Kakak Batuk, Diperiksa Dokter "Cuwek"

Senin, 3 Maret 2008.

Nyampek rumah, pulang kantor, lepas magrib. Rumah kosong. Motor kakak gak ada. "Vikra nganter si Adek," kata Mbak Yah.

Hujan rintik. Motor kakak masuk halaman. Batuknya masih menggigil. "Nanti ayah yang jemput Vinda, kan?"

Dia langsung ambil handuk. Mandi. Setelah sekolah dari pagi ampek jam 3 an. Lanjut kursus piano. Masih juga enteng dia nganter adiknya. Hujan rintik-rintik.

"Ya udah, Kak. Mandi, kita bareng-bareng jemput adek. Sekalian ke rumah sakit. Kakak harus ke dokter. Batuknya sudah lebih tiga hari!" Sebelumnya, dia sudah ditawarin ke dokter. "Vikra males ah. Ngantrinya lama," katanya.

Kita pilih periksa ke klinik Satiti, Pamulang. Hanya bebeberapa langkah dari EF, tempat kursus Vinda.

Nunggu lumayan lama. Sekitar 5 pasien. Untung kakak bawa catatan matematika. Bisa sambil belajar.

Tapi, biasa, gak tahan lama. Di samping tempat duduk kita, ada timbangan. Orang-orang bolak-balik nimbang. Kita ikut.

Vinda dulu. 44 kg. Ayah, 76 kg. Nah, giliran kakak. 96 kg!!
Kita pada gak percaya. Kita minta kakak, tahan dulu. Kita lihat lagi meterannya. Ternyata gak masalah. Gila. Terakhir dia nimbang, udah lama juga sih, 86 kg!

Nunggu lagi. Masih lama. Ayah bolak-balik ke meja suster. "Masih, 2 pasien lagi, Pak!"

Ngantuk. Vikra-vinda becanda, berantem gak jelas. "Kok kakak punya adik cewek sih!" Adiknya gak mau kalah. "Vinda juga. Punya kakak kok cowok!"

"Ayah ngantuk nih. Daripada berantem. Pijitin gih!" Hehe. Vinda mau. Lumayan. Melek dikit!

"Vikra." Ada panggilan dari meja suster. "Setelah yang di dalam, ya!"

Kita geser duduk ke dekat pintu dokter. Di papan pintu, nama dokternya Wirdha Hamim. "Tebak, dokternya cewek ato cosok?"

"Cowok," kata Vikra. "Iya, cowok," kata Vinda.
"Yang kalah mijit yak?" kata ayah. "Yang bener, itu cewek."
"Ya udah, Cowek," Vikra nimpalin. "Kalau gak, Cuwek!"..

Pintu kebuka. Sambil masuk, kita ketawa-ketawa. "Tuh kan, dokternya cewek." Ayah bisik-bisik. Dokter Wirdha Hamim, cewek. Sudah berumur. Nenek-nenek lah. Dia senyum juga. Kayaknya heran, kok kita masuk ketawa-ketawa.

Pemeriksaan standar. Dokter nanya batuk mulai kapan. Berdahak atau kering? Pilek nggak? Tenggorokan gatel nggak? Disuruh buka mulut. Disenter. Disuruh berebah. Dada, punggung diperiksa. "Tarik napas. Lagi!"

"Ini radang. Jangan makan es krim, jangan minum air dingin. Jangan makan gorengan."
"Badannya juga sudah kegemukan. Kurangi makan nasi. Malam, jangan makan nasi. Ganti kentang. Kurangi minuman manis. Jangan gemuk-gemuk. Nanti jelek. Gampang sakit."

(ini sms ibu yang juga gak kalah ceriwis ama dokter: "Vikra gmn batuknya? Kepikiran! Dah dikasih madu,vicks atau doping vitamin? Suruh bobo atas dan gak maem pedes,gorengan.Peluk sayang buat kakak. Ayah, adik juga. 03.03.08. Disusul sms lagi: kacian kakak. Dia tuh kalo batuk agak lama.Tegesin pake jaket tebal tiap hari kalo bermotor,Mungkin selama batuk jemput Vinda Suri aja yah.Peluk sayang lagi buat Kakak)

Pokoknya dokternya ngomong mulu. "Makanya, nunggunya lama banget," pikir ayah.

Keluar. Nunggu obat lagi. "Ayah, cepetan. Ini sudah mau jam 10. Vinda belum belajar," Vinda protes. Dia gak mau nunggu di apotik. Sama kakaknya, dia pilih nunggu di mobil.

Sampek rumah jam 10-an. Makan bareng. Kakak minum obat. Ayah ama Vinda sempet sorak, kakak bisa nelen pil. (Ini pekerjaan paling susah, buat kakak sih!).

Anak-anak nyiapin pelajaran. Bobok.

Besok, ayah harus berangkat kantor. Subuh.

Muchlis_ar@yahoo.com

Tidak ada komentar: