Anak Ke Bilyard dan Nonton "pornografi" ?

BSD, Juli 2007.
"Bosen Ah Vinda ke bilyard melulu, nungguin kakak sama ayah...Vinda nggak mau ikut!". Begini gaya Ciadek Vinda kalau manjanya keluar. Lalu kadang sambil ngelus rambutnya atau ngitik-itik, ibu coba ngrayu nengahin "adik, mengalah dan nyenengin kakak-ayah kan bagus, nyenengin orang itu bikin kita senang lho, lagian ayah ama kakak kan juga sering tuh ngalah buat nyenengin kita".
Ya! Tidak mudah mendisain acara weekend yang akomodatif untuk anak-anak yang sudah mulai ABG. Vikra sangat suka dengan olah raga bilyard, juga ayah. Tapi sisi lain, bilyard khususnya diwilayah Sawangan cenderung jadi wilayah "abu-abu" untuk judi, drunk-drug dan XXX. Padahal pada dirinya, bilyard olah raga yang menyenangkan (di masjid Turki Amsterdam, di lantai dasar masjid, disediakan puluhan bilyar untuk nunggu azan). Seru lagi,kalau udah ada om Fauni dan ayah yang wajib push up kalau kalah..heboh dan memang jadi riil fun sport banget. Jadi kami sebagai "teman" anak yang mau ABG, berusaha rela menemani Vikra untuk menikmati hobinya biar dia clear membedakan seperti apa bilyard beneran sebagai olah raga. Bagusnya kami menemukan family bilyard yang nyaman juga untuk karaokean. Vinda juga belajar, ibu juga belajar tapi nggak bisa-bisa.

Anak dibiarin nonton pornografi? Nanti dulu!!! Memang ada teman yang sangat moderat mendidik anaknya, dibiarin saja nonton film XXX dengan alasan, itu natural untuk usinya yang sudah mulai puber, kalau dikekang, begitu lihat agak serrr dikit udah kacau anak. Kami tidak seradikal itu, tapi juga tidak mudah kebakaran jenggot kalau melihat anak yang sudah ABG melihat film yang ada unsur begituan sedikit asal tidak vulgar. Waktu mereka kecil..kami suka becandain, tutup mata..atau pakai remote percepat adegan. Sekarang kami biarkan asal dalam batas wajar. "Baca buku seksologi boleh, tapi nggak perlu pornografi", begitu kami bilang sambil menemani Viva baca buku ensiklopedi ttg tubuh.

Bahkan waktu ke Eropa, pas di Nemo Science Museum, Vikra kami biarin (tapi ditemani) masuk ke area Sex pipshow. Awalnya agak ragu juga (minta pertimbangan bang Martua Sirait segala)..Tapi rupanya bagus sekali, disitu ada pola interaktif ttg sex education untuk anak ABG. Salah satunya game/quiz, dengan pertanyaan: apakah keperawanan harus dengan selaput dara? kalau jawaban kita salah, ada penjelasan sangat bagus bahwa hanya sekian persen orang yang punya selaput dara yang bisa berdarah, selebihnya ada yang elastis, tebal sekali atau tipis sekali yang memungkinkan tidak berdarah. Lho, kakak kok jawabnya bener? how do you know? "from reading and movie mom" :). Lalu juga ada pertanyaan, apakah pemerkosa ada hubungannya dengan nonton pornografi? lalu ada penjelasan bahwa melakukan tindak kekerasan seksual menyangkut mental dan kesadaran. Nonton pornografi asal punya kontrol yang baik dan menghargai orang lain, menurut pesan quiz itu, ya tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

Beginilah cerita weekend kami menjadi teman anak-anak....asik, tiap detik pertumbuhan mereka penuh kenikmatan dan tantangan sekaligus...biasanya kami lanjut cari makanan Jepang di Pasar Modern atau Pecel lele Wates dan siap-siap denger rayuan, "dad, mom, may I have more please"...(more rice, more drink..pokoknya doble porsi! Huh, 96 kilo!!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wuihh, hedline gang jambu menarik soal mengahadapi anak-anak yang sudah mulai puber. Sharing pengalaman yang bagus!