kampung yang dirindu

Akung semakin sepuh. Berbakti paling menyenangkan akung adalah rajin-rajin menengok beliau di kampung Gedawung yang dari waktu ke waktu tak banyak berubah. Ritual rutin pulang kampung juga ziarah ke makam uti dan berlama-lama nyantai bercerita disisi makam seakan uti ada disana, dan seakan mendengarkan dengan senyum. Ini gaya kampung untuk orang kampung, dengan fun ibu akung uti omacan pakai capil (topi petani) yang ibu borong buat dibawa ke jakarta untuk lampu gazebo rencananya.
Di rumah akung akan asik dengerin suara jangkrik dan kodok, asik tidur rame-rame depan TV, asik menyerbu sarapan pagi pecel mbak tumiyem atau nasi kuning mbok Dayat, dan yang paling asik, sampai setua ini, akung selalu mengelus-elus kepala ibu yang bikin hati langsung mak-nyess. Akung setelah stroke banyak istirahat. Kebetulan sudah pensiun. jadi sekarang banyak beraktifitas untuk menggembala umat, mengurusi asosiasi haji dan tak henti berikhlas di Muhammadiyah.

Bude....bude...mana hadiahnya? Begitu teriakan Aqiev ponakan (putra om Daris dan tante Worry) saat ibu nyampe rumahnya di Solo. Kalau mau pulang, Aqiev Yufa juga paling rajin ngingetin '"gajian"dari akung. Istilah gajian ini dulu dari kak Vikra untuk mengistilahkan ämplop sayang"dari akung utinya. Tahun ini Om Daris sama tante Worry mau berangkat haji...wah, keduluan deh ayah ibu....

Tidak ada komentar: