Juragan Tanaman Hias


Selain buah rambutan, ada banyak penghuni baru di Gang Jambu. Jumlahnya ratusan. Mereka berbaris rapi mengeliling kolam depan. Sebagian sudah berdaun banyak, sebagian baru berdaun tiga atau empat. Sebagian, seperti foto di atas, baru tumbuh.

Adenium-adenium ini hasil kerja bareng ayah, kakak, om gofar. Vinda? Ikut gak ya? Kata kakak, vinda pernah bantuin nanem, tapi tangannya gak mau nyentuh tanah. Bayangin aja gimana tuh. Dan itu ada yang diturun loh...

Kakak Vikra dan Vinda sering heran. "Ayah, kok bisa sih?"
"Alah, apaan..paling juga dari google," kata Vikra.

Proyek penyemaian adenium ini memang hasil googling ayah. Di rumah ada beberapa adenium tua yang berbiji. Nah, gimana biji itu dimanfaatkan, gimana cara nanamnya, gimana bisa tumbuh jadi adenium baru, ya bergurunya ke pakde google.

Adenium ini hanya salah satu tanaman yang dibiakkan sendiri keluarga Gang Jambu. Sebelumnya, sudah banyak tanaman yang dicoba kami biakkan sendiri. Untungnya tinggal di Sawangan, kami dikelilingi banyak sentra tanaman hias. Ada Godong Ijo, pusat bisnis adenium terbesar ---harga koleksi adeniumnya bisa nyampek ratusan juta rupiah!!. Ada Bang ini, ada Bang Itu, tetangga-tetangga kami yang sebagian buka "lapak" di pinggir jalan Sawangan. Jadi, banyak tempat berguru, bertanya.

Kami punya bambu air (katanya dari Jepang), yang kini jadi 5 pot, dari cuma 1 pot. Pohon pisang hias, yang tadinya satu lobang, sekarang sudah berbiak. Ada di halaman belakang, juga ada di sepanjang pagar samping.


Lalu ada juga jamia, yang tadinya kami beli satu pot, sekarang jadi enam pot.
"Pokoknya, jangan macem-macem. Kita punya ayah "juragan" tanaman hias," kata ci ibu.

hehe..


Rambutan Sambut Obama


Tertarik mencoba buah rambutan gang jambu?
Ini buah pertama pohon rambutan yang kami tanam sekitar 3 tahun lalu.
"Hemm..nglotok, enak," kata Vinda yang rajin monitor buah, mengambil yang sedikit menguning..

Selain rambutan ini, di halaman depan rumah, kami juga tanam mangga, manggis, jambu jamaika, dan kelapa kuning. Yang paling tua, si mangga. Tapi sejauh ini belum pernah berbuah. Kata tetangga, tanah gang jambu terlalu "adem" buat pohon mangga. Manggis dan jambu jamaika, entah berapa tahun lagi baru berbuah...

Pohon rambutan ini sebagian batangnya menjuntai ke jalan, melewati pagar. Setiap anak-anak yang lewat jalan kecil di depan rumah, merasa bebas metik buah di luar pagar..

Jadi, teman-teman dan keluarga blog ini yang tertarik buah rambutan perdana ini segera pesen. Mumpung masih pada hijau, dan baru mulai menguning..:)

Ini rambutan spesial. Pohonnya berbuah lebat menyambut kemenangan Obama, Presiden Amrik terpilih, yang konon juga demen ama rambutan..

Hehe..maksa banget yakkk...

Aceh, Aceh

Saat participant conference diundang ke pendopo gubernur untuk dinner dengan makanan lezat khas aceh dan disuguhi tari Saman yang kompak energik dan elok.Kebudayaan Aceh sangat kaya, peace effort bagian dari upaya mengkonservasi kebudayaan yang luar biasa ini. Suasana belakang istana gubernur sangat klasik, mengingatkan kejayaan kesultanan pada abad 15-an. Konon pernah suatu masa seorang istri gubernur justeru sibuk menjual bendabenda ornamental bersejarah dalam istana ini. Masuk ke istana birokrat selalu penuh tumpukan pertanyaan dan dakwaan. Tetapi masuk ke hulu istana Aceh tambah lagi deretan rasa... ada darah dibalik kursi-kursi ini, ada tsunami dibalik kegagahan ini, ada tangis dibalik tarian lincah ini, ada marah dibalik masakan nikmat ini..
Disela acara selalu menyempatkan ketemy sobat lama, ini Indri sahabat sejak di SP, yang biasa naik kereta bareng, cerita dari A sampai Z, seorang sobat yang lahir dan terlahir selalu untuk orang lain... Kopi Ulee Kareng Solong dengan kue Asokaya, membuat kekangenan pada Aceh dan kawan-kawan tambah lekat. Disini juga ketemu cek War (Azwar Hasan) dan EKa Sri Mulyani sobatdari Belanda yang bergiat untuk bangunkan Aceh.
Ini sekilas suasana konferensi ibu ttg Lokal, Outsider and konflict. Inisiator dari konferensi ini adalah orang-orang dibalik perdamaian Helsinski. Kenapa akhirnya Aceh jadi tempat penyelenggaraan, karena untuk monument moment. Aceh..Aceh..

Mainan Anak Jaman Baheula

Jaman generasi ayah ibu, bertumbuh disuasana kampung bersahaja, justeru menikmati masa ceria yang luar biasa dan bikin kreatif dengan interaksi antar teman yang sangat mendalam. Mainan anak laki-laki dan perempuan berbeda dan dibedakan memang. Ini cerita mainan anak perempuan di kampung jaman ibu masih anak-anak. Cerita ayah menyusul..
1. Dakon dengan lubang tanah: Jaman sekarang enak main dakon tinggal beli jadi dari plastik atau kayu yang artistik. Jaman dulu, cukup dengan ambil batu ditumbuk-tumbuk ke tanah untuk membuat lubang/legokan padat untuk lubang dakon dengan biji batu kerikil. Alhasil, tiap selesai main, kuku berwarna coklat natural alias full dengan tanah. Jangan diskusikan soal isu hygenic ya..karena tidap bulan ibu dipaksa minum obat cacing.
2. Cathok : Bermain batu sebesar bakso yang dilempar dan ditangkap dengan jari dan memainkan aneka atraksi, batu tidak boleh saling sentuh, cara ambilnya bisa dengan ditangkap dengan telapak tangan atau punggung tangan setelah dilempar, diambil satu persatu tapi dengan gerakan atraksi lembar keatas atau lembar bergantian 3 batu seperti akrobat Cina.
3. Sudamanda: Membuat gambar payung, kapal terbang atau jendela kotak-kotak diatas tanah, lalu kita melempar lempengan batu atau genteng kedalam kotak tersebut dengan diikuti tubuh kita yang berjinjit kaki satu atau melompat-lompat. Ini mirip seperti bermain ular tangga tapi dengan tubuh untuk mengejar skor, tetapi tidak pakai ular atau tangga.
4. Ombak banyu: Membuat lingkaran manusia secara zigzag berseling satu duduk satu berdiri, tangan saling bergandeng, dan tumit kaki yang duduk saling bertumpu ditengah beralas sabut kelapa. Lalu serempak menarik memutar..persis komedi putar manusia..asikkk
5. Gobak sodor: Mirip sudamanda, tetapi idenya bagiamana saling mengunci/memblock lawan untuk tidak bisa melewati ruang/garis berikutnya. Permainan ini memanfaatkan kelengahan musuh dan kerjasama, karena teman lain bisa mengacak konsentrasi penjaga garis agar team kita bisa masuk keruang/garis berikutnya.
6. Pasaran: Main jual-jualan. Pedangangnya macam-macam, bisa tukang jamu dengan botol-botol mini bekas obat diisi aneka warna alamai daun jati untuk merah, dan tambah kapur sirih untuk dapat warna pink, kunyit untuk kuning, tambah kapur sirih untuk oranye, hijau dari daun pepaya. Lalu ada pedagang minyak dari sari air daun waru yang ditumbuk. Kalau ibu paling suka jualan pakaian dari kertas yang digunting dan dibentuk baju-bajuan. Coba pakai apa mata uangnya? Bisa pakai bungkus permen, biji bengung/koro (kacang-kacangan khas kampung ibu), bisa dari potongan kertas, cetak uang dari njiplak uang logam dengan pensil. Kata temen-temen, ibu waktu kecil sok bossy, suka mborong jualan temen-temen dan bilang akan dibayar pake uang kertas (karena akung punya bekas kertas ujian). Tapi kata temen-temen, suka nggak bayar..jadi kalau ketemu sekarang sering ditagih..ha..ha.. padahal sekarang paling takut berhutang :)
7. Rumah-rumahan: Ini bisa membuat rumah beneran dari batang pohong singkong dan disekat dengan kain-kain. Ibu paling suka ambil seprei uti yang bagus-bagus buat bikin rumah paling cakep. Tapi begitu uti pulang, pertama dipuji bagus..tapi habis itu siap terima omelan panjang "seprei keno tlutuh kabeh, ora pareng dolanan seprei nggo sare tamu"(seprei kena getah semua, nggak boleh pake seprei untuk tamu buat mainan). Jadi ibu dikasih seprei jelek-jelek.. tapi bandel juga sih. Tapi jadi tahu intinya nggak bleh kena getah, jadi hati-hati milih pohon yang mau dipakai. Bikin rumah-rumahan lain juga dengan membuat gundukan tanah dan dibuat ruang-ruang cantik dengan furniture dari sumpil (kerang). Luucccuu
8. Kawin-kawinan dan Guru-guruan: Gampang ketebak, kita berperan seakan jadi bapak-ibu atau guru murid. Tapi hanya boleh anak cewek semua.
9. Main bekel dan karet sampai sekarang masih ada juga
10. Jelungan : petak umpet
11. Gamparan: Seperti main kelereng ata la petangue (perancis) menyasar batu lain dari jarak tertentu
12. Main dari tetumbuhan: nah, selain untuk membuat aneka warna, daun juga bisa dimanfaatkan untuk banyak-banyakan mengoleksi dan mencari persamaan. Semakin kita punya sisa yang tidak dipunyai musuh kita berarti kita menang. Ini melatih kecekatan dan ingatan. Daun juga bisa dipakai untuk aksesoris. Daun ketela untuk buat kalung dengan cara mematah bergantian tangkainya dan menyisakan daunnya untuk liontin/bandul. Daun nangka dilipat dua juga bisa untuk mahkota. Pelepah daun pepaya untuk sedotan main busa sabun. Daun petai cina untuk gosok-gosokan biar kulit bersih kekuning-kuningan. Daun kelapa dipakai untuk terompet dengan cara dililit berbentuk tanduk/terompet. Kembang petai untuk mie-mie-an, kembang Jlegor untuk mie pink, kembang Liander untuk mie kuning, kembang turi untuk mie putih.
13. Main boneka: jangan pernah berfikir boneka beli. Ya memang sempat punya, dibeliin akung karena ibu minta terus. Tapi bonekanya dari plastik kaku matanya kram nggak gerak, aling sendi lengan dan paha yang bisa gerak memutar searah. Boneka semuanay bikin. Biasanya dari kain perca diisi kapas, dikasih batang. Atau bikin dengan dijahit. Pernah juga dari kaos tangan pramuka dibikin boneka 3 anak kucing dengan diisi kapas, dikasih pita dileher, mata kping kumis dan diletakkan dalam tabung bambu pendek..lucuuuu.
13. Bernyanyi dan menebak. Ada lagu doktri legendri memutar batu pas lagu habis dan batu berhenti didepan salah satu, berarti dia harus jadi, dan mengejar yang lain. Lalu ada permainan cublak-cublak suang, dengan cara mengumpetkan kertas kecil dalam genggaman dan menabak siapa pembawanya saat lagu sirpong dele kopong. Ini untuk latihan menebak ekspresi. lalu ada lagu ci kelinci bapak pucung bergoyang-goyang alama-lama jadi patung. Latihan mematung dan yang gerak kalah. lalu ada lagu ndok-endokan jo pecah-pecah nduwur pecaho ngisor blog. Menumpuk jari menggenggam dan satu persatu genggaman bawah pecah dengan posisi telapak tangan tengkurap. Ini untuk melatih kesabaran dan latihan capek. Kalau kita paling atas tangan harus bertahan mengenngam sampai pegel nunggu giliran pecah. Banyak lagi dolanan anak jaman dulu, dan nyaris semua mainan kolektif interaktif disertai alunan lagu. Jadi semua motorik dan skill bekerja semua. Aihhh asiknya masa kecil itu... Yang jelas, Vikra Vinda diajari juga beberapa lagu dolanan ini (baca ttg Al-Hamra, label Spanyol), dimana kami nyanyi tembang Jawa di sudut selatan benua Spanyol.
Coba sekarang hitung yang masih survive mainan apa saja? Kalau saja anak sekarang mau susah kayak jaman ibu dulu.. toysR us bakal lari dari Indonesia....

Transit Singapore

Setelah 14 jam terbang, sekarang nyampai di Singapore...transit..cari internet. Pingin urut...

Community Research di Cibolang: Hidup Mandiri di Rumah Pak Agus

By Vikra ALizanovic






Pada waktu yang lalu, dari tanggal 4 hingga 7 Oktober 2008, aku bersama teman-teman se-angkatan disekolahku mengikuti acara Community Research ke Cibolang, Desa Kertawangi, Kec. Cisarua. Acara ini bertujuan untuk mengasah kemandirian para siswa. Disini, para siswa dibagi menjadi berbagai kelompok, dan ditempatkan di rumah para penduduk yang ditunjuk menjadi orang tua asuh.
Kami adalah kelompok 6, yang bernama Univ. Cendrawasih. Nama semua kelompok diambil dari berbagai nama Universitas yang berada di sekeliling Indonesia, seperti Univ. Gajah Mada, Univ. Mulawarman, dsb. Di setiap kegiatan ini dipilih sebuah nama Angkatan, ketua Angkatan, Yel-yel Angkatan, dll. Nama Angkatan kami yaitu Adi Widya Bayangkara. Nama angkatan diambil dari bahasa Sansekerta atau bahasa Jawa kuno. Nama angkatan dipilih oleh Ketua Angkatan, yang sebelumnya telah dipilih dari setiap ketua kelompok yang ada. Untungnya, dan juga sekaligus sialnya, ketua kelompok kami, yaitu Vikra, terpilih menjadi Ketua Angkatan Umum.
Untungnya, karena itu menjadi kebanggaan sendiri bagi kami. Sialnya, kelompok yang berisikan Ketua Angkatan selalu menjadi kelompok yang dijadikan incaran para guru dan kakak-kakak OSIS sebagai bahan gemblengan, panutan, serta untuk diusili. Sebab, ketua angkatan harus selalu menjadi panutan bagi teman-temannya.
Kelompok kami ditempatkan di rumah Pak Agus. Beliau seorang petani. Beliau adalah Kepala keluarga. Beliau adalah seorang suami, seorang bapak dari 3 anak dan seorang kakek dari 1 cucu. Istrinya bernama ibu Komalah. Mereka berdua adalah orang yang sangat penyayang, penyabar. Pada saat kami tinggal disana, mereka berdua benar-benar memperlakukan kami layaknya anak-anak mereka sendiri.
Pada hari pertama, bis kami tiba di tempat wisata Little Farmers di Cisarua, Bandung. Karena Cibolang merupakan desa yang cukup terpencil di kaki Gunung Burangrang, hingga tidak memungkinkan bagi bis kami untuk masuk hingga ke desanya. Dari sana, kami harus berjalan kaki menuju desa Cibolang. Kami berjalan cukup jauh. Karena daerah sana merupakan daerah pegunungan, jalannya tentunya pun mengikuti struktur tanahnya. Jarak tempuhnya sekitar 2-3 kilometer.
Sesampainya disana, kami mengadakan apel/upacara pembukaan. Disana, kami dikenalkan pada Pak Agus, orang tua asuh kami, yang akan kami tempati rumahnya untuk beberapa hari kedepan. Kesan pertama yang kami dapat, adalah bahwa Pak Agus adalah orang yang sangat ramah dan penyayang. Beliau sudah berumur kurang lebih 58 tahun. Selesainya upacara, kami langsung dipandu menuju ke rumah pak Agus. Rumah Pak Agus menurut kami lumayan. Tidak terlalu sempit, tidak terlalu luas. Kebetulan, kelompok kami merupakan kelompok yang paling banyak anggotanya, yaitu 11 orang.
Untuk kesan hari pertama, cukup melelahkan dan menyenangkan. Disini kami dididik untuk disiplin. Kami diwajibkan untuk selalu datang ke setiap kegiatan sebelum kegiatan itu dimulai. Untuk shalat Subuh & Maghrib, kami diwajibkan untuk selalu datang ke Masjid disana untuk pergi shalat. Kami hanya punya waktu luang di saat makan siang, sarapan, makan malam, serta beberapa jam tiap harinya untuk pencarian data tugas PKD ( Peduli Kehidupan Desa) dan PDP ( Pengambilan Data Penelitian). Kelompok kami mendapat PDP bertemakan ‘Proses Reboisasi di Desa’.
Malamnya, kami diberi tugas untuk membuat dan menjaga Fendel secara bergiliran. Fendel adalah Tongkat kami yang dipasang dan saling menopang 1 sama lain sehingga tidak jatuh ke tanah. Bila Fendel kuat, maka tongkat tengah yang jadi tumpuan semakin berat untuk ditarik dan bila dijatuhkan tetap kuat berdiri. Tiap malam kami buat jadwal jaga bergilir. Jam 22.00 hingga pukul 00.00, yang jaga adalah para wanita. Dari jam 00.00 hingga 02.00, yang jaga adalah para cowok. Dan dari jam 02.00 hingga 04.00, kami semua harus tidur, dan sebelum jam 04.00, kami semua harus bangun lagi untuk shalat berjam’ah di masjid.
Waktu untuk MCK dan bersih-bersih umumnya selalu kami gunakan untuk istirahat, menyiapkan pensi, dan kultum. Sebab karena mungkin tidak biasa, kami terkadang selalu kelelahan. Ada juga saat dimana kami melakukan penjelajahan, yang merupakan salah satu inti dari acara ini, yang membuat kami benar-benar capek. Kami semua melakukan penjelajahan pada hari ke-3, dari pukul 6 pagi, hingga jam 3 sore. Tiap kelompok diberikan tugas dan amanat dari tiap pos ke pos lain.
Penjelajahan adalah bagian yang paling menantang dari semua program Community Research ini. Kelompok kami, kelompok 6, mendapat giliran paling terakhir. Setiap kelompok dipisah jeda selama 15 menit atau bahkan lebih. Di tengah-tengah penjelajahan juga ada bagian pelumpuran. Kami disuruh untuk merangkak dan berguling di atas Lumpur untuk merasakan apa yang dirasakan para petani di sawah. Setelah itu, kami berjalan naik-turun gunung sejauh kira-kira 8 km atau 18 km. Dimana, di pos terakhir, kami ditujukan ke air terjun. Di air terjun itu, kami ditanyakan berbagai tugas yang telah diberikan kepada kami saat penjelajahan. Disana kami juga disuruh duduk dibawah air terjun sambil bernyanyi lagu wajib nasional sekerasnya. Saya pikir tujuannya adalah membangkitkan rasa cinta kami terhadap tanah air. Kami juga sekaligus membersihkan diri kami dari lumpur tadi.
Setelah melewati semua itu, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Cibolang. Perjalanan balik tidak separah perjalanan yang tadi. Kami memotong jalan melewati bagian lain gunung. Namun, akhirnya kami sampai juga di desa Cibolang. Jadwal menegaskan bahwa acara penjelajahan berlangsung hingga jam 1 siang, namun kelompok saya, yang sampai paling terakhir, sampai pada jam 3 sore. Dimana, seharusnya pada jam 3 itu seharusnya kami pergi ke masjid untuk shalat ashar berjama’ah. Namun, tidak ada satu pun orang di masjid. Bahkan OSIS dan guru pun tidak ada yang muncul. Akhirnya, sore itu kami mengabaikan jadwal dan istirahat hingga maghrib. Malamnya, kami melaksanakan Pensi dan mengadakan acara api unggun hingga jam 00.00 malam.
Di acara api unggun itu, Pak Prawidi, selaku kepala sekolah, Kak Arya, selaku ketua OSIS, serta saya, Vikra, sebagai ketua angkatan umum, dipanggil kedepan untuk menyalakan api unggun secara simbolis serta memberikan kesan & pesan. Untuk bagian Pak Prawidi dan Kak Arya, kesan & pesan mereka cukup jelas & lancar. Saya tak mengira saya juga akan dimintai untuk bicara, sebab tak ada yang memberi tahukan soal ini terhadap saya. Jelas saya gugup. Di pidato saya, saya gemetaran sebab udara dingin yang menusuk. Sialnya, getaran dalam suara saya dikira sebagai tangisan haru oleh teman-teman saya. Jelas saya malu, namun saya mengatakan apa yang ada di hati saya. Acara terus berlanjut. Kami bernyanyi bersama-sama kakak-kakak OSIS.
Selesainya acara, kami semua langsung menuju ke rumah untuk tidur. Malam itu kami tidak harus membuat Fendel. Namun, sebagian kelompok saya belum tidur hingga jam 02.00, karena harus membuat konsep kultum untuk sholat subuh nanti. Saya kira kelompok kami, kelompok 6 adalah kelompok yang paling gila. Pertama, kami adalah kelompok yang paling sering datang telat ke setiap acara. Kami juga kelompok yang paling sering kena masalah dengan OSIS. Dan juga, kami adalah 1 dari 2 kelompok yang masih menyimpan pita hitam (tanda keburukan yang diberi oleh kakak OSIS) hingga akhir. Kami hanya mendapat 5-6 pita putih (tanda kebaikan yang diberi oleh kakak OSIS) dan sekitar 4-5 pita biru (tanda keburukan yang sudah ditebus dengan hukuman yang diberi oleh kakak OSIS). Kami tidak mendapatkan satupun pita emas(1 pita emas nilainya sama dengan 10 pita putih).
Esoknya, jam 7 kami sudah akan pulang. Kami berpamit dan berbagi kenang-kenangan dengan Pak Agus dan keluarganya. Kami merasa sangat sedih untuk meninggalkan Cibolang. Saya berjanji kepada Pak Agus tahun depan atau kapanpun bisa, saya akan berkunjung kesini lagi. Sebelum pulang, kami mengadakan apel penutupan. Setelah apel, diumumkanlah pemenang berbagai kompetisi lomba. Kelompok saya mendapatkan banyak kemenangan. Seperti; juara 2 lomba masak, juara 2 lomba PKD, juara 2 lomba PDP, dan juga peserta terbaik putri berasal dari kelompok kami. Untuk itu, kami mendapatkan 4 pita emas. Saya berpikir juga sebaiknya pita hitam tak usah ditebus. Biar dapat semua warna, pikir saya.
Setelah itu, kami meninggalkan Cibolang. Pengalaman ini adalah pengalaman yang sangat berarti untuk kami semua. Di bus, nyaris semua dari kami tertidur kelelahan. Kami semua merasa senang telah lulus kegiatan Community Research dan bisa kembali ke rumah….

Mainan Anak jaman Baheula

Jaman generasi ayah ibu, bertumbuh disuasana kampung bersahaja, justeru menikmati masa ceria yang luar biasa dan bikin kreatif dengan interaksi antar teman yang sangat mendalam. Mainan anak laki-laki dan perempuan berbeda dan dibedakan memang. Ini cerita mainan anak perempuan di kampung jaman ibu masih anak-anak. Cerita ayah menyusul..
1. Dakon dengan lubang tanah: Jaman sekarang enak main dakon tinggal beli jadi dari plastik atau kayu yang artistik. Jaman dulu, cukup dengan ambil batu ditumbuk-tumbuk ke tanah untuk membuat lubang/legokan padat untuk lubang dakon dengan biji batu kerikil. Alhasil, tiap selesai main, kuku berwarna coklat natural alias full dengan tanah. Jangan diskusikan soal isu hygenic ya..karena tidap bulan ibu dipaksa minum obat cacing.
2. Cathok : Bermain batu sebesar bakso yang dilempar dan ditangkap dengan jari dan memainkan aneka atraksi, batu tidak boleh saling sentuh, cara ambilnya bisa dengan ditangkap dengan telapak tangan atau punggung tangan setelah dilempar, diambil satu persatu tapi dengan gerakan atraksi lembar keatas atau lembar bergantian 3 batu seperti akrobat Cina.
3. Sudamanda: Membuat gambar payung, kapal terbang atau jendela kotak-kotak diatas tanah, lalu kita melempar lempengan batu atau genteng kedalam kotak tersebut dengan diikuti tubuh kita yang berjinjit kaki satu atau melompat-lompat. Ini mirip seperti bermain ular tangga tapi dengan tubuh untuk mengejar skor, tetapi tidak pakai ular atau tangga.
4. Ombak banyu: Membuat lingkaran manusia secara zigzag berseling satu duduk satu berdiri, tangan saling bergandeng, dan tumit kaki yang duduk saling bertumpu ditengah beralas sabut kelapa. Lalu serempak menarik memutar..persis komedi putar manusia..asikkk
5. Gobak sodor: Mirip sudamanda, tetapi idenya bagiamana saling mengunci/memblock lawan untuk tidak bisa melewati ruang/garis berikutnya. Permainan ini memanfaatkan kelengahan musuh dan kerjasama, karena teman lain bisa mengacak konsentrasi penjaga garis agar team kita bisa masuk keruang/garis berikutnya.
6. Pasaran: Main jual-jualan. Pedangangnya macam-macam, bisa tukang jamu dengan botol-botol mini bekas obat diisi aneka warna alamai daun jati untuk merah, dan tambah kapur sirih untuk dapat warna pink, kunyit untuk kuning, tambah kapur sirih untuk oranye, hijau dari daun pepaya. Lalu ada pedagang minyak dari sari air daun waru yang ditumbuk. Kalau ibu paling suka jualan pakaian dari kertas yang digunting dan dibentuk baju-bajuan. Coba pakai apa mata uangnya? Bisa pakai bungkus permen, biji bengung/koro (kacang-kacangan khas kampung ibu), bisa dari potongan kertas, cetak uang dari njiplak uang logam dengan pensil. Kata temen-temen, ibu waktu kecil sok bossy, suka mborong jualan temen-temen dan bilang akan dibayar pake uang kertas (karena akung punya bekas kertas ujian). Tapi kata temen-temen, suka nggak bayar..jadi kalau ketemu sekarang sering ditagih..ha..ha.. padahal sekarang paling takut berhutang :)
7. Rumah-rumahan: Ini bisa membuat rumah beneran dari batang pohong singkong dan disekat dengan kain-kain. Ibu paling suka ambil seprei uti yang bagus-bagus buat bikin rumah paling cakep. Tapi begitu uti pulang, pertama dipuji bagus..tapi habis itu siap terima omelan panjang "seprei keno tlutuh kabeh, ora pareng dolanan seprei nggo sare tamu"(seprei kena getah semua, nggak boleh pake seprei untuk tamu buat mainan). Jadi ibu dikasih seprei jelek-jelek.. tapi bandel juga sih. Tapi jadi tahu intinya nggak bleh kena getah, jadi hati-hati milih pohon yang mau dipakai. Bikin rumah-rumahan lain juga dengan membuat gundukan tanah dan dibuat ruang-ruang cantik dengan furniture dari sumpil (kerang). Luucccuu
8. Kawin-kawinan dan Guru-guruan: Gampang ketebak, kita berperan seakan jadi bapak-ibu atau guru murid. Tapi hanya boleh anak cewek semua.
9. Main bekel dan karet sampai sekarang masih ada juga
10. Jelungan : petak umpet
11. Gamparan: Seperti main kelereng ata la petangue (perancis) menyasar batu lain dari jarak tertentu
12. Main dari tetumbuhan: nah, selain untuk membuat aneka warna, daun juga bisa dimanfaatkan untuk banyak-banyakan mengoleksi dan mencari persamaan. Semakin kita punya sisa yang tidak dipunyai musuh kita berarti kita menang. Ini melatih kecekatan dan ingatan. Daun juga bisa dipakai untuk aksesoris. Daun ketela untuk buat kalung dengan cara mematah bergantian tangkainya dan menyisakan daunnya untuk liontin/bandul. Daun nangka dilipat dua juga bisa untuk mahkota. Pelepah daun pepaya untuk sedotan main busa sabun. Daun petai cina untuk gosok-gosokan biar kulit bersih kekuning-kuningan. Daun kelapa dipakai untuk terompet dengan cara dililit berbentuk tanduk/terompet. Kembang petai untuk mie-mie-an, kembang Jlegor untuk mie pink, kembang Liander untuk mie kuning, kembang turi untuk mie putih.
13. Main boneka: jangan pernah berfikir boneka beli. Ya memang sempat punya, dibeliin akung karena ibu minta terus. Tapi bonekanya dari plastik kaku matanya kram nggak gerak, aling sendi lengan dan paha yang bisa gerak memutar searah. Boneka semuanay bikin. Biasanya dari kain perca diisi kapas, dikasih batang. Atau bikin dengan dijahit. Pernah juga dari kaos tangan pramuka dibikin boneka 3 anak kucing dengan diisi kapas, dikasih pita dileher, mata kping kumis dan diletakkan dalam tabung bambu pendek..lucuuuu.
13. Bernyanyi dan menebak. Ada lagu doktri legendri memutar batu pas lagu habis dan batu berhenti didepan salah satu, berarti dia harus jadi, dan mengejar yang lain. Lalu ada permainan cublak-cublak suang, dengan cara mengumpetkan kertas kecil dalam genggaman dan menabak siapa pembawanya saat lagu sirpong dele kopong. Ini untuk latihan menebak ekspresi. lalu ada lagu ci kelinci bapak pucung bergoyang-goyang alama-lama jadi patung. Latihan mematung dan yang gerak kalah. lalu ada lagu ndok-endokan jo pecah-pecah nduwur pecaho ngisor blog. Menumpuk jari menggenggam dan satu persatu genggaman bawah pecah dengan posisi telapak tangan tengkurap. Ini untuk melatih kesabaran dan latihan capek. Kalau kita paling atas tangan harus bertahan mengenngam sampai pegel nunggu giliran pecah. Banyak lagi dolanan anak jaman dulu, dan nyaris semua mainan kolektif interaktif disertai alunan lagu. Jadi semua motorik dan skill bekerja semua. Aihhh asiknya masa kecil itu... Yang jelas, Vikra Vinda diajari juga beberapa lagu dolanan ini (baca ttg Al-Hamra, label Spanyol), dimana kami nyanyi tembang Jawa di sudut selatan benua Spanyol.
Coba sekarang hitung yang masih survive mainan apa saja? Kalau saja anak sekarang mau susah kayak jaman ibu dulu.. toysR us bakal lari dari Indonesia....

Belanja pintar hati

"Ibu mah sukanya cuma lihat-lihat, kenapa sih nggak langsung beli aja? Ngapain lihat-lihat kalau nggak buat beli?" Beginilah Vinda sering nyeletuk ketika kadang kami jalan wiken, disaat ayah Vikra menikmati hobinya di counter DVD, ibunya dan Vinda juga menikmati hobi sendiri, muter-muter atau belanja keperluan.
Nggak tahu kenapa window shopping atau sekedar melihat-lihat kadang bikin nikmat, bukan sekedar kita bangga ketika kita menang melawan nafsu membeli, tetapi juga puluhan ide muncul untuk mengkreasi atau memodifikasi benda-benda yang kita lihat. Entah itu model baju, interior disain, harmoni warna dll. Sambil jalan begitu , selalu jadi disainer imaginer yang nggak wajib tertuang dalam benda nyata untuk diusung ke rumah.

Repotnya menanamkan sikap menjadi smart shopper ke anak, tidak mudah. Kami paling suka bergaya hidup circus yang siap keatas dan biasa ke bawah. Kami kadang juga beli benda bermerk karena ingin awet atau beli di tempat mewah macam Sogo, juga pernah sesekali. Motivnya hanya untuk bilang ke anak, bahwa beli di tempat mewah bukan soal bisa atau tidak bisa, tetapi soal mau atau tidak. Jadi kami beli benda satu, diskusinya seribu:). Kenapa benda ini menjadi mahal? Mulai deh ceriwis diskusi bahwa barang mahal karena pembeli harus menanggung sewa display/toko yang mahal, biaya reklame, seragam dan make up pramuniaganya, biaya transport impornya… Padahal kalau mau lebih teliti, dan kalau mau rasional.. benda dengan kwalitas yang sama bisa kita temukan ditempat yang lebih sederhana dengan harga jauh lebih murah karena kita tidak terbebani biaya-biaya itu semua.
Jadi pernah kami bikin list belanja di pasar Ciputat, dengan uang 200 ribu pernah dapat mukena parasit harian Vinda, handuk, kaos kaki buanyak, baju tidur katoen lucu-lucu dan bagus, dll.. 3 plastik!! Vinda tercengang-cengang, karena uang yang sama dia tahu bisa dapat apa di mall-mall mewah. Sambil jalan, biasanya cerita-cerita, bahwa mestinya kita selalu belanja di Pasar untuk menghargai uti dan uyut-uyut juga, karena ibu bisa sekolah karena jasa mereka yang sehari-hari berakrab ria beraktifitas di pasar tradisional. Di pasar kita bisa menawar..dan asik ada interaksi, tambah lagi hubungannya sangat personal. Pembeli yang miskin akan dikasih harga minim dan sebaliknya bisa ambil untung banyak kalau pembeli berkantong tebal. Bahkan tidak jarang pembeli bisa hutang, atau kadang uti sering memberi mukena atau seragam ke pelanggan yang tidak mampu. Tidak seperti di mall dan supermarket besar yang semua dianggap sama rata, impersonal dan pembeli ya benda itu sendiri!! Semua orang dipaksa wangi dan sempurna, padahal ketika pulang ke rumah masing-masing sudah menjadi orang yang berbeda. Di pasar tradisional, pembeli adalah manusia....

Rumah Ramah

"Bu, betul kita diundang kesini"? Begitu Vikra pernah sedih berbisik memastikan diri apakah betul-betul kita diundang dalam acara ultah teman di rumahnya yang mewah penuh kristal. Vikra memang cuek dan slengekan tetapi juga sangat sensitif ketika ditatap oleh nyonya rumah ibunya teman ini yang barangkali merasa terancam kedatangan tamu anak-anak macam Viva yang nggak mengguratkan wajah anteng. Pernah juga kami nahan nafas beberapa jam waktu membawa main kerumah kawan lain yang rumahnya penuh kristal juga, lemari kaca yang mewah pongah, sofa krem yang seakan ingin mengusir orang yang mau duduk. Wajah pemilik rumah ramah, tapi tidak bisa disembunyikan sulitnya menjembatani basa-basi dan ketakutan benda mahalnya rusak atau kotor oleh tamu-tamunya. Dan satu pengalaman paling membuat rasa bersalah, ketika Vinda dan temannya berusia 4 tahun, pernah memecahkan tempat lilin kaca kenangan terakhir temen-temen asrama yang dibeli ramai-ramai untuk surprise. Kontan marah... tapi seperti tertampar, apa sih arti benda itu walaupun itu bersejarah dibanding kesedihan anakku dan temennya??
Duh kalau begini, perlu pertanyakan pada diri kia, apa sih fungsi dan esensi rumah? Apakah museum mejeng benda mewah yang menunggu decak? Tempat gua bertapa sunyi sepi tanpa salam tamu? Atau rumah hangat yang siapapun nyaman untuk berada didalamnya? Atau bisakah menjembatani semua hal sebagai rumah hangat, tapi juga indah dan asik untuk mengkoleksi benda bersejarah.
Kami belum bisa membuat rumah ramah yang ideal, tapi berdasarkan pengalaman diatas, kami mencoba beberapa hal ini:
1. Kenali dulu siapa kita dan siapa orang yang akan lalu lalang di rumah. Jadi waktu bikin rumah dan pilih benda pengisinya sesuaikan denan karakter orang yang akan lalu lalang didalamnya. Yang jelas nggak penghuni gang jambu maupun kebanyakan tamunya mayoritas keluarga yang bawa anak, dan anak-anaknya jarang yang anteng, kayak Viva juga!! Jadi kami menghindari furniture yang tajam dan berbahaya (tapi kolam tengah banyak dikritik juga sih). Pilih furniture yang finishingnya rustic ketimbang yang mulus sophisticated dan mudah kelihatan kalau tergores.Jadi balai-balai bisa untuk maindakon atau bekel sekalipun nggak apa-apa.
2. Utamakan space bermain untuk anak dan beri mereka kenyamanan untuk merasa punya rumah. Jadi kami biarkan Vinda main lompat karet di rumah dengan teman-temannya, atau main volly yang soft dll dalam rumah. Intinya kepentingan anak nomor satu, tapi bukan berarti rumah sepi melompong kosong. Jadi letakkan benda mudah pecah pada tempat yang tidak terjangkau anak. Dulu bahkan jaman Vikra kecil, kita punya pot cantik bentuk kepala berkuping, kami ikat kawat transparan biar tetap indah tapi juga tidak membahayakan anak.

4. Selalu hindari membeli benda bersejarah yang mudah pecah. Kami tidak punya piring antik, kristal menyilaukan, dll. Jadi souvenir travelling internasional bisa cantik juga dalam bentuk logam, kayu, dll. Kalau toh harus dari benda mudah pecah kami cari yang mudah didapat dan murah.
5. Beri pengertian pada anak arti "koleksi"yang harus dirawat saat bertamu atau milik kita sendiri. Juga libatkan anak kita untuk menjadi tim untuk handle anak tamu kita yang super liar. Tidak jarang piano habis di stemp di gubrak-gubrak.. jadi biasanya Vikra Vinda akan ngajak mereka nyanyi dan membantu ngemong. Yang jelas ketamuan anak kecil yang nglempar batu-batu ke ruang tengah, nglempar koleksi numismatic (coin beberapa negara) ke kolam, atau melayani anak-anak yang maunya menurunkan souvenir dari dalam bufet, pernah juga mike baru karaoke di jilat penuh ludah dan tidak bisa dipakai lagi, pokoknya sudah biasa!!

Bukan berarti kami super sabar dan super ramah...pernah juga sih kesal karena temen-temen Viva main didalam berisik dan tidak sensitif kalau kami perlu istirahat. Kalau sudah begini biasanya kami panggil Viva dan kasih tahu buat pindah ke ruang samping atau berganti aktivitas yang anteng. Tapi kalau ama temen-temen mereka yang udah biasa main, ya udah kayak anak sendiri, langsung ditegur dan oke-oke saja...

Gajah Kompak di Taman Safari (2005)

Moga-moga pengunjung gang jambu nggak ada yang ketularan gadis satu ini, yang sampai kelas V SD kalau pergi-pergi maunya dipangku ibunya didepan. Bahkan paling ekstrem, waktu keliling Jawa hampir 10 hari, full menikmati sofa natural pangkuan ibunya. Berkali-kali ayah ingetin: "Nda, mbok duduk sendiri kasihan ibu...". Si gadis cuma merespon seperti angin lalu, dan kakaknya dibelakang ya heppy, karena dia menikmati jokbelakang leluasa sendiri. Di gambar ini kalau kelihatan cemberut nangis, tebak kenapa? Ini gara-gara ayahnya ngeledek pura-pura tidak menjalankan mobil saat binatang mengerumun di taman Safari.

Ini atraksi akrobat binatang yang lumayan fun. Aneka binatang unjuk kebolehan. Kalau kita cermat melihat jadwal, kita bisa ikuti paket show dari atraksi gajah, harimau-singa, lumba-lumba, anjing laut, multi binatang dan koboy show juga.

Tak terhitung berapa kali dua bocah ini merayu kesini, karena Vikra terutama suka sekali binatang. Safari malam juga mengasikkan, kita bisa melihat binatang liar berlaga pada malam hari dan lebih hidup. Mata singa tajam kesorot cahaya mobil jadi lebih serem, plus atraksi lampu-lampu kermis/toyland bergabung dengan dinginnya lereng gunung seru juga.

Gajah aja bisa diajari sekolah.. hebat ya. Pelatihnya perempuan-perempuan pemberani. Gajah-gajah ini diajari duduk berbaris, berdiri dengan satu kaki, saling bertumpu seperti rantai, memberi hormat, dll. Asiknya sambil nonton atraksi kita akan diberi pengetahuan ttg seluk beluk binatang tersebut, dari makanan, gaya hidup, habitat dan cara konservasinya. Buat edukasi anak boleh lah...Selain itu kalau kearah puncak, biasanya kita sekalian menginap semalam buat hirup udara segar, menikmati ronde di puncak dan esoknya makan di warung Sunda Ciawi yang sedap itu. Ini kenangan foto-foto lama th 2005.

Vinda & Piano

Ayah sms ke ibu : Ini udah di rumah, habis maem sayur asem ikan asin..vinda cerita, guru pianonya di Purwacaraka muji2. Perkembangan vinda katanya pesatt. gurunya udah ngomongin konser. tp dia gak tau kapan. dia cuma bilang, temen2nya yg udah setahun kursus aja belon ditawarin konser..cieeee..anak siapa?

Komentar di Face book

Ibu posted video "my girl Vinda playing classic piano at Face book
"Enjoy her little fingers.... "

10 Comments:

Marintan Sirait wroteat 3:15pm on September 16th, 2008 (pemilik sanggar jendela ide, tokoh music alternatif, penyibuk dibalik Jazz event)

"luar biasa...........!!!!!!!! kapan-kapan tampil di bdg....."

Yuniyanti Chuzaifah wroteat 3:25pm on September 16th, 2008
Makasih tante.... Vikra Vinda musti "mbeguru"sama suhu music kreatif alternatif tante Marintan..pas liburan nanti moga-moga kalau ada acara bisa gabung deh.. Salam buat Bintang.


Marintan Sirait wroteat 3:34pm on September 16th, 2008
add aja di FB: Bintang Manira Manik

Ulil Abshar Abdalla (Boston, MA) wroteat 9:53pm on September 16th, 2008 (tokoh intelektual, sobat ayah Ibu di Formaci)

"great, yuni! she is very talented".


Lisa Nh (Indonesia) wroteat 8:24am on September 18th, 2008 (World bank, tim ibu di McGill)
"wow vinda keren banget, luar biasa! tak bosan menontonnya berulang-2..:-) "


Wahyu Susilo wroteat 2:08am on September 20th, 2008 (tokoh Hak Azazi/pejuang buruh migran, adik Wiji Thukul, tim ibu di SP)
"hebat kakak vinda.... nanti dedek cessy mau belajar deh.. sekarang pipi menul2 juga lagi sekolah musik wonderland..."


Ima RhoMayda (Universiteit Leiden) wroteat 10:52pm on October 2nd, 2008 (student univ Leiden)
"naaah ini nih favorit saya tiap main ke facebook mba yuni! seruuu.... dek vinda udah main piano berapa lama bisa sampe bisa sekeren ini? ayo main lagi, direkam lagi, upload lagi... :)"
Delete

Deasy Simandjuntak (student Universiteit van Amsterdam, sobat ibu, jago nyanyi dan berpiano) wroteat 12:37pm on October 8th, 2008

"wah keren!!"

Yuniyanti Chuzaifah wroteat 12:44pm on October 8th, 2008
Pinginnya kayak tante Deasy..eh kakak Deasy...eh salah..nyai Deasy..yang pinter, jarinya juga pinter, apa-apa pinter....kalau mau maem doa mejem, habis itu cekakakan... gak match


Deasy Simandjuntak (Universiteit van Amsterdam) wroteat 12:59pm on October 8th, 2008
Vinda cepet banget ya belajarnya. Berbakat nih!