Ini mihrob dan mimbar khutbah yang sangat artistik. Saat pembangunannya oleh pemerintah Belanda didatangkan ahli-ahli dari Italy untuk mendekor detail interiornya. Ini sangat menarik, rupanya demi keindahan, tak jarang pemerintah kolonial turun tangan untuk mempercantik. yang unik kalau datang ke keraton salah satunya di Kasepuhan Cirebon, di dinding bisa dilihat keramik blue Delf bertuliskan asmaul husna yang khusus dipesan dari Delf Belanda. Entah sebagai upeti atau bentuk toleransi. Yang jelas, kapal-kapal VOC dulu berangkat membawa keramik (salah satunya) dan pulang membawa rempah2 yang pada masanya sangat mahal. Hanya keluarga kerajaan dan orang kaya yang bisa beli lada dan rempah lain, itupun untuk obat-obatan pada awalnya.
Amati detail masjidnya. Luar biasa..kubahnya sangat tinggi dan cantik. Tangga belakang itu juga sangat menarik. Dan selalu di masjid-masjid tua, tangga berpanggung ini selalu ada. Apa ya fungsinya....(lagi di cari-cari jawabnya). Atau ada yang tahu?.
Masjid Menawan di Medan
Yang paling nikmat kalau datang ke sudut-sudut nusantara khususnya bekas kerajaan Islam tua, adalah mengunjungi masjid, bersimpuh didalamnya beberapa saat dan menikmati cantiknya rumah Tuhan yang penuh sejarah ini. Masjid raya Medan, yang dibangun th 1906 jaman kejayaan kerajaan Deli, jangan pernah terlewatkan untuk dikunjungi. Ini salah satu view mata elang tempat hotel ibu ber-acara. Sedap juga, saat magrib mencuri waktu berkelebat menyelinap menyudut di masjid ini.
Aneka Minuman Buka Puasa
Sekedar hadiah kecil bagi pengunjung gangjambu, agar saat berbuka puasa tambah mantap dan cepat memulihkan energi, ini ada ide aneka hidangan pembuka, list aneka minuman yang bisa langsung di print dan ditempel di dapur, biar puasa tetap merona. Moga-moga bermanfaat.
- Kolak Pisang
- Es Kelapa muda(pakai gula merah atau syrop cocopandan)
- Es cendol/dawet
- Es blewah/timur suri
- Bubur mutiara
- Es Melon (melon dikerok atau diiris bagus, masukkan dalam syrop melon)
- Bubur candil/biji salak
- Setup nanas (gula pasir , kayu manis, cengkeh, direbus, pas mendidih masukkan nanas. Ini kesukaan almarhumah uti)
- Kolak ubi/singkong + cempedak
- Es sarang burung (agar putih saat sudah matang, dituang diatas es batu/ atau disaring seperti mie, lalu beri syrop atau gula)
- Es doger (spt kolak dg gula putih, buat agak kental, isian tape, roti,ketan hitam,dan ice cream)
- Es nata de coco + biji kemangi/selasih
- Es teller (santan manis, alpukat, nangka,kelapa muda)
- Ice coffee jelly (coffee mixed di beri es lalu isian memakai jelly/agar coklat dicacah)
- Bubur pacar cina (kata Vikra bubur Chinese girl friend)
- Es cincau
- Sop buah (es buah, melon, nanas, blewah, klengkeng, strwaberry)
- Bubur kacang hijau-ketan hitam (yang encer biar tidak terlalu mengenyangkan)
- Setup nangka (spt nmr 8)
- Es kolang-kaling (bagus ditambah isian lain spt nangka, natadecoco, dll)
- Bubur sumsum
- Es lidah buaya
- Sarikaya (kolak yang dikukus dalam bungkus daun pisang, tp pakai roti tawar)
- Es kristal (agar warna-warni di cacah dan diberi syrop, kata vinda kebagusan nama)
- Wedang ronde (air jahe gula, pakai isian kacang sangrai, mutiara, ronde, roti tawar)
- Es serai (rebus daun serai, rempah dan gula)
- Es palu butung Makasar (spt es campur tambah pisang)
- Es rumput laut segar
- Es cappuccino pakai kelapa bakar diiris (sekilas spt bandrek sukabumi)
- Hari raya idul fitri……dilarang buat es..takbiran lebih menyejukkan :)
Selamat memunaikan ibada puasa.
17 Agustus 17 tahun
Ayah : 17 tahun mencinta, berkeluarga. Hanya satu kata: perjuangan! Dan perjuangan itu sungguh penuh warna. ada tawa, ada tangis. ada marah, ada rindu. ada sepi, ada galau. ada bangga, ada haru..
Bangga dan haru.. karena selama 17 tahun, semua bisa tumbuh segar, sehat, aktif..
Tuhan... Terima kasih!
Vinda : Hanya satu kata, keluarga ini unik. Yg Vinda jg suka banyak kucing. Vinda bersukur krn sekeluarga pernah keluar negeri. Hahahahaha.. lebay. Mudah2an ayah ibu langgeng terus. Pokoknya gak bisa diungkapin pake kata2 deh. Jiah hahahaha…. Pokoknya yang penting bahagia terus aja..
Ibu : “17 thn sudah mengaitkan cinta, kausalitasnya jelas, dapat hadiah 2 nyawa unik yang bikin ibu merasa punya nyawa banyak”. Yang jelas, setitik air mata berbalas dengan secawan tawaria. Walaupun banyak keusilan, kecuekan, kekonyolan, kejorokan, peledekan…tapi justeru itu yg bikin seru dan ngangenin. Tambah gede anak-anak, serasa ada geng berempat di rumah… Terimasih Robby..sehatkan kami dan mereka-mereka yang kami cintai. Pintarkan pikir dan hati kami semua.
Vikra : 16 years I have been going on with this family dan gw gak pernah menyesali sedetik pun. Well, maybe that’s too deep. Right now I’m picturing my mom dropping tears as she read my writings. Haha, sorry mom. Just wanna say, happy anniversary for you and dad. Me being tampered by your love and mild teachings, and dad’s rather firm way, both of you have made me the son and the man that I am. Keep loving each other, we love you.
Bangga dan haru.. karena selama 17 tahun, semua bisa tumbuh segar, sehat, aktif..
Tuhan... Terima kasih!
Vinda : Hanya satu kata, keluarga ini unik. Yg Vinda jg suka banyak kucing. Vinda bersukur krn sekeluarga pernah keluar negeri. Hahahahaha.. lebay. Mudah2an ayah ibu langgeng terus. Pokoknya gak bisa diungkapin pake kata2 deh. Jiah hahahaha…. Pokoknya yang penting bahagia terus aja..
Ibu : “17 thn sudah mengaitkan cinta, kausalitasnya jelas, dapat hadiah 2 nyawa unik yang bikin ibu merasa punya nyawa banyak”. Yang jelas, setitik air mata berbalas dengan secawan tawaria. Walaupun banyak keusilan, kecuekan, kekonyolan, kejorokan, peledekan…tapi justeru itu yg bikin seru dan ngangenin. Tambah gede anak-anak, serasa ada geng berempat di rumah… Terimasih Robby..sehatkan kami dan mereka-mereka yang kami cintai. Pintarkan pikir dan hati kami semua.
Vikra : 16 years I have been going on with this family dan gw gak pernah menyesali sedetik pun. Well, maybe that’s too deep. Right now I’m picturing my mom dropping tears as she read my writings. Haha, sorry mom. Just wanna say, happy anniversary for you and dad. Me being tampered by your love and mild teachings, and dad’s rather firm way, both of you have made me the son and the man that I am. Keep loving each other, we love you.
Mobil Merekah
“Ayah… lupa bilang, semalem kan pusing, jadi pas belokan di Depok, mobil kebaret-baret, kurang lebih kayak goresan-goresan di kaki ayahlah”. Lalu ayah reply: “ Emangnya kalau bilang kebaret-baret kaya kaki ayah, trus ayah nggak akan marah? Pantesan, markir mobilnya di pepetin ke tembok ya”. Ibu nimpalin lagi dengan ketawa agak dag dig dug : “ tadinya malah mau diparkir di genteng bang Pendi (tetangga) kalau boleh, biar gak kelihatan”.
Pas paginya ayah chek, langsung ada nada sumbang di depan garasi, perpaduan antara mangkel yang ditahan tetapi berhadapan sama istri yang sok innocent : “ ya ampuuun... masak begini dibilang kebaret-baret doang, ini mah penyok..parah!! kalau benerin juga harus satu panel”. Ci ibu cuma diem berdiri didepan pintu sambil wajah memelas pasrah tapi kelihatan didramatisir.
Ini bukan kali pertama ibu membuat grafis di mobil, awal-awal belajar nyetir, beberapa kali nyrempet benda-benda tak bersalah. Vinda kerap cerita ke orang-orang :” ibu mah sering nyrempet tong sampah, tapi kalau di ingetin bilang; habis tadi tong sampahnya nggak ada”.
Sudah jadi rahasia umum dan pembagian kerja yang jelas soal mobil. Tiap kali ayah nyuci mobil, selalu ada ekor kalimat : “ di rumah ini, ada yang rajiiin banget pakai mobil, dan ada yang rajiiin nyuci”. Lalu yang tersindir bilang: “ ibu ini udah bagus banget, ibu tuh wong ndeso, dari dulu tumbuh dibesarkan uti yang selalu trauma dengan mobil karena beberapa kali kecelakaan, tapi ibu bisa lawan takut dan berani nyetir, udah bagus banget. Kemajuan kan? jadi jangan dituntut lebih”. Kalimat itu selalu sama diucapkan sambil ndeprok di teras sok setia nemenin, nyogok sesajen kopi dan cemilannya biar ekor kalimat ayah gak panjang.
Pas Vikra juga mau pakai mobil pagi-pagi, sambil ngantuk-ngantuk ayah rajin bertahlil : “kakak nih…mbok ya kalau habis pakai dibersihin..masak pakai mobil berdebu gitu”. Vikra cuma bisa bilang iya..iya..iya.., Jadi pas weekend kalau ada peluit khas ayah, dia akan bantuin nyuci mobil sambil kembroh eroh basah kuyup sekujur tubuh.
cerita soal ayah dan mobil, jadi ayah tuh manusia aneh. Ada mobil, pilih motor karena stress sama kemacetan Jakarta katanya. Kita sering ledek ayah: “ besok kalau ayah mau masuk surga, dicegat sama supir2 angkot Batak lho... mereka pasti protes ke malaikat & Tuhan, ‘ orang ini dulu suka melototin kami kalau kami lagi ngetem di tengah jalan, tidakkkah kau pertimbangkan ulang untuk masuk surga?”. Tapi belakangan ayah aneh., males pakai motor dan pilih naik angkot, katanya biar bisa tidur dan buka si Srinthil (Blackberry). Jadi praktis mobil-mobil itu cuma ibu dan kakak aja yang pakai pas weekdays , kecuali weekend , ya pasti buat panggung ndagel kalau pergi rame-rame.
Selain rajin nyuci, ayah juga rajin merawat ke bengkel, tetapi selalu ada si badung penghalang langkah ayah. Sabtu lalu habis ngopi ayah pamit ke bengkel. Lalu si badung yang kayaknya istrinya tadi bilang : “nggak boleh…sabtu itu hari istirahat, mbok weekend itu lepas dari beban”. Ayah:” iya, tapi kan sempetnya sabtu..ini kan juga tetep bisa istirahat”. Si embok melanjut ngeyel: “ iya…tapi ke bengkel itu kan juga pekerjaan. Entar aja deh ci ibu yang ke bengkel kapan-kapan.”. Mulia sekali istrinya.
Terjadikah ke bengkel? Hampir!! Hari ini dengan gaya meyakinkan sambil ngantar ayah sampe Gaplek, janji dg diri sendiri mau ke Bengkel. Kata ayah; “Nih bengkelnya… bang Rahmat namanya. Nanti kalau udah kesitu, kasih telphon ke bang Rahmat biar ayah yang ngomong, apa aja yang perlu dibenerin”. Oke..easy!! beres. Pas pulangnya habis ngedrop ayah, panas terasa menyengat, nyetir udah pelan biar gak kelewet bengkelnya . Tapi kok nggak nemu, kelewat atau apa ya….. lalu membayangkan panas, berurusan sama besi dan oli, semua hitam kusam, alahmakkk... Langsung deh tancap gas pulang. Sorenya ayah telp: “udah beres mobilnya?”. Yang ditanya menjawab dengan suara khasnya :”…eeee..ee… tadi bengkelnya hilang yah, tiba-tiba nggak ada, gak tau kenapa, padahal udah dicari pelan, nggak ada juga”. Yang disebrang telpon sana cuma bisa bilang : ammmpuuunnnnnnn”.!!!!
Tapi karma kali ya, gara-gara nggak nemu dan gak jadi ke bengkel dengan politisasi yang mbelit, ibu kena batunya, order ibu ke om Gofar buat ngantar makan siang (berbagi masakan kampung yang dimasak dik Endang dari kampung) plus tempe keripik , untuk sahabat dekat di Kemang, nggak sampai ke yang dituju, nggak nemu!! Ayah terbahak menang... terbalaskan!!
Pas paginya ayah chek, langsung ada nada sumbang di depan garasi, perpaduan antara mangkel yang ditahan tetapi berhadapan sama istri yang sok innocent : “ ya ampuuun... masak begini dibilang kebaret-baret doang, ini mah penyok..parah!! kalau benerin juga harus satu panel”. Ci ibu cuma diem berdiri didepan pintu sambil wajah memelas pasrah tapi kelihatan didramatisir.
Ini bukan kali pertama ibu membuat grafis di mobil, awal-awal belajar nyetir, beberapa kali nyrempet benda-benda tak bersalah. Vinda kerap cerita ke orang-orang :” ibu mah sering nyrempet tong sampah, tapi kalau di ingetin bilang; habis tadi tong sampahnya nggak ada”.
Sudah jadi rahasia umum dan pembagian kerja yang jelas soal mobil. Tiap kali ayah nyuci mobil, selalu ada ekor kalimat : “ di rumah ini, ada yang rajiiin banget pakai mobil, dan ada yang rajiiin nyuci”. Lalu yang tersindir bilang: “ ibu ini udah bagus banget, ibu tuh wong ndeso, dari dulu tumbuh dibesarkan uti yang selalu trauma dengan mobil karena beberapa kali kecelakaan, tapi ibu bisa lawan takut dan berani nyetir, udah bagus banget. Kemajuan kan? jadi jangan dituntut lebih”. Kalimat itu selalu sama diucapkan sambil ndeprok di teras sok setia nemenin, nyogok sesajen kopi dan cemilannya biar ekor kalimat ayah gak panjang.
Pas Vikra juga mau pakai mobil pagi-pagi, sambil ngantuk-ngantuk ayah rajin bertahlil : “kakak nih…mbok ya kalau habis pakai dibersihin..masak pakai mobil berdebu gitu”. Vikra cuma bisa bilang iya..iya..iya.., Jadi pas weekend kalau ada peluit khas ayah, dia akan bantuin nyuci mobil sambil kembroh eroh basah kuyup sekujur tubuh.
cerita soal ayah dan mobil, jadi ayah tuh manusia aneh. Ada mobil, pilih motor karena stress sama kemacetan Jakarta katanya. Kita sering ledek ayah: “ besok kalau ayah mau masuk surga, dicegat sama supir2 angkot Batak lho... mereka pasti protes ke malaikat & Tuhan, ‘ orang ini dulu suka melototin kami kalau kami lagi ngetem di tengah jalan, tidakkkah kau pertimbangkan ulang untuk masuk surga?”. Tapi belakangan ayah aneh., males pakai motor dan pilih naik angkot, katanya biar bisa tidur dan buka si Srinthil (Blackberry). Jadi praktis mobil-mobil itu cuma ibu dan kakak aja yang pakai pas weekdays , kecuali weekend , ya pasti buat panggung ndagel kalau pergi rame-rame.
Selain rajin nyuci, ayah juga rajin merawat ke bengkel, tetapi selalu ada si badung penghalang langkah ayah. Sabtu lalu habis ngopi ayah pamit ke bengkel. Lalu si badung yang kayaknya istrinya tadi bilang : “nggak boleh…sabtu itu hari istirahat, mbok weekend itu lepas dari beban”. Ayah:” iya, tapi kan sempetnya sabtu..ini kan juga tetep bisa istirahat”. Si embok melanjut ngeyel: “ iya…tapi ke bengkel itu kan juga pekerjaan. Entar aja deh ci ibu yang ke bengkel kapan-kapan.”. Mulia sekali istrinya.
Terjadikah ke bengkel? Hampir!! Hari ini dengan gaya meyakinkan sambil ngantar ayah sampe Gaplek, janji dg diri sendiri mau ke Bengkel. Kata ayah; “Nih bengkelnya… bang Rahmat namanya. Nanti kalau udah kesitu, kasih telphon ke bang Rahmat biar ayah yang ngomong, apa aja yang perlu dibenerin”. Oke..easy!! beres. Pas pulangnya habis ngedrop ayah, panas terasa menyengat, nyetir udah pelan biar gak kelewet bengkelnya . Tapi kok nggak nemu, kelewat atau apa ya….. lalu membayangkan panas, berurusan sama besi dan oli, semua hitam kusam, alahmakkk... Langsung deh tancap gas pulang. Sorenya ayah telp: “udah beres mobilnya?”. Yang ditanya menjawab dengan suara khasnya :”…eeee..ee… tadi bengkelnya hilang yah, tiba-tiba nggak ada, gak tau kenapa, padahal udah dicari pelan, nggak ada juga”. Yang disebrang telpon sana cuma bisa bilang : ammmpuuunnnnnnn”.!!!!
Tapi karma kali ya, gara-gara nggak nemu dan gak jadi ke bengkel dengan politisasi yang mbelit, ibu kena batunya, order ibu ke om Gofar buat ngantar makan siang (berbagi masakan kampung yang dimasak dik Endang dari kampung) plus tempe keripik , untuk sahabat dekat di Kemang, nggak sampai ke yang dituju, nggak nemu!! Ayah terbahak menang... terbalaskan!!
Formaci : Dari sini kami memulai (2)
“Kamu harus pindah. Biar jadi manusia.”
Abduh Hisyam, salah satu aktifis Formaci, setelah lebih 20 tahun, masih ingat kata-kata itu. Suatu pagi, kata Abduh, ayahnya datang dari Tegal. Pak Hisyam Adnan, ayah Abduh adalah tokoh Muhammadiyah dan pengusaha terkenal di Tegal. Saya sendiri, yang tinggal bersama Abduh, bersama beberapa rekan lain (ada Saiful Mujani, Jajat Burhanudin, Muhammad Fauzi, Muhammad Dahlan, Fauni Hidayat), tidak ingat lagi kedatangan ayahnya Abduh itu. Ayah si Abduh datang pagi-pagi. Jadi, pasti kami semua masih tidur. Dalam kondisi normal, kantor yang juga menjadi asrama bersama ini bener-bener berantakan. Apalagi di pagi hari!
Yang disebut kantor yang berfungsi sekaligus asrama Formaci ini, waktu itu, terletak di sebuah gang sempit, di belakang Asrama Putri IAIN. Kalau gak salah, untuk bangunan sederhana, tiga kamar, plus ruang tamu cukup lega ini, kami cukup bayar Rp 600 ribu untuk satu tahun. Itu di tahun-tahun 1989-1992 an. Tapi, tetap murah meriah. Kami tidak peduli dengan kusen yang sudah mulai lapuk. Lantai plesteran, tanpa keramik. Hingga kamar mandi gelap, dan tidak berpintu!! Lagipula, perilaku penghuninya juga lebih parah. Hidup bersih, paling hanya berlaku buat satu dua orang. Sisanya, barbarian! Ngerendem cucian misalnya, bisa berbulan-bulan. Bayangkan baunya! Ada penghuni yang tinggal di situ bertahun-tahun, tidak pernah sekalipun pegang sapu. Ada penghuni yang gara-gara kebelet dan wc dipakai orang, “tega” buang hajat di perpustakaan!! Jadi, pantas kalo ayah si abduh geram. “Kamu harus pindah, biar jadi manusia!” (Berlanjut..... by ayah)....
Dilanjut ibu, Cerita ayah diatas, sepenggal dari gaya hidup bebas merdeka, jorok bersahaja teman-teman lingkaran Formaci yang sekarang sudah relatif banyak yang "menjadi seseorang". Sebagai kelompok study, formaci cukup unik...Ini kumpulan pertemanan yang kohesif tapi kompetitif, kumpulan mahasiswa/i yang kritis dan super PD. Bayangkan minum kopi segelas rame-rame, lalu gelasnya dipakai buat abu rokok lagi rame-rame. Tetapi kerap juga Formaci jadi ajang kompetisi, ada yang saling jatuh cinta pada bidikan yang sama, sehingga saling berstrategi untuk menjadi pemenangnya. Sampai ada satu ungkapan dari seseorang yang merasa masa lalunya terkalahkan," Formaci..lambangcinta nan lara", padahal modal sudah habis-habisan tapi gagal maning gagal maning...
Beberapa gelintir adalah anak-anak tokoh feodal dari daerahnya, yang coba bunuh diri kelas dengan bergaya bohemian, begitu kami menyebutnya saat itu. Tapi kebanyakan memang teman-teman yang bermodal pas-pasan untuk bisa survive di Jakarta. Jadi banyak dari kami yang jualan buku, jadi panitia seminar, nulis di koran jurnal sana sini, membantu nulis skripsi, dll. Hebatnya perut rela lapar, ketimbang tidak beli buku atau memfoto copy buku-buku penting bahasa inggris yang setebal bantal. Kerap para dosen diledek karena dibalap melahab bacaan ini itu. Dosen juga sering disebut nama saja, dan mereka ikhlas karena memang menurut mereka mahasiswa-i Formaci ini nyata kwalitasnya di kelas. Bahkan ada dosen plagiat yang pakai tulisan anak Formaci dan diaku karyanya.
Penggodokan intelektual cukup serius, bayangkan kami bikin diskusi sahur, lalu malam juga sampai larut hingga jam 11 malam, diskusi dari teori-teori sosiologi, filsafat, Islam dan aneka buku-buku yang membangun kesadaran kritis. Narasumbernya dari kami sendiri secara bergilir, siapapun boleh buka program, tetapi yang paling leading sebagai pemula adalah Ichsan Ali Fauzi, Saiful Mujani dan Budhi Munawar Rahman. Tapi sering juga kami menculik narasumber-narasumber yang berkibar saat itu dengan imbalan gratis bahkan dapat bonus pulang bisa sakit perut karena menahan buang air besar karena urung masuk WC formaci yang super jorok. Tapi herannya para penghuni bisa betah berpuluh menit membaca koran dalam sangkar maut itu.
Kehadiran Formaci cukup dianggap mengguncang eksistensi organisasi Mahasiswa saat itu terutama HMI. Dari ide membubarkan Kohati yang dianggap membodohkan perempuan, sampai munculnya arogansi bahwa orang-orang HMI terjebak pada aktivisme (tukang aktivis). Formaci juga meleburkan sekat antar organisasi mahasiswa, siapapun boleh gabung, bahkan ketua Formaci tidak masalah saat pernah dipegang aktivis IMM (ci-ayah). Progresifitas Formaci tidak hanya sampai disitu, tetapi ada yang nekad, pernah perempuan jadi imam sholat terawih,dan itu 15 tahun sebelum Ameena Wadud melakukannya di Amerika. Berlanjut...
Abduh Hisyam, salah satu aktifis Formaci, setelah lebih 20 tahun, masih ingat kata-kata itu. Suatu pagi, kata Abduh, ayahnya datang dari Tegal. Pak Hisyam Adnan, ayah Abduh adalah tokoh Muhammadiyah dan pengusaha terkenal di Tegal. Saya sendiri, yang tinggal bersama Abduh, bersama beberapa rekan lain (ada Saiful Mujani, Jajat Burhanudin, Muhammad Fauzi, Muhammad Dahlan, Fauni Hidayat), tidak ingat lagi kedatangan ayahnya Abduh itu. Ayah si Abduh datang pagi-pagi. Jadi, pasti kami semua masih tidur. Dalam kondisi normal, kantor yang juga menjadi asrama bersama ini bener-bener berantakan. Apalagi di pagi hari!
Yang disebut kantor yang berfungsi sekaligus asrama Formaci ini, waktu itu, terletak di sebuah gang sempit, di belakang Asrama Putri IAIN. Kalau gak salah, untuk bangunan sederhana, tiga kamar, plus ruang tamu cukup lega ini, kami cukup bayar Rp 600 ribu untuk satu tahun. Itu di tahun-tahun 1989-1992 an. Tapi, tetap murah meriah. Kami tidak peduli dengan kusen yang sudah mulai lapuk. Lantai plesteran, tanpa keramik. Hingga kamar mandi gelap, dan tidak berpintu!! Lagipula, perilaku penghuninya juga lebih parah. Hidup bersih, paling hanya berlaku buat satu dua orang. Sisanya, barbarian! Ngerendem cucian misalnya, bisa berbulan-bulan. Bayangkan baunya! Ada penghuni yang tinggal di situ bertahun-tahun, tidak pernah sekalipun pegang sapu. Ada penghuni yang gara-gara kebelet dan wc dipakai orang, “tega” buang hajat di perpustakaan!! Jadi, pantas kalo ayah si abduh geram. “Kamu harus pindah, biar jadi manusia!” (Berlanjut..... by ayah)....
Dilanjut ibu, Cerita ayah diatas, sepenggal dari gaya hidup bebas merdeka, jorok bersahaja teman-teman lingkaran Formaci yang sekarang sudah relatif banyak yang "menjadi seseorang". Sebagai kelompok study, formaci cukup unik...Ini kumpulan pertemanan yang kohesif tapi kompetitif, kumpulan mahasiswa/i yang kritis dan super PD. Bayangkan minum kopi segelas rame-rame, lalu gelasnya dipakai buat abu rokok lagi rame-rame. Tetapi kerap juga Formaci jadi ajang kompetisi, ada yang saling jatuh cinta pada bidikan yang sama, sehingga saling berstrategi untuk menjadi pemenangnya. Sampai ada satu ungkapan dari seseorang yang merasa masa lalunya terkalahkan," Formaci..lambangcinta nan lara", padahal modal sudah habis-habisan tapi gagal maning gagal maning...
Beberapa gelintir adalah anak-anak tokoh feodal dari daerahnya, yang coba bunuh diri kelas dengan bergaya bohemian, begitu kami menyebutnya saat itu. Tapi kebanyakan memang teman-teman yang bermodal pas-pasan untuk bisa survive di Jakarta. Jadi banyak dari kami yang jualan buku, jadi panitia seminar, nulis di koran jurnal sana sini, membantu nulis skripsi, dll. Hebatnya perut rela lapar, ketimbang tidak beli buku atau memfoto copy buku-buku penting bahasa inggris yang setebal bantal. Kerap para dosen diledek karena dibalap melahab bacaan ini itu. Dosen juga sering disebut nama saja, dan mereka ikhlas karena memang menurut mereka mahasiswa-i Formaci ini nyata kwalitasnya di kelas. Bahkan ada dosen plagiat yang pakai tulisan anak Formaci dan diaku karyanya.
Penggodokan intelektual cukup serius, bayangkan kami bikin diskusi sahur, lalu malam juga sampai larut hingga jam 11 malam, diskusi dari teori-teori sosiologi, filsafat, Islam dan aneka buku-buku yang membangun kesadaran kritis. Narasumbernya dari kami sendiri secara bergilir, siapapun boleh buka program, tetapi yang paling leading sebagai pemula adalah Ichsan Ali Fauzi, Saiful Mujani dan Budhi Munawar Rahman. Tapi sering juga kami menculik narasumber-narasumber yang berkibar saat itu dengan imbalan gratis bahkan dapat bonus pulang bisa sakit perut karena menahan buang air besar karena urung masuk WC formaci yang super jorok. Tapi herannya para penghuni bisa betah berpuluh menit membaca koran dalam sangkar maut itu.
Kehadiran Formaci cukup dianggap mengguncang eksistensi organisasi Mahasiswa saat itu terutama HMI. Dari ide membubarkan Kohati yang dianggap membodohkan perempuan, sampai munculnya arogansi bahwa orang-orang HMI terjebak pada aktivisme (tukang aktivis). Formaci juga meleburkan sekat antar organisasi mahasiswa, siapapun boleh gabung, bahkan ketua Formaci tidak masalah saat pernah dipegang aktivis IMM (ci-ayah). Progresifitas Formaci tidak hanya sampai disitu, tetapi ada yang nekad, pernah perempuan jadi imam sholat terawih,dan itu 15 tahun sebelum Ameena Wadud melakukannya di Amerika. Berlanjut...
Langganan:
Postingan (Atom)