!! hahahah... abis makan aqiv rewel lagi mo dibliin pompong.. nah saat itu jg akhirnya vinda tw klo ternyata pompong itu keong.. wahhh klo tw gtu vinda jg mo belllii.. hahahaha... yufa ama aqiv beli banyakk bgt.. klo vinda sih cma 2... eh, jgn slh.. akung jg bli lohh...!!!
gak jauh dri stu ada pantai yang ombaknya gak bgitu gede dibandingkan pantai td.. jd kta renang dehh wahh seneng... hahahah..
abis itu ciaaauuu ke yogya deh gak sbr pgn ngeliat adik sepupuku yang baru lahir anak Omacan-tante laras, namanya WRESTI PINARIS SEKAR BUMI...

New Year Trip 1: How I Spend My New Year

By Vikra Alizanovic


Celebrating this year’s New Year’s Eve, we celebrate it in Jogja. At the 31st of December, we explore Jogja’s recreation place. We go to Ullen Sentalu Museum, the museum of Javanese traditional arts, which we will explain to you in another article. Then, we go to lunch at Boyong Kalegan, and to some other places. At the evening, we go to a Tourism Village, called Sogan Village, Desa Rejondani Ngaglik. At night, we decided to spend New Year’s Eve at my uncle’s neighborhood, roasting corn and grill fish.

But, my arrogant and selfish sister wanted to go to alun-alun. In there, there is a wide field which in the middle of the field stands 2 big beringin trees. The distance between those 2 trees aren’t far. It’s only about 10 meters or so. There is a local belief, which if you can manage to walk past between those 2 trees with your eyes closed; it means that you have a pure soul and good luck. Although it was only around 7 pm or so, the traffic is already jammed badly. Finally, we decided to turn back over and head back home. On the way back home, my mom still questioning my sister whether or not is she okay with this, because she was the one who asked to go there in the first place. I said to my mom, “Mom, don’t push it. Even if she really wanted to, what can you do? Didn’t you see the traffic?? ”. My mom spoiled my sister too much. Moreover, after that, my sister slept at the car until we came home.

After we arrived at my uncle’s house, all the neighbors were already gathering in one of their neighbor house. We joined them. It wasn’t that bad. It was quite pleasant, actually. They prepared barbeque, grilled fish, corn, some light drinks, ginger ale, and karaoke. I really enjoyed the food. I wanted to eat more but my mom told me to hold my appetite, since this is other people’s party, and we are just a mere guest. It was only me & my parents. My sister was already asleep. After some fish and some ginger ale, I was full. At around 10 o’clock, I was already sleepy so I went back to the house and sleep. In my sleep, I can hear the voice of people singing, which was quite annoying. Moreover, then, I hear my dad and my mom singing which is totally disturbing. A total racket. But, I was finally slept. A while later, I can hear a little voice of people counting down. I’m too tired to get up and celebrate, so I continue sleeping. The next morning, I wake up at around 8 am. I feel a little sad and disappointed for missing the party last night. But then I thought, there are still many years to come….