"Uhh..sebel, Vinda harus presentasi lagi besok. Hampir semua pelajaran presentase kedepan kelas, sampai soal asma'ulhusna juga presentasi ke depan". Hari berikutnya, Vinda sibuk ngajak ibunya ke toko benang, selain untuk membuat prakarya sekolah, rupanya dia belanja banyak-banyak benang Maulin (benang sulam). "Ini tugas dari guru Matematika, buat latihan bisnis, jadi murid disuruh latihan jualan apa saja. Vinda mau jual benang, Vinda mau jual seribuan ah". Wah,rupanya ada business day juga disekolah negeri, yang dulunya hanya dikembangkan di sekolah swasta saja. Esoknya dia cerita kalau dagangannya laku keras, dengan modal Rp 800,- perbiji. Dia cerita strategi bisnis dia, kalau beli 3 benang dapat bonus 1 jarum. Lalu dia juga buat gradasi warna yang serumpun, jadi temen-temennya tertarik beli beberapa biji dengan warna menarik akhirnya. Ketika benang tinggal 1 biji dia bilang " ini tinggal satusatunya warna di toko itu, bagus lho..". Kontan pembelinya langsung tertarik lah. Penjualannya ekspansif ke kelas lain juga rupanya. Ibunya ngledek..jadi adik jualnya sambil teriak "benang...benang....benang seribuan!! gitu dek??". Dia ngakak sebel diledek. Belakangan dia ngrayu kakaknya untuk membantu menguntai benang Mauline ini untuk gelang, dan dia mulai denganbikin sample yang dia pakai sendiri. Beberapa temannya pesan gelang seperti yang dipakainya. Jadi dengan gelang ini bukan hanya benang dagangannya yang laku tapi setiap satu gelang untung 1000,- untuk jasa memilin. Kakaknya bilang, 2000 dong...
Itu potret dinamika yang menarik dari sekolah negeri. Belum lagi ada tugas membaca buku populer bahasa Inggris untuk bahan presentasi. Vinda membaca tentang kucing dengan temuan-temuan menarik (menyusul). Hal menarik lagi, bias gender juga sudah diminimalisir. Kegiatan ketrampilan termasuk menyulam dan menjahit sudah tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Jadi murid laki-laki juga belajar menjahit dan menyulam untuk tata busana.
Hal menarik lain, pelajaran IPS juga pakai metode kreatif. Murid diminta menyebar menginterview orang-orang diluar kelas. Vinda cerita kelompoknya mewawancara satpam sekolah, yang cerita pernah jadi TKI kerja di Arab. Setelah itu dipresentasikan di kelas.
Untuk Vinda, kadang sampai malam dia sibuk menyiapkan program kerja untuk OSIS. Kebetulan di kelasnya ada 2 orang yang terpilih duduk di OSIS. Program kerja yang dia buat yang berhubungan dengan ekskul: 1. Mendokumentasi dan mempublikasi kegiatan ekskul di mading. 2. Menghadirkan tokoh penting untuk ekskul dan pengembangan profesi dengan melibatkan orang tua. Misalnya mengundang presenter terkenal, kartunis, penyanyi dll untukberbagi pengalaman.
Yang juga menyenangkan dari sekolah SMPNegeri I Pamulang, kebetulan mendapat juara I kebersihan se Banten. Jadi makanan yang dikonsumsi siswa di kantin dan jajanan sekolah sangat dikontrol oleh sekolah. Jajanan yang berbahaya dan tidak higenis dilarang. Orang tua lumayan merasa aman.... walaupun ada satu peraturan yang asik nggak asik,karena dilarang bawa HP ke sekolah. Ini positif untuk tidak mengundang konsumtifisme ke sekolah, tetapi yang repot, keamanan anak-anak jadi agak sulit terpantau oleh orang tua yang bekerja. Tetapi akhirnya ada solusi juga, boleh bawa tetapi dititipkan. Oh ya, ayah Vinda juga jadi anggota asosiasi wali murid SMPN I juga lho..walaupun tidak seaktif di sekolah Aviccena kakaknya yang sangat akomodatif dengan ide-ide orang tua.
Sekolah negeri cukup menggeliat... menyenangkan. Bravo Slank (Nama keren SMPN I Pamulang) dan moga-moga sekolah negeri lain bahkan di pelosok-pelosok sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar