Ini surat yang ibu kirim ke Leideners buat survei kecil: "Temen-temen, mbok aku dibantu untuk ngasih pertimbangan. Anak-anakku: Vikra lagi mau cari sekolah SMA, Vinda mau masuk SMP..Kami lagi bingung cari sekolah yang bagus, tidak ngelit dan mengajari anak untuk hidup dan mengerti hidup. Prinsip kami gimana anak sekolah yang tidak serumpun, jadi aku menghindari sekolah yang agamanya sama (sekolah swasta), yang multi kelas, multi etnik. Untuk kriteria ini, sebetulnya sekolah negeri mendukung..tapi terus terang kadang terlalu konvensional dan mekanik. Di wilayah Sawangan Parung tempat tinggal kami, yang swasta ada Lazuardi (punya Haidar Bagir) atau Al-Izhar Pdk Labu (tapi keduanya seagama dan ngelit). Aku anggap temen-temen yang sekolah disini adalah temen yang sampai tahab ini berhasil /beruntung untuk mengebut temen-temen lain di Indonesia. Pertanyaanku (quesioner kecil),
1. Yang paling membentuk diri temen-temen waktu sekolah di SMP,SMA or Kuliah (keluarga gak usah dimasukin, itu udah pasti).
2. SMP/SMA disekolah apa: negeri, swasta (tolng sebut swastanya ya...)
Kirim ke Japri ..tapi kalau mau dikirim ke semua buat pandangan temen-temen lain silahkan aja...
Thank banget...
================
RESPON TEMEN-TEMEN
1. Maria Ulfah (S2, Leiden): kalau tinggal di sawangan itu bisa kebeberapa daerah untuk pilihan pendidikan. karena letaknya ditengah. bisa kearah Cinere, Depok, Parung& Bogor, dan arah Ciputat-Pondok Labu. Kebetulan keluargaku semua (termasuk aku) sekolah di SMP 2 Depok. kebetulah saat itu SMP di Depok yang menduduki peringkat 1 ya SMP 2 Depok. selain itu yg negeri ada SMP 1, SMP3, SMP 5 etc. Selain itu keluargaku SMA nya di negeri dan di jakarta semua. Kalau aku dan adikku itu milih sekolah negeri yang jalur rayon jakarta selatan, karena kami dari SMP negeri depok dan tentu saja memilih yang peringkat sekolahnya tinggi dan disesuaikan NEM saat itu. kalau mau milih ke jakarta selain jaksel pilihannya harus ngurus sendiri, karena sekolah N depok ga mau ngurus kalau bukan rayonnya (itu dulu, gak tahu dech sekarang...) Menurutku, sekolah di negeri memang bisa merangkum kategori yang dimaksud Mba yuni tadi. tapi negerinya juga harus pilih2 karena akan berpengaruh dengan lingkungan pendidikan dan pergaulan yang sangat penting dalam mengkonstruk pola pandang. tapi ya tiap sekolah punya kelebihan dan kekurangan. untuk itu banyak yang menambahnya dengan kegiatan ektrakulikuler dan kursus2.
2. Emilia (S2,Leiden, Psikology): Mbak Yuni kuuu cantik,Mau kasih pengalaman nih dikit, mudah2an bisa berguna. Berdasarkan pengalaman pribadi, kepribadianku yang sekarang ini didapat pas waktu SMA, semua proses di SMA sudah menjadikan aku kaya gini: pemimpi, stress-an, ga pd-an, suka marah2 ga jelas Aku dulu di Cianjur berhubung ga ada sekolah yang bagus, jadi pilihan semua ada di Bandung. Cuman satu waktu itu yang bener2 menarik perhatian aku dan disetujui 100% ama ortu: St. Angela, sekolah swasta katolik (yang dulunya khusus perempuan, sekarang sudah campur). Yang paling penting dari sini adalah pendidikan kedisiplinan diri, karena kepala sekolah suster, waktu itu ketat sekali cara kami harus berpakaian, tidak boleh ber-acessoris, sepatu harus 80% hitam, tidak boleh bawa uang lebih dari 30.000, tidak boleh bawa komik, poster, barang2 yang tidak berhubungan dengan pendidikan, tidak boleh nyupir kendaraan pribadi ke sekolah, dll. Dari sini keliatan emang tujuannya supaya ga ada perbedaan antara kaya dan miskin. St. Angela ini emang pendidikan keagamaannya kuat, tapi juga dikenal dengan sekolah paling disiplin di Bandung. Di sekolah ini, semua fasilitas lengkap, seperti laboratorium biologi, fisika, kimia, dan social. Terutama untuk lab social, kita waktu itu harus ada internship kerja 3 bulan, waktu itu rasanya tantangan besar sekali, masih muda, blum tau apa2 dan masih jaoh dari dunia kerja, tapi udah disuruh cari internship. Aku senang juga disini karena kita diajarkan untuk menghargai orang yang berbeda agama, dan lebih senang lagi karena teman2 yang berbeda agama (terutama muslim) jaoh lebih bertoleransi dengan kita yang kristiani (dulu aku sempat impulsively terpikir, kalo anak2 muslim sekolah di Angela, mungkin negara aman ya.. hehehe).Above all the things, pas itu aku baru 14 tahun dan udah nge-kos. Banyak temen2 mami yang waktu itu komentar "kaga kasian anaknya masih muda udah harus sendiri, perempuan lagi" Waktu itu aku bener2 emang semua harus sendiri dan pada awalnya emang susah, mana harus belajar, ulangan banyak, cari makan sendiri, setrika baju sendiri, bersih2, belanja, blum les matematik, les kimia, extra-kulikuler, dll. At least, for sure, aku dapetin karakter untuk tidak menunda2 kerjaan dan self-initiatif ini dari sini nih.. Tapi ternyata, aku sadar, kalo kita 'on time' dan terorganisir, semuanya lancar kow.. Nou, kalo disebutin satu2 wah panjang, tapi aku yakin, pelajaran kedispilinan dan nge-kos ini (pahit manisnya) menjadikan aku seperti sekarang. Wah, jadi ngelantur gak ya.. Ya kayanya sekian dulu deh, sori kalo kesannya malah jadi curhat. Emilia
3. Sandra Moniaga (S3,Leiden, Law): aloooo tante yuni.. apa kabar nih? mudah-mudahan baik aja...
maap telat nanggepin ya... soal sekolahan buat viva, jawabannya gw balik yaa..:
1. gw dari tk sampe sma di tar-q. sekolah katolik tapi separuh muridnya non katolik. sampai sekarang gw masih berkawan dengan kawan2 sd, smp maupun sma (karena gw pernah gak naik di sma, jadi ada group yang beda dikit dg. sd dan smp).
2. yang paling membentuk diriku itu banyak (gak mesti urut yah):
- sekolahan yang mengajarkan aku ttg. disiplin, toleransi antara kaya miskin, kasih sayang (hakekat ajaran katolik) dan terakhir di sma ttg kepercayaan diri sbg perempuan (terutama di sma karena cewe semua). gw juga belajar ttg. persahabatan antar generasi dan organisasi yang rapih terutama di drum band. terakhir, gw banyak belajar 'manggung' lewat drum band;
- klub2 olah raga: karate, basket (awalnya tim smp terus buat klub sendiri dan terakhir di'pakai' oleh prambors), softball. kegiatan olah raga mengajarkan gw ttg sportivitas, team work dan 'manggung'. terakhir2 di sma sampe kuliah gw juga belajar kompetisi karena ikut tim softball dki dan kemudian jabar... disinilah belajar berlomba dan memimpin... belajar juga dipimpin, dibimbing senior dll.
- kelompok pencinta alam bentukan muda mudi gereja yang kemudian diikuti oleh anak2 tarq dan pl yang non katolik juga: sejak sma aku belajar ttg. keindahan alam dan kondisi masyarakat pedesaan tempat kami camping. sebagian kawan, termasuk aku, kemudian membentuk organisasi yang lebih terbuka, diluar gereja. disini gw masih anak bawang lah. pengalaman ini kemudian mendorong gw ikut kelompok pencinta alam di unpar.. kemudian berlanjut sampai ke skephi, walhi dst.nya...
- kawan2 main buat having fun, belajar "gaul" he..he..he..
catatan pentingku yun: gw menikmati sekali bisa masuk sekolah yang gw pilih dan didukung ortuku. gw menikmati bisa terus berkawan dengan kawan2 yang gw anggap baik dan menyenangkan. gw juga sangat menikmati aktifitas gw di luar sekolah: baik dengan kawan2 sekolah dan kawan2 lainnya sampai gw bisa menemukan "minat" dan hobby yang kemudian akhirnya mewarnai hidup gw. artinya di masa sekolah, kita perlu dapat kesempatan sebanyak mungkin utk bisa semakin mengenali diri kita sendiri. dengan berbagai kegiatan dan interaksi, kita dapat banyak kesempatan untuk mengembangkan diri.
jadi.. rasanya catatan penting yang bisa diambil: cari sekolah yang memang diyakini bisa ketemu kawan2 yang asik, yang bisa memfasilitasi anak2 kita utk ikut kegiatan di luar sekolah. sebagai tambahan: hampir semua kegiatan di luar sekolah gw (klub2 olah raga, kelompok pencinta alam, kawan2 gaul) itu berkembang dari sekolah. yang mengajak gw ke"mana2" itu kawan-kawan sekolah.
agak mbulet, ya? mudah2an esensinya tertangkap deh ya.. thanks untuk pertanyaanmu ini karena bentar lagi kami juga akan membutuhkannya untuk rugun... dan beberapa tahun lagi untuk ahimsa. pertanyaan2mu membantu gw utk refleksi.
good luck ibu yang baik!!!
love,
sandra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar