Tegangnya Cari Sekolah Viva

Jum’at, 4 Juli 2008, Pukul 15.08 WIB

Dua jam lagi penentuan apakah Vikra Vinda akan masuk sekolah negeri yang mereka inginkan. selama ini.

Sebetulnya mereka sudah diterima di sekolah lab School Cinere, tetapi karena alasan keamanan transportasi, rasanya kurang sreg dan memutuskan untuk apply negeri karena beberapa alasan:
1. Bersadarkan survei kecil pribadi, banyak kawan-kawan ayah ibu yang sekolah di luar negeri justru lulusan dari pesantren atau malah sekolah negeri yang bagus.
2. Sekolah negeri berback-ground multi etnik, agama dan kelas. Karena kecenderungan swasta bagus meng-elit dan eksklusif.
3. Vikra dan Vinda juga sudah enam tahun (vinda) dan sembilan tahun (vikra) sekolah di perguruan yang sama. Jadi, perlu ganti suasana.
4. Pingin menghindari : la yamutu wa la yahya..(tidak bermutu tapi banyak biaya).

Tapi apa yang terjadi? Sejak 4 hari lalu kami dipulosoro (disiksa harus seperti baling-baling) untuk mengikuti pengarahan dari sekolah asal dan sekolah tujuan, untuk belajar berstrategi mengantisipasi sistem terbaru dan mencari celah kompetisi. Begitu nilai keluar langsung harus sibuk legalisir, copy, kembalikan ke sekolah, lalu memonitor progress per hari. Bagi orang tua yang nilai anaknya tergeser harus cabut berkas dan mendaftarkan ke sekolah lain, padahal hanya ada waktu 3 hari.

Pernah ada bapak-bapak sepuh, bicara sudah gemetar dan keseleo-keseleo karena giginya tinggal satu dua tampak depan, harus ter-engah-engah mendaftarkan anaknya ke sekolah favorit dengan harapan bisa dapat sekolah murah bagus. Tidak sadar bahwa nilai di balik stop map pink yang dia bawa jauh dari standard sekolah yang dituju. Untuk cari alternative sekolah lainpun dia tidak tahu dimana alamatnya, apalagi dia harus memonitor system PSB (penerimaan siswa baru) online yang canggih dan enak buat mereka yang sudah bermelek teknologi dan berkocek untuk membayar internet di rumahnya. Tidak kebayang bapak ini harus menunggu tiap hari berturut-turut di halaman panas sekolah-sekolah itu.

Kemarin sore dijanji datang jam 4 di sekolah SLTP untuk Vinda, sudah mengerubung para orang tua menanti cemas, tapi pengumuman bilang jam 7 baru akan keluar pengumuman. 3 jam menunggu..jam 7 kesitu lagi, banyak wajah murung keluar dari kerumunan, ada yang datar tapi jelas anaknya tidak diterima, bingung kalau masuk swasta harus menyediakan 6 juta, padahal rumahnya baru kena denda listrik 10 juta karena dituduh menaikkan amper (mencuri listrik PLN dengan ngotak-atik meteran listriknya)…

Detik-detik begini, tiba-tiba ingat akung, satu-satunya orang tua biologis kami yang masih dipercaya Tuhan untuk menjadi pengayom spiritual anak dan cucu-cucunya, tempat kami melabuhkan gundah dan asa akhir. Banyak orang percaya kesalehan membuat telinga Tuhan dekat dengan desah do’anya. Kami menelpon dan meminta do’a itu. Dari sana akung bilang..do’a ibu juga mujarab…ya doa semua, usaha semua!!

yunich1@yahoo.com

Tidak ada komentar: