Mbak Tutik kok pulang? Masih belajar hargai hak PRT

Tulisan ini untuk penghargaan kepada para PRT dihari international women's day, kemarin!


"Mbak Tuti, sabuk Tapak Suci Vinda mana? "Mbak Tuti, bikinin Vikra telor kecap dong". "Tut, kopi bapak manna?" Tut, cariin uban ibu sambil ngobrol di belakang yuk". Beginilah pas Tutik masih bersama kami. Tuti PRT kami yang sudah 6 tahun bersama kami,akhirnya pulang kampung di Banten dan tidak kembali. Tapi pas nggak ada mbak Tutik, semuanya jadi lebih rajin. Kakak kadang dapat giliran masak. Urus jemuran dan lipat-lipat Viva, ibu bersih-bersih rumah, nyuci gantian ama ayah, masak juga rame-rame. Sebetulnya tanpa PRT sudah bisa jalan, karena anak-anak sudah gede-gede.


Balik ke Tutik. "Bu, cuma ada 3 ubannya, udah yak". "Eh Tut, pegang-pegang aja kepala, enak, lagi pusing nih Tut" sambil dengan nada ngrayu. "Ah ibu mah...eh, bu, kenapa sih rambut ibu nggak dicat merah aja, masak ibu diluar negeri biasa-biasa aja" Kadang dia pamer, "bu, Tuti kan beli kaset baru Raja, bagus deh". Pernah juga dia ngledek; " ibu masak nggak kenal Dewi Persik,ibu mah nggak gaul..". Pokoknya sambil dia megangin kepala, dia akan nerocos cerita macem-macem nggak berhenti. Pernah ayah diledek gara-gara minta dia tegur tetangga yang terlalu lama nyelang air dari rumah pas kemarau, padahal tetangga lain juga ngantri), dia bilang: "bapak mah cemen (looser), gak berani negur sendiri, beraninya nyuruh Tutik". Kalau dikasih tahu soal kesehatan atau kebersihan, "Tut, kalau masak jangan pakai micin, gak bagus buat kesehatan". "Tut, jangan keseringan makan baso dan saos tomat, jelek lho buat perut kamu. Nyebelin jawabannya: "kata ssiappa?".

Tutik juga populer di gang jambu, semua orang kenal..kerap tukang jualan lebih tahu rumah Tutik ketimbang kami, atau tetangga bebas minta/pinjam ini itu kerumah kami cukup bilang ke Tutik. Kadang kami merasa, seakan kami yang numpang dirumah dia :-). Pernah juga kami jadi resepsionis Tuti, karena telephon untuk dia lebih banyak dari kami yang hanya sesekali (kasus ini pernah bikin kami kesel, karena lagi kerja/istirahat krang-kring sering sekali dan sampai taraf mengganggu, padahal di telphon hanya ngrumpi).

Iya Tutik, PRT kami yang sudah jadi bagian keluarga kami, akhirnya nggak balik setelah pulang tahun baruan yang janjinya mau 3-7 hari jadi molor sebulan lebih. Pas kami sudah dapat pengganti namanya mbak Yah dari Temanggung, baru Tutik telp mau balik! Walah bocah Dangder ini kumaha?

Seperti PRT-PRT kami yang lain, pernah ada mbak Mar yang merawat Vikra sejak bayi sampai 5 tahun, lalu ada mbak Mar kedua (nama sama tapi lebih tua) juga sekitar 4 tahun ikut kami. Bahkan mbak Mar muda ketemu jodoh karena pas kerja ditempat kami, rajin volly dan ketemu jodohnya lalu menikah dan berhenti bekerja. Sampai tetangga sering komentar:" mbak, kok pembantu dibolehin main volly?". Nah lo..dalam hati, "pembantu itu orang bukan?"

"mbak Yah..kerja dirumah ini mah enak, bebas! itu dulu si Tutik pagi-pagi juga udah bisa main gendong anak tetangga. Mana ada di Jakarta begini?". Begitu mpok Minah dengan logat kental Betawinya (tetangga kami yang lagi main kerumah) ngayem-ayemi/hibur mbak Yah PRT baru kami".

Kami barangkali belum seoptimal teman-teman yang sudah luar biasa menghargai PRT. Kami masih belajar, kami kurang lebih baru berusaha penuhi hak-hak ini (mohon masukan)

1. Main (boleh asal pekerjaan selesai ,tidak habis maghrib, dan kalau agak jauh bilang)
2. Terima tamu (Kalau punya pacar/tamu laki-laki dirumah saja , boleh bawa teman nginep, rumah kami jadi tempat transit PRT-PRT dari kampung Tuti)
3. Gaji : THR sebulan gaji, Gaji pokok memadukan UMR dan pasar lokal (ini nggak sederhana, ketika kami kasih agak tinggi, tetangga2 kami yang notabene mayoritas menengah kebawah jadi kasihan, karena mereka nggak akan sanggup ikut standard ideal ini, dan akan kesulitan cari pembantu, sehingga akan terjadi domestifikasi terhadap perempuan lain karena tidak sanggup bayar PRT).
4. Libur: Hari Sabtu Minggu libur (tapi kami belum bisa meliburkan total, karena kadang masih minta dibikinin kopi. Tapi nyaris tiap wiken dia libur masak, mencuci dan nyetrika. Dan boleh jalan-jalan..biasanya dia main ke telaga golf, lihat dangdut di Cetok atau ke pamulang/parung).
5. Cuti/Libur panjang: Boleh pulang kampung kapan saja asal disiplin kapan kembalinya dan dikompromikan jadwal keluarga (Tuti pulang hampir 5-6 kali dalam setahun, bahkan pernah cuti sebulan).
6. Pekerjaan : Nyuci/nyetrika 2 hari sekali, masak (non weekend), bersih-bersih rumah, dll (Habis magrib/sesudah menyiapkan makan malam harus istirahat dan kami mengusahakan tidak meminta tolong dia lagi, tapi kadang-kadang kalau ada tamu ya fleksibel).
7. Kamar: ada kamar yang cukup aman dengan TV,tape dan kipas angin (juga kamar mandi sendiri. Tapi si Tutik sering bilang, bu..kata mpok belakang, digenteng rumah kita ada gorilanya.... Ampun! dia gampang percaya hantu. Gak jelas banget!
8. Biaya sakit dll kami yang tanggung (idealnya diikutkan asuransi, karena banyak teman-teman yang sudah sangat bagus menghargai hak PRT, dengan hak-hak kesehatan ini juga). Tapi Tuti nggak pernah sakit kecuali gatal dikakinya karena sandal basah dipakai juga.
9. Makanan: Apa yang kita santap sama dengan yang dia santap.

Apa lagi ya...ada usul nggak, hak apa lagi yang belum kami terapkan, biar kami belajar juga untuk optimal hargai sesama. Makasih Tutik..Brava untuk Tutik-Tutik yang lain!

(Weekend sambil ditemani burung kicau jelang musim semi, 9 Maret 07).

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Gambar petanan, pakai daster? He..he..