Mengenang Uti tercinta: Hj. Misniyati Bardus Syafaát (alm).
Cerita-cerita ini ditulis oleh ibu/bude/tante Yuni (putri pertama uti Misniyati). Uti wafat 23 Januari 2003, setelah setahun menderita kangker usus dengan meninggalkan akung tercinta Bp. H.Bardus Syafaát, ketiga putri-putranya 1. Yuniyanti Chuzaifah dan suami Muchlis Ainurrafik) , Daris Fatchuddien dan istri (Woro Yuliaty), (Yasir Ahsani dan calon pacar Laras Komalasari)) dengan 3 cucunya (Vikra Alizanovic, Vandana Mernissi dan Tsavier Yufa Aqya, dik Aqief belum lahir ya..) .
Yang menyesakkan, saat beliau wafat, ibu sedang tidak didekatnya, karena sedang berada di Amerika menemani suami yang sedang study dengan Vikra Vinda juga. Ibu menunggu 3 bulan setelah uti operasi, nunggu bugar dan malah uti sendiri yang mendorong ibu untuk berangkat dengan wajah cerianya. Ibu agak lega melihat uti ikhlas dan kelihatan sehat. Tepat sebulan disana..ada telphon, bahwa uti sudah berpulang… semua perasaan bertimbun, dari rasa menyesal, bersalah, berduka, tidak siap dan sesak sekali. Tapi uti pergi hanya fisiknya, jiwa uti ada dalam nadi kami. Kami rekam dan bekam, selalu!
Ini beberapa cerita ringan, tapi seperti dinamit..kecil, sederhana tapi bertenaga sekali memori tentang uti ini, lewat perintah-perintah yang penat didengar pada masanya tapi moga-moga ada yang menjalar ke kami, kerabat dan sobat…. cerita-cerita ini subyektif, sedarhana tapi barangkali bisa jadi inspirasi kecil tentang bagaimana membesarkan putra-putri dengan cara bersahaja dari keseharian,makanan, kerjaan ringan dll..Uti tidak pernah membaca buku tentang pendikan, emotional intelegence atau kursus etika..uti adalah perempuan desa, bersahaja, ceria tapi ingin sempurna menjadi orang tua.
"Sulak-sulak, Seblak-seblak (bersih-bersih debu dan tempat tidur)"
Disiplin dan tanggung jawab sejak dini
Ya, walaupun akung uti nyaris selalu punya 2 anak asuh dan terkadang “rewang” dirumah yang membantu, tapi sejak kecil usia 4 tahun ibu sudah harus bersihkan rumah dan tempat tidur pagi dan sore. Padahal melipat selimutpun masih kesulitan dan harus digelar dulu diatas lantai. Kalau jam 3 sore masih main, akan dijemput oleh yang membantu dirumah, untuk selesaikan tugas itu. Padahal dalam hati..daripada mereka menjemput, kan sudah selesai kalau mereka sulak-sulak dan seblak-seblak sendiri. Tapi tidak pernah terjadi. Harus ibu!
"Sing ora ono dibagehi (Sisihkan buat yang laginggak ditempati)"
Bersikap Adil
Apapun bentuk makanan, sesuka apapun, sedikit atau sebanyak apapun, uti selalu wanti-wanti untuk membagi sama rata (termasuk dengan yang mbantuin di rumah), kalau diantara kami ada yang pergi, justeru mereka yang harus disisihin dan diingat! Jadi siapapun merasa adil, aman dan diingat.
"Arepo srupiah, Jujul dicaoske" (Walaupun satu rupiah, uang sisa belanja harus dikembalikan)"
Jujur dan jangan pakai diluar hak kita
jaman kecil sering diminta uti belanja ke warung. Suatu kali uti kelihatan tidak suka, karena ibu beli permen dari uang kembalian. Dalam hati ..uti pelit! Tapi uti menjelaskan, kalau dimintain tolong belanja, semua uang kembalian walaupun satu rupiah, kembalikan dulu. Kalau ingin sesuatu, matur (bilang dulu) sebelum berangkat. Itu cara uti menyelipkan kejujuran dan mencegah memakai sesuatu yang bukan hak kita. Uti mestinya jadi anggota anti korupsi!
"Ben Sore munjung mbah kakung putri (Menghantar sesuatu untuk Uyut akung uti setiap sore)
Berbakti tak pernah henti
Nduk, wis pakpung? Aduh anakku wis thinis (Sayang udah mandi? Wah putriku udah cakep rapi). Kalau sudah dipuji begitu, siap-siap ada komando berikutnya, menghantarkan makanan untuk uyut akung uti setiap hari. Setiap peristiwa penting juga rutin, bahkan pas lebaran uti buanyak bikin bingkisan untuk uyut, pakde-bude, dll.
"Yen Bapak rawuh, ojo lali unjukan, bapak ibu rawuh ora pareng dolan" (Kalau bapak datang jangan lupa buatkan minum dan nggak boleh main pas bapak-ibu baru datang)
Merawat dan menata keluarga
Tugas ibu waktu kecil selalu buatkan minum untuk akung pagi, jelang pulang kantor dan sore hari. Aturan yang lain, pas akung uti datang, semua harus ngumpul dirumah. Habis itu bobo siang. Kalau akung uti tidur siang nggak boleh berisik dan harus dibangunkan kalau ada tamu. Kalau pingin makanan, jangan jajan diluar, tetapi bawa makanan ke rumah dan makan sama-sama.
"Isih ono dino" (Masih ada hari)
Berfikir kedepan dan menunda kepuasan
Dimulai dari hal-hal kecil, uti selalu tidak suka kalau ada makanan, lalu kita habiskan saat itu juga. Kalimat yang selalu muncul..masih ada hari esok! Jadi kami dilatih untuk menunda kepuasan.
"Azan, TV Klek!" (Azan, matikan TV)
Spiritualitas
Pokoknya begitu bunyi azan maghrib, tidak ada ba..bi..bu..TV langsung harus mati, sudah harus rapi berangkat ke masjid, dan pulang maghriban kami harus mengaji. Pokoknya itu harus! Ya...rutinitas spiritual yang sederhana, tapi penyeimbang nurani.
"Ibu bodo ora opo-opo sing penting anak kudu pinter" (Ibu bodoh tidak apa-apa, yang penting anak pinter).
Serius dengan masa depan anak
Uti yang hanya tamat SMP, yang dulunya pernah kita lihat sebelah mata membandingkan dengan akung yang sarjana, tapi rupanya beliau sangat semangat biar anaknya tuntas dan setinggi mungkin sekolah. Rela bekerja dari subuh, lelah tanpa keluh, cukup dengan 2 tablet anti lelah yang barangkali secara diam-diam dikonsumsi setiap hari. Dan pada akhirnya beliau sakit setahun kena kangker usus, salah satunya karena konsumsi obat ini bisa jadi.