Jaman generasi ayah ibu, bertumbuh disuasana kampung bersahaja, justeru menikmati masa ceria yang luar biasa dan bikin kreatif dengan interaksi antar teman yang sangat mendalam. Mainan anak laki-laki dan perempuan berbeda dan dibedakan memang. Ini cerita mainan anak perempuan di kampung jaman ibu masih anak-anak. Cerita ayah menyusul..
1. Dakon dengan lubang tanah: Jaman sekarang enak main dakon tinggal beli jadi dari plastik atau kayu yang artistik. Jaman dulu, cukup dengan ambil batu ditumbuk-tumbuk ke tanah untuk membuat lubang/legokan padat untuk lubang dakon dengan biji batu kerikil. Alhasil, tiap selesai main, kuku berwarna coklat natural alias full dengan tanah. Jangan diskusikan soal isu hygenic ya..karena tidap bulan ibu dipaksa minum obat cacing.
2. Cathok : Bermain batu sebesar bakso yang dilempar dan ditangkap dengan jari dan memainkan aneka atraksi, batu tidak boleh saling sentuh, cara ambilnya bisa dengan ditangkap dengan telapak tangan atau punggung tangan setelah dilempar, diambil satu persatu tapi dengan gerakan atraksi lembar keatas atau lembar bergantian 3 batu seperti akrobat Cina.
3. Sudamanda: Membuat gambar payung, kapal terbang atau jendela kotak-kotak diatas tanah, lalu kita melempar lempengan batu atau genteng kedalam kotak tersebut dengan diikuti tubuh kita yang berjinjit kaki satu atau melompat-lompat. Ini mirip seperti bermain ular tangga tapi dengan tubuh untuk mengejar skor, tetapi tidak pakai ular atau tangga.
4. Ombak banyu: Membuat lingkaran manusia secara zigzag berseling satu duduk satu berdiri, tangan saling bergandeng, dan tumit kaki yang duduk saling bertumpu ditengah beralas sabut kelapa. Lalu serempak menarik memutar..persis komedi putar manusia..asikkk
5. Gobak sodor: Mirip sudamanda, tetapi idenya bagiamana saling mengunci/memblock lawan untuk tidak bisa melewati ruang/garis berikutnya. Permainan ini memanfaatkan kelengahan musuh dan kerjasama, karena teman lain bisa mengacak konsentrasi penjaga garis agar team kita bisa masuk keruang/garis berikutnya.
6. Pasaran: Main jual-jualan. Pedangangnya macam-macam, bisa tukang jamu dengan botol-botol mini bekas obat diisi aneka warna alamai daun jati untuk merah, dan tambah kapur sirih untuk dapat warna pink, kunyit untuk kuning, tambah kapur sirih untuk oranye, hijau dari daun pepaya. Lalu ada pedagang minyak dari sari air daun waru yang ditumbuk. Kalau ibu paling suka jualan pakaian dari kertas yang digunting dan dibentuk baju-bajuan. Coba pakai apa mata uangnya? Bisa pakai bungkus permen, biji bengung/koro (kacang-kacangan khas kampung ibu), bisa dari potongan kertas, cetak uang dari njiplak uang logam dengan pensil. Kata temen-temen, ibu waktu kecil sok bossy, suka mborong jualan temen-temen dan bilang akan dibayar pake uang kertas (karena akung punya bekas kertas ujian). Tapi kata temen-temen, suka nggak bayar..jadi kalau ketemu sekarang sering ditagih..ha..ha.. padahal sekarang paling takut berhutang :)
7. Rumah-rumahan: Ini bisa membuat rumah beneran dari batang pohong singkong dan disekat dengan kain-kain. Ibu paling suka ambil seprei uti yang bagus-bagus buat bikin rumah paling cakep. Tapi begitu uti pulang, pertama dipuji bagus..tapi habis itu siap terima omelan panjang "seprei keno tlutuh kabeh, ora pareng dolanan seprei nggo sare tamu"(seprei kena getah semua, nggak boleh pake seprei untuk tamu buat mainan). Jadi ibu dikasih seprei jelek-jelek.. tapi bandel juga sih. Tapi jadi tahu intinya nggak bleh kena getah, jadi hati-hati milih pohon yang mau dipakai. Bikin rumah-rumahan lain juga dengan membuat gundukan tanah dan dibuat ruang-ruang cantik dengan furniture dari sumpil (kerang). Luucccuu
8. Kawin-kawinan dan Guru-guruan: Gampang ketebak, kita berperan seakan jadi bapak-ibu atau guru murid. Tapi hanya boleh anak cewek semua.
9. Main bekel dan karet sampai sekarang masih ada juga
10. Jelungan : petak umpet
11. Gamparan: Seperti main kelereng ata la petangue (perancis) menyasar batu lain dari jarak tertentu
12. Main dari tetumbuhan: nah, selain untuk membuat aneka warna, daun juga bisa dimanfaatkan untuk banyak-banyakan mengoleksi dan mencari persamaan. Semakin kita punya sisa yang tidak dipunyai musuh kita berarti kita menang. Ini melatih kecekatan dan ingatan. Daun juga bisa dipakai untuk aksesoris. Daun ketela untuk buat kalung dengan cara mematah bergantian tangkainya dan menyisakan daunnya untuk liontin/bandul. Daun nangka dilipat dua juga bisa untuk mahkota. Pelepah daun pepaya untuk sedotan main busa sabun. Daun petai cina untuk gosok-gosokan biar kulit bersih kekuning-kuningan. Daun kelapa dipakai untuk terompet dengan cara dililit berbentuk tanduk/terompet. Kembang petai untuk mie-mie-an, kembang Jlegor untuk mie pink, kembang Liander untuk mie kuning, kembang turi untuk mie putih.
13. Main boneka: jangan pernah berfikir boneka beli. Ya memang sempat punya, dibeliin akung karena ibu minta terus. Tapi bonekanya dari plastik kaku matanya kram nggak gerak, aling sendi lengan dan paha yang bisa gerak memutar searah. Boneka semuanay bikin. Biasanya dari kain perca diisi kapas, dikasih batang. Atau bikin dengan dijahit. Pernah juga dari kaos tangan pramuka dibikin boneka 3 anak kucing dengan diisi kapas, dikasih pita dileher, mata kping kumis dan diletakkan dalam tabung bambu pendek..lucuuuu.
13. Bernyanyi dan menebak. Ada lagu doktri legendri memutar batu pas lagu habis dan batu berhenti didepan salah satu, berarti dia harus jadi, dan mengejar yang lain. Lalu ada permainan cublak-cublak suang, dengan cara mengumpetkan kertas kecil dalam genggaman dan menabak siapa pembawanya saat lagu sirpong dele kopong. Ini untuk latihan menebak ekspresi. lalu ada lagu ci kelinci bapak pucung bergoyang-goyang alama-lama jadi patung. Latihan mematung dan yang gerak kalah. lalu ada lagu ndok-endokan jo pecah-pecah nduwur pecaho ngisor blog. Menumpuk jari menggenggam dan satu persatu genggaman bawah pecah dengan posisi telapak tangan tengkurap. Ini untuk melatih kesabaran dan latihan capek. Kalau kita paling atas tangan harus bertahan mengenngam sampai pegel nunggu giliran pecah. Banyak lagi dolanan anak jaman dulu, dan nyaris semua mainan kolektif interaktif disertai alunan lagu. Jadi semua motorik dan skill bekerja semua. Aihhh asiknya masa kecil itu... Yang jelas, Vikra Vinda diajari juga beberapa lagu dolanan ini (baca ttg Al-Hamra, label Spanyol), dimana kami nyanyi tembang Jawa di sudut selatan benua Spanyol.
Coba sekarang hitung yang masih survive mainan apa saja? Kalau saja anak sekarang mau susah kayak jaman ibu dulu.. toysR us bakal lari dari Indonesia....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar