"Urip iku yen iso ojo nganti utang" (hidup itu kalau bisa jangan sampai berhutang). Ini wasiat turun temurun dari uyut Abu Sofyan dan akung-uti juga. "Utang kuwi nggawe ra iso turu" (hutang bisa bikin orang tidak bisa tidur). Menurut cerita akung, uyut Abu Sofyan dulu sampai pernah jual karet timba (untuk sumur) saat betul-betul habis-habisan tidak punya uang. Konon walopun uyut sakti macam kyai kecil, pintar menyembuhkan, tetapi kehidupan beliau sangat sederhana. Hebatnya, untuk "ikromudluyuf" kalau ada tamu selalu menyembelih ayam dan membuat teh manis disaat harga gula pada zamannya hanya bisa dinikmati kalangan elit lokal saja.
Tradisi anti hutang ini juga ketat dianut akung uti, gaya mendidik dan berpola hidup sederhana membuat konsumsi tidak berlebih. Akung-uti selalu mengajarkan untuk hidup bersahaja, artinya bergaya hidup lebih sederhana dari kemampuan kita. Walaupun akung uti banyak beramal dan jujukan (tempat tujuan) dan tempat bergantung banyak orang untuk minta tolong hutang ke akung uti, tetapi mereka sangat ketat tidak pernah pinjam bank atau hutang sekalipun amat sangat terpaksa.
Tetapi yang mengherankan, tradisi di gang jambu ini, selalu orang berkelebat keluar masuk gerbang rumah untuk pinjam uang. Sampai-sampai Vikra Vinda selalu berasumsi bahwa tetangga duduk diruang tamu pasti untuk urusan pinjam uang. Alasanya dari untuk bayar SPP anaknya, nebus obat, rumah sakit, ngawinin anak, bikin usaha,..dll. Uniknya mereka punya tradisi gadai. Jadi kadang menawarkan gadai kontrakan (misalnya pinjam 3 juta, uang kontrakan diberikan kekita sampai dia bisa mengembalikan uang), kadang gadai empang yang artinya ikan akan kita panen sampai si pemilik bisa menebusnya. Kadang bawa cincin , nawarin gadai meja makan, dll. Astaghfirullah pokoknya!
Kami sering pusing pada awalnya, karena tradisi gadai menggadai ini asing buat kami, jadi kami dengan halus tidak pernah menerima tawaran gadai dalam bentuk apapun dari dulu hingga kini. Tetapi paling kami pinjamkan sebatas kemampuan kami. Suka duka hutang tak kembali ini sudah kenyang. Ada yang dibawa kabur tukang ojek (padahal 1/2 dari gaji sebulan kami th 1998), pernah ada yang pinjam uang 10 thn lalu 2 jt ( disaat harga tanah daerah dia 50 ribu dan sekarang sudah 400 ribu). Kami iklas aja dikembalikan dengan nilai nominal yang sama beberapa waktu lalu, karena untuk menguliahkan anaknya yang pintar. Pernah juga dipinjam tetangga yang tak terbayar sampai meninggal. Kadang gondo juga, dipinjam sodara katanya untuk sekolah anak, tahu-tahu untuk renovasi rumah... alahmakkk...Yang menyebalkan, kalau ada yang pinjam untuk pesta atau untuk nebus TV, bayar cicilan motor dan hal-hal konsumtif lain.
Karena pusing melayani nasabah yang rajin dan pandai maupun besar pasak daripada tiang, maka sekarang kebijakan kami kerucutkan:
1. Hutang hanya diberikan kepada mereka yang urgent untuk pendidikan anak yang pintar dan sakit emergensi. Ini untuk mendidik para tetangga biar tahu prioritas. Jadi kalau tetangga yg tidak mampu dan sakit, kami menyumbangkan "ambulan" gratis alias Katana Vikra, daripada berpusing A-B-C.
2. Hanya diberikan kepada tetangga/sodara yang punya record yang baik (disiplin mengembalikan). Kami punya tetangga satu dua yang kami mintain pertimbangan ttg record orang tertentu yang mau berhutang. Karena banyak yang tidak kenal dan datang dengan cerdik pandai.
3. Tidak melebihi kuota budget "hutang" yang sudah kami keluarkan. Jadi kalau ada nasabah baru dan kami sudah over quota, kami coba tanya ke peminjam yang sudah lama, mungkin gak dikembalikan untuk dipinjam yang lain yg lebih urgent. Sedihnya kami paling tidak tega menagih..jadi kadang kami biarkan saja, tetapi pas mengembalikan kami bilang dengan halus, bahwa mereka yang tidak disiplin tidak bisa kami bantu lagi.
Beruntung terdidik dalam kultur bersahaja dan kami juga bergaya hidup bersahaja, jadi hingga saat ini kami bisa tidur nyenyak hidup tanpa beban....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar