Untuk Gadis Balig

Berbisik tersipu ragu kau panggil bundamu
" Ada warna tak kusuka bu.."
Kami biarkan hari memperjelas
Samar jelas samar jelas..

Kakak, bisakah kau hadiahi adikmu lantunan bait-bait surat Annisa?
Ayah, bawakan ayam panggang dan pimpin do'a syukur nanti usai senja
Pelan tak kentara dapur sibuk menyiapkan piring merah dan nasi kepal
Ritual bersahaja terlingkar terdoa untuk gadis Balig..


" Ini ada benda bersejarah hadiah dari uti almarhumah,
yang bundamu terima saat bundamu berbalig"
Simpan dan rawat pusaka cantik ini untukmu..
Sekedar perantai sejarah 3 generasi.


Kudekap, kuusap dan kutanya saat berdua...
" Apa maknanya nak?"
" Sholat sudah tanggung jawab sendiri"
" Apa lagi maknanya nak?"
" Disini bukan benda lagi, tapi kehidupan"
" Apa lagi maknanya nak?"
" Tahu..tahu..sudah tahu..."
" Oke, nanti kita baca "buku pintar remaja pintar" lagi.

Yang penting, tak perlu kami banyak kalimat untuk menakuti tubuhmu
Syukuri yang kau punya....
Cukup hayati bahwa usia adalah makna...

Puisi untuk putri kami, tgl 24 Feb 09 (2 minggu jelang 13-nya)


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mbak, aku sukaaaaaaaa banget sama puisi yang mbak tulis buat Vinda. Kebetulan salah satu muridku disini ada yang baru dapat menstruasi juga, boleh gak aku kutip buat mengajarkan dia tentang akil baligh. Kalo boleh baru aku copy.

Salam buat Vinda ya, duh udah punya anak gadis sekarang. Ratna Yuliana (sent via FB)

Anonim mengatakan...

Buat dinda manis ini apa sih yang gak boleh?? silahkan aja say.... Besok Vinda ultah, mau bikin tumpeng dan mau dikirim ke Moulvi Chika ah...:) he..he... jauh banget ya... /yc