Kadang heran lihat gaya keluarga di Indonesia, penghasilan sedang, rumah sedang, tapi punya PRT (pekerja Rumah Tangga) dua atau lebih, padahal gaji PRT mereka dibawah standard. Rupanya bagi banyak orang, PRT adalah pengatrol gengsi bukan karena fungsi. Sisi lain, banyak juga orang mempekerjakan beberapa PRT, tidak banyak kerjaan karena alasan menolong , menyekolahkan mereka dll, ini lebih bisa dimengerti. Lalu diluar negeri? PRT memang mahal. Tetapi walaupun kaya, rumah besar, anak banyak, jarang yang punya PRT. Tapi rumah tetap bersih, anak-anak mandiri, makanan sehat bergizi...wah, tipsnya apa ya? Belajar hidup diluar negeri yang paling penting adalah "learning something" from them. Yang jelas ada beberapa hal yang patut dicatat:
1. Mereka membangun mental tidak malas dan tidak tergantung.
2. Memanage pekerjaan efisien, misalnya, mereka belanja seminggu sekali,atur jadwal antar jemput anak, bersih-bersih rumah dengan ketat, masak juga bisa seminggu sekalian (dikasih tanda di setiap boxnya untuk makanan hari apa, tinggal dihangatkan di magnetron waktu mau makan).
3. Melibatkan seluruh anggota keluarga, sampai yang paling kecil 3 tahun juga sudah bisa bereskan kamar sendiri atau bantu pekerjaan yang dia mampu seperti nata sendok tissue di meja makan, dll.
4. Menakhukkan lidah : Orang Belanda berfikir rasa nomor dua, yang penting sehat! Jadi pagi cukup susu, jus dingin dari kulkas, ambil roti dan isinya, lalu masing-masing menyiapkan sendiri makanan untuk lunch di sekolah/tempat kerja (sama juga roti/nasi dingin dan lauknya atau apapun yang praktis). Lalu orang Belanda cuma punya satu "maltijd" makan besar sekali waktu makan malam. Maksudnya makanan yang baru dimasak atau hangat yang dihidang diatas meja makan dan disantap bersama. Makanan sering cuma satu jenis, panci juga naik meja makan (tapi bagus pancinya), jadi urusan cucian piring juga dipikir biar tidak banyak. Ini kontras kan dengan kita, yang makanan harus bermacam-macam, harus hangat dan fresh (salah satu anggota gang Jambu ada yang terganggu kalau makan makanan kemarin yang disimpan di kulkas. Tapi si doi tidak terganggu beli daging frozen yang sudah bulanan di kulkas supermarket atau makanan jadi di supermarket yang sudah disimpan kulkas lama juga). Jadi ide makanan fresh itu aneh, bukan usia, hygenic, tapi fresh adalah yang baru dilihat oleh mata, dan konsep kemarin artinya sudah basi...padahal ada kulkas yang hygenic...susah juga membalik persepsi)
Hidup tanpa PRT, why not?
Well... Artinya semua orang/keluarga bisa hidup tanpa PRT juga kalau mau belajar (dengan asumsi membantu pengangguran bisa dengan cara lain). Apalagi anak semakin besar... Memang kalau anak masih kecil, kita kerja, tidak punya pilihan. Tapi belakangan ini kami pernah sebulan tanpa PRT....dan itu berjalan dengan asik..ya pasti sesekali repot...tapi rupanya bisa! Ini pembagian tugas kami:
Kalau tidak ada PRT, ayah kebagian apa dong? Yang jelas cuci motor, mobil, bertaman udah jelas ! (ada nggak ada emang hobi ngurusin mobil dan tanaman), lalu belanja yang berat-berat yang perlu tenaga samson. Bikin telur dadar ama Indomie : ). Peraturan mie hanya boleh 2 minggu sekali, itupun kalo terpaksa. Tapi prakteknya? Pasti nggak selama itu!
Ciadek ini kalau kita tanya....hayo siapa mau bantu apa? Dia selalu mengajukan diri cuci piring. Klop!! emang itu yang ditunggu. Pekerjaan paling ibu nggak suka adalah cuci piring. Vinda juga hobi masak..padahal ibu nggak gitu hobi. Jadi pas banget judulnya. Tapi ada pekerjaan yang ibu suka, dia tidak suka, yaitu beres-beres. Pokoknya jangan heran kalau kamar gadis ini seperti pameran instalasi tsunami.
Ibu ngapain ya? Yang jelas nyuci baju (nyuci nih perlu ketelitian, misahin yang layak masuk mesin cuci atau tidak, yang putih dan berwarna, atau putih dekil juga jangan asal campur ama yang putih), rapihin rumah (nyapu,ngepel, dan beres-beres), nerusin setrikaan dan naruh-naruh di almari. Memasak? Paling sering memang ibu, tapi asik masak ngajak anak-anak. Jadi Vinda, Vikra atau juga ayah sering rame-rame ke dapur. Tapi ayah cenderung "ngusir"kita kalau lagi masak...."udah sana..sana!! gayanya selangit, padahal masak telur dadar doang, tapi enak sih. Kalau pas semua sibuk, kami ambil praktisnya aja, beli makanan jadi, makan keluar atau pesan sama mpok Nur (pernah jadi PRT temporer kami, tapi sekarang jualan sayur).
PRT yess! tergantung no! managemen memanusiakan semua
- Senin: Dapur menyeluruh (wiken habis buat ngumpul /masak2)
- Selasa: Bersihin kolong-jendela2.
- Rabu : Jemur kasur bantal/ganti seprei
- Kamis: Cuci handuk-seprei
- Jumát: Kamar mandi (wiken sering ada tamu, jadi kamar mandi bersih).
- Sabtu-Minggu : free.
- Pagi: 5.30/6 - 9 (nyiapin sarapan, belanja, masak, nyuci 2 hari sekali (pastikan sejam sebelumnya sudah direndam, jadi mesin cuci tidak bekerja lama dan hemat energi. Jemuran bikin pakai atap fiber yang kalau hujan nggak perlu ngangkat, atau basah kuyup dan nggak tenang kalau pergi. Lalu pakai gantungan jadi nyetrika nggak berat). Setelah beres dia ada waktu 3 jam istirahat.
- Siang : 12-2 (nyetrika, tipsnya hindari nyetrika malam saat semua lampu nyala dan jangan pas anak-anak dirumah, biar tidak cobat-cabut listrik buang energi). Siang anak-anak makan di sekolah. Jadi santai..
- Sore 3.30-5 (melayani anak-anak, ngepel, bersihin halaman). Artinya dari siang sampai sore magrib dia punya 3 -4 jam istirahat, sarankan atau biarkan dia tidur siang dan main ke tetangga, dia manusia butuh teman juga kan, juga sholat, ngaji untuk menjalan ritual dengan tenang? Pas anak pulang sekolah, PRT memang kami minta untuk memanjakan anak-anak, capek kasihan pulang sekolah, misalnya menyediakan minuman yang mereka suka, atau sesuatu yang membuat mereka rileks.
- Malam 7-8 (nyiapin makan malam, cuci piring wajib, dilarang keras ninggal cucian bermalam). Setelah jam 8, kasih tahu anggota keluarga untuk tidak meminta tolong dia lagi. emang sih...kadang tergantung situasi kami, terutama kalau ada tamu atau kami pulang bepergian, sering masih perlu bantuan.