Saat participant conference diundang ke pendopo gubernur untuk dinner dengan makanan lezat khas aceh dan disuguhi tari Saman yang kompak energik dan elok.Kebudayaan Aceh sangat kaya, peace effort bagian dari upaya mengkonservasi kebudayaan yang luar biasa ini. Suasana belakang istana gubernur sangat klasik, mengingatkan kejayaan kesultanan pada abad 15-an. Konon pernah suatu masa seorang istri gubernur justeru sibuk menjual bendabenda ornamental bersejarah dalam istana ini. Masuk ke istana birokrat selalu penuh tumpukan pertanyaan dan dakwaan. Tetapi masuk ke hulu istana Aceh tambah lagi deretan rasa... ada darah dibalik kursi-kursi ini, ada tsunami dibalik kegagahan ini, ada tangis dibalik tarian lincah ini, ada marah dibalik masakan nikmat ini..
Disela acara selalu menyempatkan ketemy sobat lama, ini Indri sahabat sejak di SP, yang biasa naik kereta bareng, cerita dari A sampai Z, seorang sobat yang lahir dan terlahir selalu untuk orang lain... Kopi Ulee Kareng Solong dengan kue Asokaya, membuat kekangenan pada Aceh dan kawan-kawan tambah lekat. Disini juga ketemu cek War (Azwar Hasan) dan EKa Sri Mulyani sobatdari Belanda yang bergiat untuk bangunkan Aceh.
Ini sekilas suasana konferensi ibu ttg Lokal, Outsider and konflict. Inisiator dari konferensi ini adalah orang-orang dibalik perdamaian Helsinski. Kenapa akhirnya Aceh jadi tempat penyelenggaraan, karena untuk monument moment. Aceh..Aceh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar