Amrozi: teroris atau dewa?

“Dewek iku isih dulur cung karo amrozi" (kita itu masih sodara nak sama Amrozi). Persisnya sodara semisan sama dia, satu nenek jelas mbahbu Musanah (ibu penerus ayah) ke ayah dan kami-kami saat anjangsana lebaran ini. Sekitar thn 2004 (sebelum mbahbu kandung ayah meninggal), pas Amrozi baru ditangkap, kami berlebaran ke rumah mbak Kunik misanan ayah, lalu mbak Kunik cerita: “Amrozi itu masih misanan kita, dulu dia kerja di bengkelku”. Rupanya kami dianggap punya darah sodara dengan Amrozi. Ini cerita mbahbu Musanah waktu kami pulang kampung, cerita dibalik dan si seputar kematiannya. Kebetulan kampung ayah di Drajad memang tidak jauh dari Tenggulun tempat Amrozi, sekitar 7-8 KM.

“Kuburan Amrozi sekarang udah dipagar, krn nyaris habis diambilin sama pengunjung yang ziarah. Kita kan nggak pingin orang jadi syirik”.

“waktu Amrozi dimakamkan, jalanan penuh sampai Solokuro (5 km), semua teriak Allohu akbar, tapi juga syahdu. Sebelum ada kabar dia meninggal, ada 3 burung datang, dua menclok diatas rumah Amrozi dan satu ke arah barat, lalu ketiganya pergi bareng. Orang langsung pada bilang Allohu akbar. Yang juga luar biasa, saat itu ada awan berbentuk “Allohu akbar”. Tapi pas saya keluar, awannya tinggal sedikit, nggak bisa lihat semua”.

“Amrozi punya anak 2 dari 2 istrinya. Istrinya jualan kue-kue sekarang, dan yang satu stroke. Tapi sekarang udah pulih. Anak yang pertama laki-laki sekitar 23 tahun, yang kedua perempuan sekitar 13 tahun”.

“Saat pemakaman dan berbulan-belum sesudah itu pengunjung pesantren Tenggulun (kakak amrozi) tak henti-henti, bahkan polisi rajin bawa kambing buat tamu-tamu yang datang ke pesantren itu, biar polisi tidak dimusuhi orang-orang situ. Biar orang jelas bahwa yang dimusuhi polisi adalah terorisme-mnya bukan pesantrennya”.
“Semenjak kematian Amrozi, justeru Islam di daerah Tenggulun dan sekitarnya tambah kenceng dan mengeras”.

“Amrozi Muchlas membawa berkah, sejak dia berkasus sampai mati, jalan-jalan menuju ke desa-desa itu dibangun. Karena akar radikalisme adalah kemiskinan, jadi biar orang merasa ada pembangunan”.

Vinda nyeletuk berulang-ulang waktu dengar cerita itu yang intinya, teroros mengebom ,membunuh orang kok dipuja-puja. Lalu dia juga ketawa lihat tingkah orang ambil tanah kuburan kayak Ponari aja katanya. Dia juga nggak faham, apa hubungan burung, awan bertuliskan Allah dg kematian Amrozi. Jadi???
*picture taken from website

Tidak ada komentar: