Status di facebook Ibu: "lagi bertaman, lihat jaring laba-laba besar yang nutup akses ke pojokan....bingung, mau dibuang kok aku serasa trantib gusurin sepihak, padahal buatnya pasti susah. Tapi kalau didiemin, takut laba-laba aneh itu beracun dan ngundang korban....ada ide???"
Komentar2 di FB:
1.Ona Kaplale: "diajak diskusi ajaaaa... hhihi... siapa tau ga beracun, jeung.."
2.Zm fauzi: "Pindahin sak sarang-sarangnya, tapi BTW ngesetnya lagi bisa gak? Itulah kuasa Allah....sekedar bikin peta jejaringnya di komputer kita pasti bisa, tapi pas implementasi cara masangnya....serahkan pada sang laba-laba lagi deh".
3.A. Farhan: "rumit, minta prtimbangan k spiderman aj gmn bu hehe?"
Komentar2 di FB:
1.Ona Kaplale: "diajak diskusi ajaaaa... hhihi... siapa tau ga beracun, jeung.."
2.Zm fauzi: "Pindahin sak sarang-sarangnya, tapi BTW ngesetnya lagi bisa gak? Itulah kuasa Allah....sekedar bikin peta jejaringnya di komputer kita pasti bisa, tapi pas implementasi cara masangnya....serahkan pada sang laba-laba lagi deh".
3.A. Farhan: "rumit, minta prtimbangan k spiderman aj gmn bu hehe?"
4. MH Thamrin: "Aku tahu laba-laba itu..namanya Muchlis kan?"
Seperti pernah ditulis beberapa kali oleh ayah dan Vikra, di rumah gang jambu ini tempat yang "nyaman" jadi kebun binatang. Entah apa alasan binatang itu untuk menyatu dengan kami, yang jelas penghuni betahnya ada 2 kucing pets (Benzo, Melon), ikan di 2-3 kolam, kelelawar bertengger di teras, burung sriti di ruang tamu, kodok, cicak, kupu-kupu, tokek, laba-laba. dll.
Lalu serangga-serangga lain gimana? Disini masalahnya... pernah suatu kali lagi main ke Makasar, ada temen yang ambil sendal keras dan menghajar kecoa bertubi-tubi...duhhh.. melekat dalam memori kok kejam banget ya. "Itu harus dibasmi yun...kamu tahu kan itu serangga berbahaya..bla..bla...". Pokoknya panjang lebar sobat yang kebetulan dokter ini menjelaskan ke kuping ibu yang seakan terbuka tapi hati kemana-mana. Sekarang ini, sebagai jalan tengah, kalau ada kecoa, karena nggak suka tapi nggak tega, jadi ibu telentangin saja kecoa itu dan diserahkan pada Tuhan. Kata ayah...."itu mah sama saja membunuh". "Iya yah..tapi kalau dia kuat bisa survive kan?, lagian kenapa sih Tuhan kok mbikin binatang yang telentang aja bisa matii?". Tapi kalau pas lagi gak sabar ya ambil sendal dilumpuhkan pelan, diambil dan dimasukin ke closet dengan pikiran, maaf ya..aku nggak bermaksud membunuh tapi siapa tahu kau bisa survive didalam sana.
Saat nyemprot nyamuk atau pakai raket nyamuk..selalu konflik batin, "ini syirik gak ya? kok serasa meyekutukan Tuhan, karena tiba-tiba aku jadi Tuhan yang seenaknya membunuh makhluk Tuhan..sang nyamuk". Entah..selalu saja guilty, tapi kalau ingat bahwa itu binatang berbahaya, ya dengan bismillah ketika harus membasmi mereka... sesekali ingat ungkapan om Daris saat menunggu uti sakit dan gak bisa tidur gara-gara nyamuk.."udahlah bu..ikhlaskan, nyamuk itu kan makanannya ya dari darah kita, masak berbagi sedikit saja kita habisi nyawanya". Wajah uti kelihatan bingung tapi ada yang mengalir ke hatinya..
"Pokoknya ibu cuma tega basmi nyamuk dan kecoa. Kalau semut jangan pernah dibunuh, mereka tidak mengganggu dan tidak berbahaya" begitu ungkapan berulang. Jadi paling gemes dan sedih kalau lihat ada orang menyemprot baygon ke semut...atau menyapu kasar semut-semut...kenapa sih nggak di alihkan saja? Kalau selama ini harus menyemprot ke sarang kecoa atau nyamuk....selalu berfikirnya gimana biar tidak pada berkembang biak...tetapi pas ada yang bergelimpangan mati...perasaan aneh muncul.
Entahlah....yang jelas capek-capek melihara ikan di kolam, pas mau panen selalu tak tega memakannya (tetapi demi tamu ya tetap dimasak tapi tak berani melihat saat dimatikan). Lihat ada kucing liar yang main, lalu kita cuma kasih makan piaraan kita..kadang terbersit..kok diskriminatif ya...ini persis kebijakan immigrasi yang anti sama migran, yang dimanjakan cuma warga/milik kita dan tutup mata pada pendatang walaupun itu kucing....
Rupanya nggak gampang berhati begini, kadang relung hati didalam sana merenung..mungkin nggak ya, suatu kali ketika pahalaku terlalu sedikit dihitung, satu dua binatang itu mengajak diskusi Tuhan, "apakah menyelamatkan nyawa binatang yang lemah ini kalah oleh kening hitam karena mabuk sujud memuaskan dirinya dan sibuk jadi peminta-minta nasib dan penghiba ke Tuhan dalam doa ndemimil mereka"?
Seperti pernah ditulis beberapa kali oleh ayah dan Vikra, di rumah gang jambu ini tempat yang "nyaman" jadi kebun binatang. Entah apa alasan binatang itu untuk menyatu dengan kami, yang jelas penghuni betahnya ada 2 kucing pets (Benzo, Melon), ikan di 2-3 kolam, kelelawar bertengger di teras, burung sriti di ruang tamu, kodok, cicak, kupu-kupu, tokek, laba-laba. dll.
Lalu serangga-serangga lain gimana? Disini masalahnya... pernah suatu kali lagi main ke Makasar, ada temen yang ambil sendal keras dan menghajar kecoa bertubi-tubi...duhhh.. melekat dalam memori kok kejam banget ya. "Itu harus dibasmi yun...kamu tahu kan itu serangga berbahaya..bla..bla...". Pokoknya panjang lebar sobat yang kebetulan dokter ini menjelaskan ke kuping ibu yang seakan terbuka tapi hati kemana-mana. Sekarang ini, sebagai jalan tengah, kalau ada kecoa, karena nggak suka tapi nggak tega, jadi ibu telentangin saja kecoa itu dan diserahkan pada Tuhan. Kata ayah...."itu mah sama saja membunuh". "Iya yah..tapi kalau dia kuat bisa survive kan?, lagian kenapa sih Tuhan kok mbikin binatang yang telentang aja bisa matii?". Tapi kalau pas lagi gak sabar ya ambil sendal dilumpuhkan pelan, diambil dan dimasukin ke closet dengan pikiran, maaf ya..aku nggak bermaksud membunuh tapi siapa tahu kau bisa survive didalam sana.
Saat nyemprot nyamuk atau pakai raket nyamuk..selalu konflik batin, "ini syirik gak ya? kok serasa meyekutukan Tuhan, karena tiba-tiba aku jadi Tuhan yang seenaknya membunuh makhluk Tuhan..sang nyamuk". Entah..selalu saja guilty, tapi kalau ingat bahwa itu binatang berbahaya, ya dengan bismillah ketika harus membasmi mereka... sesekali ingat ungkapan om Daris saat menunggu uti sakit dan gak bisa tidur gara-gara nyamuk.."udahlah bu..ikhlaskan, nyamuk itu kan makanannya ya dari darah kita, masak berbagi sedikit saja kita habisi nyawanya". Wajah uti kelihatan bingung tapi ada yang mengalir ke hatinya..
"Pokoknya ibu cuma tega basmi nyamuk dan kecoa. Kalau semut jangan pernah dibunuh, mereka tidak mengganggu dan tidak berbahaya" begitu ungkapan berulang. Jadi paling gemes dan sedih kalau lihat ada orang menyemprot baygon ke semut...atau menyapu kasar semut-semut...kenapa sih nggak di alihkan saja? Kalau selama ini harus menyemprot ke sarang kecoa atau nyamuk....selalu berfikirnya gimana biar tidak pada berkembang biak...tetapi pas ada yang bergelimpangan mati...perasaan aneh muncul.
Entahlah....yang jelas capek-capek melihara ikan di kolam, pas mau panen selalu tak tega memakannya (tetapi demi tamu ya tetap dimasak tapi tak berani melihat saat dimatikan). Lihat ada kucing liar yang main, lalu kita cuma kasih makan piaraan kita..kadang terbersit..kok diskriminatif ya...ini persis kebijakan immigrasi yang anti sama migran, yang dimanjakan cuma warga/milik kita dan tutup mata pada pendatang walaupun itu kucing....
Rupanya nggak gampang berhati begini, kadang relung hati didalam sana merenung..mungkin nggak ya, suatu kali ketika pahalaku terlalu sedikit dihitung, satu dua binatang itu mengajak diskusi Tuhan, "apakah menyelamatkan nyawa binatang yang lemah ini kalah oleh kening hitam karena mabuk sujud memuaskan dirinya dan sibuk jadi peminta-minta nasib dan penghiba ke Tuhan dalam doa ndemimil mereka"?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar