Diposting di milist Leideners, 9 April 08
Awalnya aku berfikir agak simplistik bahwa film ayat-ayat cinta ini sangat moralis dan mem`fiqh`banget, penuh berondongan ayat dan rasanya ditimbun ka´bah. Tapi pas aku cermati ada hal/hal yang menarik.
1. Filmnya agak klise pas si Maria masuk Islam...ngapain coba! kenapa nggak ditampilin bahwa cinta itu bisa lintas agama..wong cinta lebih dulu dari agama kok.
2. Ketika Aisyah mau dipoligami, pandangan kasat mata, akan melihat dia gadis `solehah` yang merelakan dipoligami demi kehidupan Maria. Tapi coba tilik lebih jauh, apakah interest dia sedemikian mulia..aku lihat dia berkepentingan juga untuk menyelamatkan suaminya yang notabene satu/satunya saksi kunci adalah kalau Maria hidup. Adegan dia menangis menyendiri keluar cukup menjawab bahwa `kalau dunia ini peka, airmata adalah pesan Tuhan yang bening tapi bicara ketika aksara dan kata tak terkata` ..sori bahasanya jadi agak puitis dikit boleh ya...
3. Apa yang dianggap Islamy melalui taáruf-perkenalan tanpa pacaran dan langsung nikah, dibalik dengan cara yang bagus, kalau pakai theori Lila Abu Lughod, `accomodating protes`. Dia ikuti logika islamistnya bahwa itu bagus, buka cadar pas tunangan..tapi bencana datang belakangan, bahwa pada dasarnya Aisyah kawin dengan benda dalam kotak rapat yang tidak dia ketahui sama sekali, dan memberlakukan suami seperti benda yang cukup dilena dengan benda.
4. Adegan kematian Maria dengan statemen bahwa mencinta tidak harus memiliki, kalau kita peka, membuyarkan semua adegan/adegan indah tentang ide poligami yang asik. kata penutup yang tak tertawar diujung nafasnya, bahwa manusia boleh mencinta berapa kalipun..tapi menginstitusikan cinta lebih dari sekali adalah penderitaan bagi mereka yang berhati.
Inilah komentarku pas Leiden lagi sendu...
Awalnya aku berfikir agak simplistik bahwa film ayat-ayat cinta ini sangat moralis dan mem`fiqh`banget, penuh berondongan ayat dan rasanya ditimbun ka´bah. Tapi pas aku cermati ada hal/hal yang menarik.
1. Filmnya agak klise pas si Maria masuk Islam...ngapain coba! kenapa nggak ditampilin bahwa cinta itu bisa lintas agama..wong cinta lebih dulu dari agama kok.
2. Ketika Aisyah mau dipoligami, pandangan kasat mata, akan melihat dia gadis `solehah` yang merelakan dipoligami demi kehidupan Maria. Tapi coba tilik lebih jauh, apakah interest dia sedemikian mulia..aku lihat dia berkepentingan juga untuk menyelamatkan suaminya yang notabene satu/satunya saksi kunci adalah kalau Maria hidup. Adegan dia menangis menyendiri keluar cukup menjawab bahwa `kalau dunia ini peka, airmata adalah pesan Tuhan yang bening tapi bicara ketika aksara dan kata tak terkata` ..sori bahasanya jadi agak puitis dikit boleh ya...
3. Apa yang dianggap Islamy melalui taáruf-perkenalan tanpa pacaran dan langsung nikah, dibalik dengan cara yang bagus, kalau pakai theori Lila Abu Lughod, `accomodating protes`. Dia ikuti logika islamistnya bahwa itu bagus, buka cadar pas tunangan..tapi bencana datang belakangan, bahwa pada dasarnya Aisyah kawin dengan benda dalam kotak rapat yang tidak dia ketahui sama sekali, dan memberlakukan suami seperti benda yang cukup dilena dengan benda.
4. Adegan kematian Maria dengan statemen bahwa mencinta tidak harus memiliki, kalau kita peka, membuyarkan semua adegan/adegan indah tentang ide poligami yang asik. kata penutup yang tak tertawar diujung nafasnya, bahwa manusia boleh mencinta berapa kalipun..tapi menginstitusikan cinta lebih dari sekali adalah penderitaan bagi mereka yang berhati.
Inilah komentarku pas Leiden lagi sendu...
4 komentar:
Setujuuuhhhh dengan mba yuni. Hidup mas Muchlis :p. Walaupun mengagumi buku ayat-ayat cinta dan menikmati pelemnya, aku merasa buku/ceritanya Indonesia banget deh. Orang Indonesia itu suka membaca buku-buku2 yang membawa kita bermimpi,terlena, tapi lbh banyak tidak realistisnya. Luv: MH
Cak Muchlis, kata lain dari tulisan mabk Yuni itu "jangan coba-coba berpoligami. Kalaupun sekarang punya keinginan itu cukup disimpan dihati saja. Tulisan mbak Yuni berhasil menggalang solidaritas rekan-rekan putri milis ini. (13 maret 08)
Dahsyat cak, mbak Yuni dengan apik menangkap moral cerita film ayat-ayat cinta ini. Saya setuju banget dg kalimat terakhir mbak Yuni: "..bahwa manusia boleh mencinta berapa kalipun..tapi menginstitusikan cinta lebih dari sekali adalah penderitaan bagi yang berhati"
Komentar mbak Yuni itu disampaikan dalam suasana hatinya yang lg sendu, melo nun di Leiden sana. Dia sebenernya mengingatkan suaminya. Knp diaminin ama yang lain..ayo..sbg penganut poligami tapi tak mampu (bedanya dengan ...yang mampu tp tak mau), kasilah pencerahan kpd para perempuan ini :p
Posting Komentar