Demi Istana Al-Hamra Granada

Nunggu antrian tiket sambil nembang Jawa

26 April 07

Setelah keliling-keliling Cordoba kami kembali lagi ke Terminal Cesar Portela Fernandez, kami naik bus naik ke Granada sekitar 2 jam. Sampai di Granada jam 9 malam langsung cari hotel dengan taksi dan dapat hotel Etap Accord, bintang 3. Kami pesan 2 kamar untuk anak-anak dan kami berdua. Kami istirahat dengan baik, lumayan dipijit suami…


Istana Al-Hamra (ayah yang tulis tentang istananya)


Hari ini adalah hari kelima perjalanan kami, Kamis 26 April 2007. Membangunkan anak-anak pagi-pagi adalah ritual mengasikkan. Kami ciumi dan dipijit-pijit kecil, mereka nggeliat-nggeliat lucu, narik selimut dan nggak selalu langsung bangun, apalagi si gadis kecil Vinda itu. Kalau mau bangunin Vikra agak mudah, apalagi kalau dirangsang..”yuk kak, kita sarapan direstoran hotel”…Alhamdulillah, anak-anak relative kooperatif, karena mereka dengar sendiri tadi malam petugas hotel mengingatkan kalau mau masuk Al-Hamra harus pagi-pagi antri tiket biar bisa masuk, karena antriannya bisa ratusan meter.

Supir taksi membawa kami ke pintu yang langsung diarea istana, padahal kami belum ada tiket. Terpaksa ayahnya keluar lagi antri tiket yang panjangnya luar biasa, sehingga perlu 1,30 menit untuk nunggu. Kami bertiga nunggu di halaman samping istana. Anak-anak punya aktifitas sendiri, Vinda baca buku, Vikra ngusilin adiknya, akhirnya mereka berdua main bareng dan ibunya nimbrung ngajarin lagu-lagu Jawa untuk anak-anak bermain, yang hamper punah. Salah satu lagunya:

Cublak-cublak Suweng, Suwenge teng gelenter,mambu ketundung gudel,pak empu ela elo sopo nggowo ndeleake, pong, sirpong dele kopong…anak-anak udah tahu cara mainnya dengan memutar benda kecil untuk diumpetin ditelapak tangan dan ditebak.

Permaian dan lagu berikutnya adalah Ndok-Endokan:

Kepalan tangan saling ditumpuk keatas, dan nyanyi-nyanyi:

Ndok-endokan jo pecah-pecah nduwur pecaho ngisor, Brok.

(tiap kali ada kata brok, kepalan tangan terbawah harus pecah melepas genggaman. Setalah semua gemgaman pecah, satu bergantian menyanyi sambil ngebor ringan telapak-telapak itu dengan lagu:

Riuri-riuri, njang anjang midodari, celeret tibo Nyamplung, kembange opo?

(yang punya tangan harus menjawab bunga tertentu dan melanjutkan nyanyi).

Habis itu anak-anak diajari lagu dan permainan lain:

Doktri, legedri nogosari, wul awul jadah mentul, tolan olan olan jadah manten, tenono mbokmu lungo mbesuk opo, podem mbako enak bako, po dem-dempok, ewok-ewok koyo kodok.

(Permainan ini dengan cara memutar batu kekawan sebelahnyam, beitu lagu habis, orang yang kebagian batu harus bergaya seperti katak.

Pokoknya asik deh permainan anak-anak kecil pedesaan jaman dulu, bukan hanya main, menebak melatih kecerdasan, menebak expresi melatih sensitifitas, tapi juga olah vocal. Selain itu, permainan yang hampir punah ini sayang kalau tidak terwariskan. Kebetulan Vikra Vinda juga suka, karena kalimatnya aneh dan lucu. 2 lagu diatas mereka sudah bisa, kecuali yang terakhir. Wah ngajarin lagu jawa kuno di Granada Spanyol asik juga ya…

Cerita tentang istana, kita serahkan ayah atau Vikra Vinda deh yang nulis….karena kita disitu dari jam 10 sampai jam 4 sore.

Yunich1@yahoo.com

Tidak ada komentar: