Skill dan Management Hidup: Wasiat Uti 3


Kempalan Mbenjang Rebo Pon (kumpulnya Besok Rabu Pon)
Ketua Dharma Wanita: Percaya Diri
Karena posisi akung, uti jadi ketua Dharma Wanita. Kalau mau pidato, akung yang membuatkan text (pas uti wafat ibu temuin di tas ke pasar uti). Uniknya, walaupun uti cuma tamat SMP, kalau pidato PD banget. Belum lagi, beliau canggih atur-atur anak buahnya yang sebagian juga sarjana. Kalau mau ada pertemuan Dharma Wanita, uti selalu yang atur waktu dan yang lain harus menyesuaikan sesuai dengan jadwal "hari pasar" yang memungkinkan buat uti, biar acara pasar beliau tidak terganggu. Tapi uti juga kritis, suatu kali ada acara "paket"dari kabupaten tentang merawat tubuh dengan susu dan membuat bunga dari roti tawar. Uti nggak bisa nahan ketawa dan sebel dengan program itu. Jadi dengan teman-temannya di pasar uti cerita-cerita betapa tidak sensitifnya bikin acara. "Timbang susu dinggo adus, mbok yo didumke neng bocah-bocah Polaman kono (daripada susu buat mandi, mbok ya lebih baik dibagikan ke anak-anak di Daerah polaman sana). Sampai rumah uti juga cerita-cerita lagi ke kami... Akung sering ngasih julukan uti bakat jadi direktur, karena hobinya ngatur dan ngritik orang yang kerja nggak sistematis. Sikap PD uti juga sering memenuhi obrolan dengan tamu-tamu akung, padahal sering sekali datang tokoh-tokoh masyarakat, tapi tetap aja uti punya tema yang menarik dengan tamu kelas apapun..

"Jajan 10 rupiah (Jajan 10 rupiah atau Rp 1000 rupiah jaman sekarang)"
Berhemat dan menabung

Kami sekeluarga dianggap keluarga berkecukupan untuk ukuran kampung kami, karena katanya sering amal dan membantu sana-sini. Tapi kenapa uang jajan kami hanya 10 rupiah seperti teman-teman kami yang tidak mampu? Dengan uang itu kami hanya bisa membeli 2 jenis makanan. Itupun masih sering didesak untuk menabung sisanya. Ya. Sekarang baru merasakan bahwa uti mengajarkan bagaimana cari uang, mengatur uang tapi tidak mengajari berboros membelanjakan uang.

"Yen lelungan, duit diprenco-prenco (Kalau bepergian, uang dipisah-pisah)"
Berfikir antisipatif (jaga-jaga)


Setiap mau bepergian, terutama ke akung, selalu uti sibuk mengingatkan untuk memisah-misah uang. Karena akung pernah hilang dompet waktu ngajak ibu kecil ke Jakarta. Tapi bener, karena akung memisah-misahkan uang dibeberapa tempat, jadi dana tetap aman. Coba kalau ditaruh satu dompet..nggak jadi deh kami jalan-jalan.

Opo-opo kudu cek-cek! (Apa-apa itu harus cek-cek, cepat dan urut)
Berlatih gesit dan sistematis

Cek-cek..cek-cek (cara nyebutnya kayak bilang deg-deg, bukan check). Kami selalu diburu-buru untuk bekerja cepat, sistematis dan tuntas. Kalau tidak..bisa panjang urusan. Kadang kami merasa lelah harus denger khotbah uti dengan kalimat sama, berulang-berulang-berulang! Tapi persistensi (gigih dan gak bosan) ini rupanya energi yang mahal dan tidak selalu kami punya pas kami jadi orang tua. Uti selalu tidak cepat bosan mengingatkan walaupun dengan resiko tidak disuka! Tapi tetap saja akhirnya masuk ke rongga badan kita.

"Ojo nganti ra iso tuku anderok (jangan sampai nggak bisa beli underwear/pakaian dalam)"
Perempuan harus mandiri

Waktu itu pas uti ganti baju dalam kamar, dan ibu diatas tempat tidur uti sedang mewiru kain panjang uti untuk resepsi. Sambil pake anderok (daleman biar tidak transparant) uti bilang, "anak perempuan harus bisa cari uang, jangan sampai hanya beli anderok pakain dalam saja minta uang sama suami". Nah lo..tapi kalau suami yang mau beliin nggak apa-apa kan uti?


"Wis kono, resik-resik njobo (Sudah sana, bersih-bersih diluar) "
Perempuan tidak harus didapur

Nggak tahu kenapa, kalau ibu masuk kedapur, uti selalu nyuruh ibu keluar dan bersih-bersih rumah depan saja. Mungkin juga karena ibu sibuk nanya, mana merica, mana ketumbar (sampai menikah ibu baru tahu bedanya dua bumbu ini, dan setelah kuliah ibu baru pertama kali menanak nasi dan sayur, itupun waktu ditempat bulik yang sedang melahirkan). Uti tidak mewajibkan anak perempuan untuk memasak, dan membiarkan anak perempuannya berdiskusi diteras pagi hari dengan akung asal pekerjaan selesai, suatu yang unik untuk ukuran tradisi dikampung kami.

Omah kudu rijik!! (Rumah harus rapi dan indah)
Seni menata rumah

Kalau sampai ada tamu dan rumah kotor karena debu atau daun banyak di emperan..wah alamat akan ada khutbah panjang. Jadi rumah kami yang suangat berdebu itu harus rutin dilap. Uti kayak malu sekali kalau pas ada tamu, kelihatan tidak sempurna. Nyapu rumah harus sampai ke kolong-kolong, yen nyapu ojo kenceng wae! (kalau nyapu jangan lurus aja), begitu uti selalu nasehatin penyapu rumah kami. Bersihkan tempat tidur juga harus tuntas sampai bawah bantal dengan alasan lucu: yen ono ulone pie yen ra resik (kalau bersihkan tempat tidur tidak menyeluruh, gimana kalau sampai ada ular dibawah bantal)? Uti juga sangat mendukung kalau ibu nata rumah. Apalagi mau lebaran, hampir bisa ditebak uti pingin suasana baru dan siap keluarin modal untuk benda baru, dari furniture atau perlengkapan dekoratif lain seperti(gorden,sprei, bantal kursi, toples dll). Pernah ibu tidak setuju dengan pilihan uti beli sofa L, uti akan dengan gampangnya minta pemilik toko furniture untuk menukar (mereka kenal baik dan hormat sama uti). Di taman halaman rumah kami juga banyak ditanami kembang. Tapi nggak ada satupun yang beli, hampir semua dikasih orang. Ada aster, dahlia, mandevilla, bakung, pakis, kacang-kacangan, kertas, dll.


Diapalke, rasah dicatet (Dihafalkan, tidak usah dicatat)
Melatih memori

Setiap belanja ke warung, ibu yang masih kecil disuruh menghafalkan lebih dari 10 items yang mau dibeli, dan nggak boleh dicatat. Diapalke..ojo enek sing ketinggalan! (jangan sampai ada yang terlewat). Wah, rupanya Uti lagi nglatih memori kita ya! Jadi disepanjang jalan ibu ngapalin: bawang satus, brambang satus. terasi seket, minyak sekilo, prambors sak botol, vanilly kalih, tomat seprapat, dll..dll..mau kesandung-kesandung deh!! yang penting uti nggak mau tahu, nggak boleh ada yang salah!!

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya bisa bayangkan apa yang terjadi pada almarhumah ketika disodori program "kota"yang snobbis itu.Dan saya kira program seperti itu umum adanya. Cuma saya tergelitik bertanya, selain sisi positif Dharma wanita yg pasti tidak sedikit, apa jadinya kalau saat itu orde baru tidak membesarkan dharma wanita dan pkk sbg salah satu alatnya?Lupakan gerwani yg kalau dari sisi kalkulasi politis sudah mati, misalnya bertumpu pada perwari yang kebanyakan orang mandi susu, atau muslimat yang ndesoni dan animis, atau asiyiah yang fundamentalis,kira-kira gimana ya, selain organisasi ini tidak ada organisasi yg punya akar kebawah, paling banter keluarga widuri yang terdiri dari wong ayu munal minul dari Menado...

Anonim mengatakan...

Thank ya tulisan-tulisannya di blog ggjambu. Mbak yuni juga pasti bunda yang hebat..Santai..kalau seriusnya nggak yakin sih aku :). Tapi Vikra Vinda beruntung punya bunda seperti mbak Yuni..bunda yang kadang-kadang bisa error..he..he..he.Tapi hatinya selalu menomor satukan anak-anak.

Amelia Fauzia mengatakan...

yun, aku suka banget dengan seri mengingat uti ini. Trims ya udah sharing pesan2 uti yang dalam dan falsafah dibalik pola ndidiknya. jadi merasa dekat dan merasa uti ku juga. Yang jelas uti sudah berhasil dalam mendidik. pantesan aja kalo namu di rumahmu --entah di gangjambu or leiden-- dikau suka nyium2 gelas... hehe.