Holland, Maret 2007
Ini salah satu karya lukisan Vikra waktu sekolah di Da-Vinci college Belanda (kelas 2 SMP). Guru mengusulkan tema "toilet", dan disyaratkan ada refleksi/kaca. Murid bebas berinterpretasi dan berkreasi. Tapi syarat harus membuat kaca ini menarik, untuk membayangkan aspek scalatik pantulan, membayangkan multi dimendi pemandangan dibalik toilet, space yang terekam dalam kaca. Intinya anak tidak sekedar diajak menggambar tapi juga menalar.
Monalisa seribu wajah....ada yang dibadutin, dikumisin, dituain,digypsiin, dihororin...pokoknya merdeka mau diapain aja! Ini kontras dengan beberapa kali pengalaman di Indonesia, guru memberi contoh gambar dipapan tulis dan murid meniru. Atau dibiarkan lepas buat tema pemandangan, tapi nyaris sekelas menggambar yang sama, gunung, jalan, sawah. Dan guru itu secara radikal tidak mengkritik. Kenapa mereka tidak mengajak untuk membuat view pemandangan dari mata elang, atau dari mata kura-kura. Untuk kreatif tidak harus mahal, sebenarnya, tinggal bilang, sekarang semua ke arah jendela, atau rame-rame ke kantin atau ke lapangan, lalu anak diajak nglukis disana, dan bilang, silahkan gambar dengan membayangkan kalian jadi elang terbang atau kura-kura melata atau manusia yang matanya buram atau apalah...ah..rasanya pingin jadi guru. Hasil tidak perlu (karena ini soal talent art, pasti ada yang bagus ada yang tidak), tapi being creative dan berfikir unusual itu lho yang perlu ditumbuhkan....Ini salah satu karya lukisan Vikra waktu sekolah di Da-Vinci college Belanda (kelas 2 SMP). Guru mengusulkan tema "toilet", dan disyaratkan ada refleksi/kaca. Murid bebas berinterpretasi dan berkreasi. Tapi syarat harus membuat kaca ini menarik, untuk membayangkan aspek scalatik pantulan, membayangkan multi dimendi pemandangan dibalik toilet, space yang terekam dalam kaca. Intinya anak tidak sekedar diajak menggambar tapi juga menalar.
Lalu memanfaatkan lobby/emperan sekolah untuk galeri itu lho yang juga penting. Selain menumbuhkan sikap percaya diri anak bahwa karyanya dihargai, juga memberi inspirasi pada murid lain yang lewat. Suka gemes lihat sekolahan yang memilih rapi, dinding kosong! Padahal pengalaman kami di Amrik dan Belanda, nyaris dinding lobi semua terisi karya-karya murid yang diupdate setiap ada karya baru, dari tulisan, gambar, karya seni. Sering di loby utama digelar meja dihias bagus serasa mau pamerin karya Picasso, Rembrandt, Atau siapa..padahal yang dipampang "cuma" kotak-kotak dari kertas, atau kartu ucapan valentine, atau ranting yang diikat,dll. Tapi kalau nglihatnya dari sisi lain, bahwa proses kreatif dan proses menghargai itu yang lebih penting. Kreatif itu tidak harus mahal....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar