Lebaran Bercerai Berai

Minggu, 14 Oktober 2007

Lebaran kali ini, Ayah lebaran hari Jumat, di rumah, Gang Jambu, Sawangan. Vikra Vinda lebaran Jumat juga, tapi di tempat Akung Uti Solo , Ibu lebaran Jumát, di masjid al-Hikmah, Den Haag, Belanda.

“Lebaran dua tahun lalu, kita cuma sama ayah. Ibu di Belanda. Lebaran tahun lalu, ayah kerja, kita cuma sama ibu. Lebaran kali ini, kita Cuma berdua, gak ada ayah gak ada ibu. Mungkin lebaran tahun depan..kita semua lebaran sendiri-sendiri ya Kak??!”

Itu candaan Vinda kepada kakaknya, seperti disampaikan si Ibu kepada ayah.

Ya, selama bertahun-tahun, bisa lebaran bareng bagi warga Gang Jambu 55, adalah sebuah kemewahan!

Selama lima tahun bekerja di Metrotv, ayah belum pernah bisa cuti pas lebaran. Sudah dua kali lebaran ini, di Antv, masih idem. Sami mawon. Selama enam tahun terakhir, Ibu mesti bolak-balik menyelesaikan studi di Belanda.

Gimana nolak amplopnya?

Sikakak dan ciadek sebenarnya agak keberatan lebaran di kampung. Mereka pengen lebaran di Sawangan, nemenin ayahnya.

Lagi pula, ”nanti kalau pada ngasih amplop, Vinda gimana nolaknya,” kata ciadek Vinda.

Ibu mendesak. ”Akung sudah sepuh nak. ayah Ibu gak bisa pulang. Jadi, bagus kalau kalian mau membahagiakan menemani Akung lebaran di kampung.”

Akhirnya semua sepakat. Karena ayah gak bisa libur pas lebaran, ayah harus ngedrop mereka ke Solo.

Selasa sore, lepas kerja, kami langsung berangkat. Bawa mobil kesayangan, great corolla 92, matic. Sawangan-Lebak Bulus, yang Cuma 15 km, mesti ditempuh hampir 2 jam. Gila.

Dari pintu tol lebak bulus bablas sampek Solo, perjalanan lancar. Sempat salah ambil jalur di kawasan Cikunir. Kami mestinya ambil kiri, untuk masuk ke jalur menuju Cikampek. Eh, keterusan, masuk jalur lurus yang menuju Cakung. Untung lalu lintas agak sepi, jadi bisa minggir, dan mundur lagi.

Jalan lancar dan mulus. Syukur kami ambil timing yang pas. Sebab, bila kami berangkat habis magrib atau habis sahur, kawasan Cikampek macet berkilo-kilo.

Timing yang pas juga membuat kami masih bisa menikmati menu favorit jalur Pantura: nasi jamblang Yayu Tutik di Palimanan, dan garang asem Pak Masduki, di alun-alun Pekalongan. Hemm..Puass!

Gak tahan melawan kantuk –setelah paginya bangun subuh dan berangkat kerja—jelang subuh, istirahat di SPBU By Pass Kendal-Kaliwungu. Lumayan bisa tiduar 1-2 jam. Berangkat lagi, sebelum matahari terlalu panas. Tapi, kantuk menyerang lagi di jalan menanjak di Ungaran. Terpaksa minggir, tidur lagi.

Karena ayah sudah kelelahan, Vikra sempat ambil alih nyetir di jalur Boyolali, sampek di perumahan Gentan Asri, rumah Om Daris. Jam sekitar 10-an.

Istirahat beberapa menit, ayah langsung ke terminal Bus Tirtonadi. Ngecek kalau ada bis yang bisa langsung berangkat. Ternyata, bisa yang langsungan sudah habis. Tinggal yang reguler. Berangkat jam 4 sore. Jadi, ya balik lagi ke rumah Om Daris. Lumayan. Bisa rebahan, tidur dulu.

Perjalanan balik ke Jakarta dengan bis Kramat Jati, lancar. Bis kosong, jadi bisa tidur selonjor. Cuma AC-nya rusak. Berisik, dan dinginnya seperti kulkas!

Sampek rumah, Tutik –PRT yg sdh 6 thn membantu kami—sudah ribut mau pulang saat itu juga. Ok, Tutik pulang. Tutik pulang ke Karangbolong, Pandeglang. Karena bawa teman dan barang banyak, ayah anter sampek Kebon Nanas.

Di rumah sendiri. Masak, nyuci, nyetrika, beres-beres rumah sendiri.

Oh, nikmatnya lebaran!!

Hehe..

Taqabbalallah minna wa minkum
Fi kulli am wa antum bikhair..
Minal Aidin Wal Faizin
Mohon Maaf Lahir Batin

Warga Gang Jambu 55:
Muchlis, Yuni, Vikra dan Vinda

Tidak ada komentar: