Kakak diterima di Sekolah Avicenna Cinere





Ini gambar Labschool Cinere, yang mulai tahun ini berubah menjadi Sekolah Avicenna. Awalnya, sekolah ini bernama Dian Ilmu. Berdiri tahun 90-an. Awal tahun 2000 menjadi Labschool. Konon, karena mis-managed, masuklah Yayasan Pendidikan Medco. Namanya pun berubah jadi Avicenna.

Kakak akhirnya sekolah di sini, dengan beberapa pertimbangan. Pertama, setelah 9 tahun sekolah di perguruan Muhammadiyah Setiabudi Pamulang, kakak perlu suasana baru. Pergaulan baru. Tantangan baru. Kedua, kakak perlu sekolah yang relatif lebih baik. Lingkungan sekolah dengan fasilitas lebih baik, guru-guru lebih qualified, sistem pengajaran lebih personal, tapi juga tidak terlalu jauh dari rumah.

Sebenarnya, ada beberapa pilihan: SMA Lazuardi. Kakak sudah pernah ngelihat. Dia bilang sekolahnya enak, adem, bagus. "Tapi, di Lazuardi kayaknya Vikra gak bisa berkembang," katanya. Yang dipikirin kakak sih, di Lazuardi tidak akan bebas ngeband, kursus musik, dll. Itu karena Lazuardi bersistem boarding. Sebenarnya, tanpa boarding juga bisa sih. Tapi, ya kakaknya gak sreg.

Pengennya kakak sebenernya ke SMA Negeri. Maka, dengan Nilai Ujian Nasional (murni --karena gak mau nyontek) 30.85, kakak coba daftar ke sekolah negeri favorite di area kami, tapi tidak diterima. Sedih juga sih. Tapi, tahu bahwa hasil NUN banyak tidak murni, karena banyak yang nyontek, ya kakak santai aja. Beberapa guru di SMA 1 Pamulang atau SMA Negeri Cisauk yang kita ajak ngobrol, juga sadar sistem penerimaan siswa baru berdasar hanya pada NUN bermasalah. "Itu makanya kita ambil 2 kelas, dengan sistem test," kata seorang guru di SMA 1 Cisauk.

Sedih, tapi blessing juga. Kakak akhirnya balik diterima di Labschool (sebelum UAN, sudah daftar dan diterima juga sih). Dengan pertimbangan NUN (Nilai Ujian Nasional) gak murni, Labschool (Avicenna) memilih nge-test sendiri. Info dari kakak, beberapa temennya yang sekarang lolos di negeri, ternyata gak lolos testnya labschool.Dan setelah diterima di Labschool, guru dari SMA I Pamulang yang optimis Vikra bisa masuk kelas bilingual di sekolah itu menelphon memberi lampu hijau. Sudah telat!!

Hari-hari ini kakak sibuk MOS (Masa Orientasi Siswa) di Labschool. Kakak sibuk, ayahnya juga ikut sibuk. Karena yang gelar MOS adalah siswa juga (OSIS), ya banyak tetek-bengeknya. Yang bikin topi tas, bikin tas dari karung beras, bawa makanan ini itu --cracker misalnya harus merek Gery!. Bangun harus jam 04. 30 --hari kedua, kakak sempat telat. Kesiangan. Malam ini, kakak bilang minta dibangunin lebih pagi. Jam 04.00. "Vikra harus masak. Mau bikin nasi dibentuk wajah manusia!."

Hallahh..opo maneh kuwi!!!

Tapi, 3 hari di sekolah baru, sudah ada kabar gembira. "Ayah pasti seneng.. Vikra bakal kurus," kata Vikra masem. Selama MOS rupanya dia harus lari. Senam juga....

Good lah...

muchlis_ar@yahoo.com
(di kantor, jam 10 malem)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Rumah Hijau Gg Jambu 55, keren banget. Blog nya oke pak, salut. P'jack