Formaci : Dari sini kami memulai (1)

Formaci (Forum Mahasiswa Ciputat), sebuah kelompok study yang mayoritas orang susah tapi punya mimpi besar. Ini lingkaran kecil yang cuma modal tikar, whiteboard dan furniture dari pemberian orang, ngontrak rumah kumuh nyelip yang dibayar kencrengan. Kami lupa waktu asik dengan buku, lupa makan asik dengan diskusi, lupa pacaran asik dengan pertemanan... eh salah.....buat orang lain bisa benar, tapi buat ayah ibu, Formacilah tempat segalanya dimulai, disini kami bertemu. Cerita ttg perjuangan di Formaci akan ditulis ayah dalam part II, tetapi inilah produk dari sebuah hidup asam manis itu.

Farewellfor SAiful fam. Berdiri kan-kir: Saiful Mujani, Akhmad Sahal, Hendro Prasetyo, Hatta, Fauni, Abduh, Muchlis, Dahlan,Yuni, Fauzi, Sholihul.
Duduk: Pipih-Widia, Ida, Ikun-Jagat, Ina-girl, Dewi Yamina, Herman, Merhan

Sampai Dimana Mereka? (Daftar Anggota Formaci multi generasi, aktifitas dan keluarganya)

Generasi I (from 1986 - )

1. Saiful Mujani (imam Formaci), PhD Alumni Ohio univ, political science, direktur Lembaga Survei Indonesia ( + ikun = Putri, Berli, Jagat)
2. Ihsan Ali Fauzi (imam Formaci), finishing PhD Ohio univ, political science, direktur Paramadina (+ Ida Rasyida = Kiki, Javid, Mumtaz)
3. Budhi Munawwar Rahman, Gender consultant Asia Foundation, Researcher/akademisi, (+ = Nadia ,..)
4. Hendro Prasetyo, PhD, McGill University, sosiology (+Ida Ahdiah= Jalu)
5. Sholihul Hadi, News producer Indosiar (+ Dewi Yamina = Pipit, Vidia)
6. Arif Subhan, PhD Leiden-UIN, dekan fak Dakwah (+Nung = Ifa,…,…)
7. Amin Munajat, DePAG ( + Ida Aminarto = 3 )
8. Ali Munhanif, PhD, McGill University (+Yayah = Reza, Ulya,..)
9. Hatta, Jurnalist (+Ina= Aji ,…)
10. Dewi Yamina, redpel Kartini (+ Sholihul Hadi= Pipit, Vidia)
11. Fauzi CH, jurnalist –pengusaha (+ Laela= 2 putri)
12. Nurul Agustina (imam Formaci), Master UnivAmsterdam, medical anthropology (+)

Generasi II (1998-)

13. Muchlis Ainur Rafik (imam Formaci), Michigan Univ, journalism, News producer ANTV (+Yuni=Vikra, Vinda)
14. Jajat Burhanudin, PhD Leiden Univ, direktur PPIM (+Inel= Rara,..)
15. Dahlan, PhD Univ Leiden-UIN, peneliti LSI-dosen (+Pipih = Damar, Widia)
16. Neng Dara Affiah, UI, gender, comisioner Komnas Perempuan (+ Fauni Hidayat)
17. Ulil Abshar Abdalla, Finishing PhD, Boston USA (+ Ienas= 2)
18. Yuniyanti Chuzaifah, finishing PhD Univ Amsterdam, antropologi-gender (+Muchlis=Vikra Vinda)
19. Dadi Darmadi , finishing PhD Harvard, Antropologi (+ Ely)
20. Fauni Hidayat, ex journalist, professional-LSI (+neng Dara)
21. M. Abduh Hisyam, Pengusaha , S2 UGM (+Ana= Jasmin, Nadia)
22. Fatrawati Kumari, finishing PhD, UGM, dosen filsafat (+=Vidia, Opie)
23. Merhansyah, pengusaha jaya (+Mega=Putra)
24. Ubrud Heni Nuroni (+ Kokom=Gege)
25. Abbas Jangkung, finishing PhD Amerika (Ratna=Moulvi, Chika)
26. Rudi Harisyah Alam, Peneliti Depag (+Zahroh= Rubi, 2)
27. Zahroh, pengusaha (Rudi Harisyah- rubi, 2) idem
28. Abbas mungil, dosen syariah (+2).

Generasi III (1991-)

29. Ahmad Sahal, finishing PhD (imam Formaci), Univ Pennsylvania, USA, orientalism (+Tati)
30. Burhanudin Muhtadi, MA,Australia National Univ (+)
31. Nong Dara Mahmada (imam Formaci), General manager Freedom Institute & JIL (+=Andrea)
32. Linda Hindansyah, MA, Monash univ Australia (+ 1)
33. Ace Hasan, politisi (+Ita= Cerah, Pancar, Bara)
34. Sayidiman, program manager JIL (Indri)
35. Herman, Kordinator daerah LSI (+neneng)
36. Ray Rangkuti , direktur KIPP
37. Indri, aktivis perempuan, Kapal Perempuan
38. Ira aktivis perempuan, Kalyanamitra
39. Salbiah, aktivis perempuan Kapal Perempuan
40. Towi, Iqbal, dll….(minta dong daftarnya adik-adik tercinta).

Bagi yang namanya tidak tercantum, berarti harus main ke gang jambu....


Ngumpul di gang jambu : Nong-Andrea-Fauzi-Armaniah :), Merhan-Mega-Putra, Hendro-Ida-Jalu, Yuni-Muchlis, Arif Subhan-Nung, Fauni-Neng

Camping Hiking di Gunung Pangrango (1)

By : Vikra Alizanovic

Belum lama ini, beberapa minggu yang lalu, kita ada rencana weekend camping ke Sukabumi sama keluarga-keluarga temen2 ayah ibu. Pokoknya rencananya udah mateng banget, eh tahunya satu persatu mereka nge-cancel acara itu.

Daripada kesel gak jelas, akhirnya we decided to take the weekend vacation on our own. Kita berempat sekeluarga berangkat hari jumat itu ke Sukabumi, nama tempatnya Cinumpang. We had lunch at Rumah Makan Bu Bunut. Sayangnya, gw lg sakit, jadi lidah masih asem banget. Tapi sambel-sambelnya sedap banget. Habis makan, kita langsung ke Cinumpang, disitu ada camping ground, cottage bambu dan kali.

Tempatnya kurang menjanjikan sih, tapi udaranya seger banget. Habis observasi sebentar, we decided to look for another place. Kita naik lagi dan ketempat resort lain namanya Situgunung. Situgunung ini termasuk Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, jadi tempatnya tuh masih hutan banget. Kita mau ngeliat cottage-nya, sayangnya tempat permukimannya jelek, gak keurus, terpencil banget di tengah hutan gunung, dan dipinggir danau. Padahal kalo dikelola bisa jadi bagus banget. Akhirnya kita malah foto-foto dan nyantai di pinggir danau-nya.

Balik lagi kebawah naik mobil, kita check sebentar camping groundnya. Ternyata tempatnya asik banget. Adem, perlengkapan yang disediain juga bagus dan lengkap. Sayangnya Vinda rewel gak mau camping, karena gak rame-rame. Dan gak tahu kenapa dari Cinumpang tadi, ada lebah yang ngikutin kita terus. Bener-bener ngikutin. Nempel.

Malemnya, kita nyari makan. Sempet kepikiran mau ke GunungMas aja, dan nyari makan malam ontheway kesana, tapi ayah sama ibu malah ngajak keliling2 kota Sukabumi nyari bandrek yang dulu pernah mereka minum. Katanya bandrek itu enak banget. Sayangnya, setelah muter-muter gak jelas, we didn’t find it. Tapi kita malah nemu tempat Surabi dan Sekoteng yang enak banget. Sekotengnya manis dan anget, dimakan bareng Surabi Duren yang gurih dan manis. Sedap.

Akhirnya karena waktu sudah agak malem, kita nyari hotel. Ketemu sih hotel yang enak. Kita bermaksud cuma untuk spend the night. So, besok paginya kita udah checkout duluan. Kita googling nyari website sarapan yang cukup terkenal di daerah situ, dan ketemu sama Bubur Ayam Bunut. Enak? Pastinya. The unexpected awesome culinary part is the thing I love the most about vacations. (baca part 2 dibawah artikel ini)



NB : Ini kita surveiin info camping ground dan cottage buat rame-rame (muat 30 orang) kalau kapan-kapan mau camping ke Situgunung

Camping - Hiking di Gunung Pangrango (2)

By Vikra Alizanovic

Sehabis sarapan, kita berencana mau ke Lembah Halimun. Gak jelas mau ngapain. Sampai sana, Ayah nyuruh kita make sepatu. Turns out, we’re going hiking. Off to the high mountains of Mount. Gede-Pangrango. Me, mom, and Vinda decided to just wear sandals. Ayah satu-satunya yang paling antusias soal make sepatu. FYI, belakangan ini bokap jadi punya fetish sendiri sama sepatu. Buat setiap kegiatan nyaris ada sepatunya sendiri. Waktu ke tempat-tempat sport stations, ayah beli banyak banget sepatu. Ada sepatu boot kulit yang bagian depannya keras banget, gw yakin bisa nendang orang sampai tulangnya patah. Alesannya sepatu ini buat naik motor. Ada lagi running shoes, buat lari. Terus sepatu bola, sepatu kantor, sepatu casual, sepatu badminton. Aneh gak ada sepatu buat tidur atau buat mandi. Sepanjang perjalanan kalo kita ngeluh sedikit soal pake sendal, ayah langsung nyeletuk lagi soal pentingnya sepatu.

Sedikit note, bahwa pertama-tama, yang paling banyak ngedumel dan menyatakan diri paling gak niat naik gunung, is none other than the devil herself, Vinda. Dan gw udah jadi the bad guy duluan dengan ngingetin dia supaya jangan manja. Nah, faktanya, pas udah di gunung, dia yang paling semangat. Berhubung gw masih agak sakit, dan sedikit susah napas kecapekan, gw harus berhenti beberapa kali to catch my breath. Nah, if you know Vinda, then you would how she would react. Yap, dia dengan sukses ngingetin gw supaya jangan manja. She lectures me. How nice.

Sebelum naik gunung, kita nanya beberapa orang berapa jauh jaraknya sampai ke air terjun. Ada yang bilang 1 kilo, 2,5 kilo, 1,7 kilo lah. Faktanya, hiking di gunung gak bisa dihitung berdasarkan jarak. Jalan yang naik-turun-naik-turun-naik-naik-naik-naik-naik sampe bikin kaki bengkak kalo pake sendal dan bikin ayah ngedumel lagi soal pentingnya sepatu, yah pokoknya, naik gunung gak gampang. Kita sempet stress soal Vinda yang ngedumel about how slow we are, and how fast she is. Dia juga ngedumel tentang berapa kali kita udah disalip sama rombongan lain.

Dan ternyata, setelah jalan panjaaaaaaaaaaaaaaaaaang, kita nyampe, di pos PERTAMA. Jalan ke air terjun masih stengah jalan, dan medannya lebih berat. For me, sempet kepikir untuk balik aja naik ojek. Tapi karena dorongan dari om-om yang ada di pos itu, akhirnya I decided to keep going.

Jalannya emang bener berat. Ada bagian dimana jarak setengah kilo, dan jalannya menanjak terus. Kita sempet berhenti 2 kali disini. Tiap kita nanya orang, “masih jauh gak pak?”, they all answer with the same answers. “udah deket kok pak”. Liars. Tapi mungkin emang poinnya supaya kita terus jalan. Kita sempet disalip beberapa rombongan lagi. Malah, ada mas-mas yang tadi kita temuin, yang udah mau balik lagi kebawah. Dia bilang jalannya udah deket. Katanya tinggal naik-turun-naik-turun-jembatan-naiiiiiiiiiikkk, terus sampe deh di air terjun.

Excited to get there, kita jalan terus. Kita juga penasaran soal seberapa naik ‘naiiiiiiiiiikkk’ yang mas tadi bilang. Nah, sesampainya kita di jembatan, ternyata naiknya lumayan ‘naiiiiiiikkk’. Daripada hiking lebih bisa dibilang panjat tebing.

And after all that effort (rupanya kita naik gunung ketinggian 1350 kaki) akhirnya kita sampai di air terjun. Our first thought was ‘WOW’. Subhanallah, air terjunnya indah. Jadi air terjunnya mengalir di atas dinding batu yang tinggi banget. Di bawah air terjun itu mengalir air yang luar biasa bening dan luar biasa dingin. Disana cuma ada tukang jualan pop mie-minuman dan bakso tusuk. Kita makan pop mie bareng-bareng di bawah air terjun. Pop Mie never tasted that delicious in my life. Karena gw menderita alergi terhadap dingin, dimana kulit gw bisa langsung bentol-bentol semua, I stayed di warung minum tersebut sambil nyeruput kopi susu. Nikmat banget. Now this is what I would call vacation. Setelah itu kita foto-foto, ayah sempet nyoba mau nyebur, tapi gak jadi karena terlalu dingin.

After a while, we decided to go back to the foot mountain. Setelah jalan sebentar, kita nyampe di Pos tadi. Dari pos tadi gw pulang duluan naik ojek, since I’m the most exhausted one. Tapi yak, bayarannya untuk meninggalkan keluarga, kaki gw berdarah-darah. Ternyata rute ojeknya isn’t exactly an ojek route. Kita ngelewatin kebun the dan jalannya sempit banget, sehingga lutut gw kebeset dahan yang tajem. Yak, karma kali. Tapi akhirnya gw sampai di mobil, dan gw tidur di mobil.

Setelah ayah, dkk nyampe, kita nyari makan di daerah sekitar situ. Kita makan nasi goreng, soto mie, gorengan, jagung bakar, sambil nyeruput teh manis anget. Nasi gorengnya ternyata enak. Habis makan, we were exhausted. Jadi, kita ngambil sleeping bag, tiker dan selimut, dan masuk ke camping groundnya. Kita istirahat di gazebo pinggir sungai sambil tidur-tiduran. Ibu sama ayah mandi di sungai.

Out of nothing, tiba-tiba ayah ngusulin kita camping aja. Toh rencana awal emang kita mau camping. Minimal itu harus kesampaian. Dad promised us to just take a nap in a tent and leave at night. So, sekita maghrib tenda sewaan kita sudah didirikan. Kita tidur dan foto-foto lagi didalam tenda. Skitar jam 10 malem, kita beres-beres dan pulang. Yang penting kita udah tidur di tenda. That counts as Camping. Malemnya, kita makan di restoran deket bandrek yang ayah cari-cari dan akhirnya ketemu juga.

After all that, we go back to Jakarta with a large smile and an unforgettable experience to tell..

Beauty of Sukabumi Mountain

By : ibu pake hape




Garuda di Dadaku

By: Vikra Alizanovic.
Baru aja seminggu yang lalu, kita sekeluarga nonton film Garuda di Dadaku, which claims to be the most long-awaited Indonesian family movie of the year. Hari senin kita berangkat ke WTC BSD. Di perjalanan, kita gak bakal terkejut kalo antreannya bakal panjang banget, soalnya emang kata temen-temen filmnya bagus. Gak nyangka, sampai sana, ternyata gak ada antrean. Tapi, begitu kita cek ke mbak-nya, ternyata yang ada tinggal tiket untuk jam main 19.00. Padahal itu baru jam 2 siang. Tiket untuk yang jam 14.40 dan 16.50 udah ludes. Habis. Ganas. Gak nyangka.

So, karena bener-bener niat, we decided to come back tomorrow before the theatre even opened. Kita bakalan dateng besok jam 11-an, karena jam segitulah loket tiketnya buka. Eh, begitu nyampe, bioskopnya emang masih tutup, tapi didepan pintu bioskopnya bertumpuk-tumpuk para massa. Udah kaya demo buruh, dari ibu-ibu yang gendong bayi, bocah-bocah lugu ingusan, pasutri yang kayaknya newlyweds, anak2 smp, sma, semua ada disana. So, bokap dengan sangat bijaksana berkata, “kak, ngantri.”

Yak, akhirnya gw yang harus mengorbankan tubuh gua ini untuk siap bergulat sama pasutri-pasutri itu nanti pas pintu bioskop dibuka. So, gw langsung mendekatkan diri ke pintu, tapi ada om-om gendut yang ngalangin gw. Pas gw senggol, dia menggeram. Imej-nya jadi kayak gw mau ngelawan beruang. Karena masih sayang sama anggota tubuh gw, gw nyari celah lain.

Selagi nyari celah, pintu bioskop tiba-tiba terbuka… Yak!!! Layaknya pacuan kuda, kita semua berpacu ke loket pembelian. Gak peduli umur dan badan, gw harus menang. Sialnya bocah-bocah ingusan itu mimpin di depan. Yah, setidaknya gw dapet barisan tengah. Tangan gw lebarkan ke samping biar gak ada yang nyalip. Medan perang berantakan. Ada ibu-ibu yang nabrak papan reklame film. “Stop Vikra! Gak ada waktu untuk ketawa!”, pikir gw. Dengan menahan tawa, gw terus berlari ke arah loket. Sayangnya, disamping gw bocah kecil berambut jabrik nabrak pot tanaman. Hahahahahaha, gw ketawa. Sialnya, gara-gara ketawa, gw kehilangan fokus. Gw disalip om-om yg gendong anak perempuannya.

Yah, akhirnya setelah dapet tiket, kita kebawah dulu ngemil di cafe favorit kita. Sampai akhirnya, kita masuk bioskop. Kegiatan nonton berlangsung secara normal. By normal, I mean it. Harus nahan malu kalo bokap udah ketawa. Selera humor bokap jelek. Jadi di adegan yang gak lucu, bokap sering ketawa sendiri, dengan suara yang aneh. Penonton lain pada nengok ke arah kita. Mungkin mereka ngira ada penyembelihan kambing di Studio tersebut.

Eniwei, overall, filmnya bagus. Bener-bener Indonesia banget. Cerita tentang seorang anak yang berjuang keras untuk jadi Timnas Sepakbola Indonesia, bertarung mewakili tanah air tercinta, walaupun dilarang oleh kakeknya sendiri. Film ini juga banyak menyinggung hal-hal yang cukup penting. Seperti dimana si Bayu, karakter utamanya, harus latihan bola di kuburan yang sudah gak dipake, karena di Jakarta sudah gak ada tanah kosong. Gedung dan bangunan dimana-mana. Semua jalan sudah dibeton. Kalaupun ada, tanah itu sudah dibeli dan dipagar, sehingga anak-anak yang punya bakat gak bisa menyalurkan bakatnya.

Di film ini juga memberitahu para orangtua, bahwa untuk tidak memaksa anaknya untuk belajar ini-itu, melainkan membiarkan sang anak melakukan apa yang dia suka, selama hal itu menuju ke sesuatu yang positif.

Film ini lain dari yang lain. Dimana tadinya film indonesia hanya tentang horor yang dimainkan oleh artis-artis seksi tapi kurang bermutu aktingnya dan aspek seni-nya nyaris tidak ada. Mereka lupa bahwa sesungguhnya perfilman itu bukanlah bisnis perfilman, melainkan seni perfilman.

Film ini juga bener-bener membangun rasa nasionalisme di dalam diri para penonton, dibuktikan oleh para temen gw yang mengaku begitu. Even I, I think have become a nationalist. Whatever that is. Walaupun sampe sekarang gw belum hafal UUD alinea pertama. Well, pokoknya ini film recommended banget. Four Thumbs Up! A-must-see…

Foto "Neko-Neko": Lomba sekeluarga

Ini foto lain dibalik liburan kemarin, lomba foto aneh-aneh. Siap jadi model dan siap mengklik suka-suka. Lucu itu baik dan perlu.

"Ludruk Rama Shinta", karya Vinda dengan model Jody Foster dan George Clooney. Beginilah korban kekerasan dalam rumah tangga, orang tua menjadi korban anak. Tapi lumayan kan model dan fotografernya?


"Anti Grafitasi": karya kakak dengan model adiknya. Berkali-kali ci adek lompat.. "tunggu Vin, kakak aja yg hitung, satu..dua.. tiga.. baru lompat ya". Lalu pas jadi, kepalanya kepotong. Diulang lagi kakinya kepotong, diulang lagi cuma separo badan sisi kiri... susahhhh !! ini salah satu hasilnya, sosok yang tak menginjak tanah dan tak berwajah....



"Patung Pancoran", karya ayah. Pokoknya kita masing-masing berhak bergaya sesukanya, dan ini gaya kakak, hasil maksimal dari usaha minimal. Selamat memindahkan patung ini dimanapun anda suka.


"Pithecantropus errectus" by ibu. Awalnya ayah sendiri yang milih model begini, lalu 3 penonton saling berceloteh ngatur suka-suka mereka, lalu fotografer mengarahkan dan mengembalikan seperti habitat aslinya.

Go green holiday

Liburan..yuppy!! Saatnya hasil kerja keras anak-anak berpeluh habis test kenaikan kelas dihargai. Walaupun raport kenaikan kelas kali ini unik, Vikra dpt ranking 3 dan lolos ke IPA tp nilai sedikit tak bergerak dari sebelumnya, sementara Vinda turun ranking tapi nilai naik yg bikin kami bersyukur karena memang belajarnya terlihat serius. "Hasil ulangan uraian matematika Vinda dpt 100 bu, gak tahu entar di rapotnya". Vinda awalnya terlihat kecewa tdk masuk rangking yg dia targetkan, tapi kami selalu bilang: "Tak apa, prestasi adalah ketika capaian hari in lebih baik dari hari kemarin". Karena memang SMP1 ini sangat kompetitif, belum lama thn 2008 dapat ISO 2000 terbaik ke 3 nasional. Pas di cek dg raport temannya yang dpt rangking diatasnya,perbedaaanya cuma hitungan digit koma. Wis gak apa-apa, Apapun hasil kalian, ayah ibu bersyukur dan senang.

Lupakan sejenak sekolah. Liburan telah tiba, ayah tak bisa cuti. Jadi dicicil setiap weekend, dan pd hari-hari biasa anak-anak berliburan dg teman, maklum sudah mulai remaja, jadi berlibur dengan teman juga mengasikkan buat mereka. Walaupun nggak bisa liburan lama, tapi asik juga dilakukan tiap minggu.

Ini liburan "go green"kami, dan seperti biasa kami penyuka alam.

Week 1: Pulang kampung sungkem akung-sunatan Yufa.


Week 2: Berkuda-tracking-teawalk-fun gathering dg keluarga kawan2 dekat di gunung mas Puncak. Ada om Fauni-tante Neng, Om Ace tante Ita cerah, pancar dan Bara, ada om merhan tante Mega dan Putra. Seru. Dari berkuda, tracking kebun teh, main layang-layang, naik mobil ATV, lunch bareng di resto ayam Cianjur. Seru asik.

Week 3: Main ke hutan (cari dan bikin cincau) dan berpantai Carita ria di banten dengan keluarga om Ipung-bude ikun. Kebetulan mereka sekalian syukuran sembelih kerbau, karena kak putri insya Allah mau berangkat sekolah ke Amrik. Sukses ye...btw, cincaunya uenak.


Week 4: Exploring junggle, Hiking gunung Pangrango-camping Halimun dan culinary trip Sukabumi
Ini alur "/jadwal liburan ke Sukabumi kemarin (tadinya mau rame-rame geng Formaci tp pada tidak jadi).
Jumat :
berangkat dan lunch di resto bu Bunut . Exploring camping ground-hill-river of Cinumpang . Breathing at Situ Gunung junggle and lake. Dinner with Durian Surabi and Sekoteng Singapore at Jl. A.Yani Sukabumi. Relax at hotel (playing card and chatting)

Sabtu: Breakfirst at Bubur Bunut (jl. Suryakencana). Hiking at Pangrango mountain. Tracking to Cibeurem waterfall. Lunch with grilled corn at Halimun valley. Camping at side river of camping Ground Halimun . River bath (brrr duingin). Dinner and enjoy the best Bandrek BP at Suryakencana.


Nantikan tulisan masing-masing ttg liburan ini.

Sakit

Termometer paling sensitif dirumah ini biasanya kulit ibu. Kalau habis datang dari mana-mana walopun udah gede-gede, kami masih mentradisikan saling peluk. Tapi 3 hari lalu, terasa badan kakak kok lebih hangat dari biasanya. Langsung madu, echinasea (herbal untuk daya tahan tubuh), Vicks, jus buah, air putih dibombardir untuk mencegah. Rupanya tak mempan seperti biasanya. Kok bisa? Ceritanya dimulai dari Sabtu, Vikra sibuk tampil ngeband, Jumát perpisahan barbeque dg teman sekelas plus gurunya di Cinere, Minggu ketamuan sobat-sobat keluarga yang membuat kami keasikan ngumpul di rumah sampai jam 2 malam, malam senin ampe rumah midnait krn ngantar sobat karib yang masuk RS (alhamdulillah akhirnya gak apa-apa) dan klimaksnya outbond calon pengurus OSIS di Sabda alam. Semua terjadi dalam seminggu ini, yg membuat Vikra hepi tapi tidur jadi agak larut dan so pasti ujung-ujungnya badan drop. Jadi 2 malam lalu, badan kakak panas, dan esoknya dibawa ke dokter dg dugaan radang tenggorokan. Minta di test Demam Berdarah tapi baru bisa dilakukan 3 hari lagi. Walopun sepintas ci-adik cuek, tapi diam-diam ci adek Vinda banyak handle kakak, dari mendaftar, menunggu dan merawat kasih obat kakaknya (walopun kadang ngasih obat tp gak kasih airnya..podo wae ndukkk) dan mbedakin kakaknya (walopun sambil nyengir geli katanya badan kakak lengket). Btw, yang lucu kemarin pagi saat badan lagi panas-panasnya, bisa-bisanya kakak minta izin mau berangkat ke puncak ada acara dengan temen-temen angkatannya yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Oalah nang...no..no..no! Untungnya temen-temennya pada datang nengok (dlm foto ini), ada sekitar 7 orang yang tadinya datang untuk ngucapin ultah kakak yang ke 16 tapi baru tahu kalo sakit. Ultah kok sakit to nang...tapi mungkin dalam hati kakak sedikit syukur karena keusilan dia untuk ngerjain temen-temennya saat ultah mereka (nyeplok telur dan ngerjain ini itu) tidak terbalas saat ultahnya.


Kalau yang ini? ini tokoh pewayangan Janoko, werkudoro yang punya otot kawat, tulang besi, kulit seng, keringat oli top one. Ayah orang yang jarang sakit...tetapi beberapa minggu lalu saat ibu ama Vinda di Solo tiba-tiba feeling gak enak. jadi nelp ke rumah, dan si embak ngasih tahu: "bapak muntah-muntah di kamar mandi bu". Langsung deh ibu nelp kakak yang lagi di sekolah untuk pulang cepat, ngantar ayah ke dokter dan juga minta bangunin om Gofar. Karena ibu ingat ayah pernah sakit serupa 2 tahun lalu, kolik perut dan tengah malam jam 2 ibu larikan ke RS. Untung rumah kami dekat dg RS (3 KM), jadi mudah terhandle. Dari jauh ibu memantau sambil nyari tiket pesawat. Ayah seperti biasanya bilang: údah gak usah buru-buru..ayah udah enakan kok". Yang jelas ibu baru teteg kalau handle sendiri orang sakit. Karena banyak pengalaman nyawa terselamatkan karena cepat bertindak, tepat berkeputusan dan cermat dengan tindakan medis. Sikap ceriwis tapi santun sangat diperlukan di RS yg komersial, lelet dll. Tapi alhamdulillah, gak sampai jurus-jurus dikeluarkan, ayah sudah dinyatakan sembuh setelah 2 hari semalam dirawat. Yang jelas Tuhan kerap membuat kita sakit hanya untuk mengingatkan bahwa tubuh punya keterbatasan dan perlu perhatian. Matursuwun gusti kau ingati dan kau sembuhkan...