Hemat itu Perlu Cerdas dan Bijak

BBM naik lagi,biaya konsumsi pasti juga melonjak. Kami sering mengevaluasi apakah kami sudah hemat? Berapa persen biaya edukasi dibanding hiburan? tidak terasa deretan alat hiburan menumpuk, dari ratusan CD, I-pod, MP3, berapa banyak TV dan DVD/VDC players, komik, astro,aneka game di komputer, belum lagi alat komunikasi masing-masing orang pegang 2 HP..dll. Belum alat musik dari piano, 2 gitar, 2 keyboard....kadang berfikir, jangan-jangan kita ini puo-puo (over konsumsi), sudahkah kita bisa membedakan antara kesenangan dan kebutuhan? Keinginan dan Keperluan?
Serangan berbagai alat komunikasi dan hiburan kalau kita tidak selektif bikin bingung. Banyak keluarga yang minta anaknya rajin belajar, tetapi fasilitas hiburan lebih menumpuk, banyak orang tua yang minta anaknya sehat berolah raga tapi aneka pilihan hiburan banyak membuat anak terkunci tak bergerak nonton TV atau ngegame, banyak orang tua ingin ini itu, tapi tidak sadar bahwa pilihan-pilihan konsumsinya menjebak anak...nggak mudah menjadi orang tua bijak dan sensitif. Sempat terkesima juga melihat gaya hidup teman-teman lain yang punya sederet mobil mewah disaat BBM melonjak, beberapa biji AC disaat didengungkan hemat energy. Belum lagi bingung ada anak PRT yang dibelikan HP 850 ribu dengan menjual jahe yang ditanam 1 tahun atau 2 kali gaji bulanan ibunya. Dalam hati, kenapa uang HP itu tidak dipakai untuk biaya kursus atau nerusin kuliah?
Kami mengajak anak keluar negeri bukan karena ingin sok kaya,ingin jadi turis saja, tapi ingin juga belajar bagaimana negara maju juga cerdas mengelola sumber daya dan energinya. Vikra menikmati dan faham kenapa Belanda jadi negeri sepeda karena alasan hemat energy. Kenapa waktu kami di Amerika ada perang Iraq, karena minyak dan pola masyarakatnya yang over konsumsi.Kami belum hemat sekali, tapi kami belajar mengencangkan ikat pinggang dan hemat energy dari beberapa hal:

1. LISTRIK: Kami bertahan dengan listrik 1300 watt yang sepintas tidak rasional dengan volume rumah dan konsumsi kami. Tapi ini cara kami memanage konsumsi energy agar orang lain tak terugikan. Rupanya cukup walaupun sesekali njetrek alias turun. Ini soal managemen. Jadi tipsnya: a. Nyetrika 1 atau 2 hari sekali (sebelum anak-anak plg sekolah, jadi tidak cobat-cabut karena dipanggil anak-anak). Mandi,nyuci, main game, masak nasi,dilakukan pada siang-sore sebelum lampu nyala. Sehingga malam hari gantian lampu nyala. Water heater juga digunakan seperlunya terutama pada saat mandi subuh atau tengah malam pas ayah berangkat/plg kantor.

2. KOMUNIKASI: Kami tanamkan ke seluruh keluarga, gunakan telp seperlunya. Ada kecenderungan ABG ngobrol di telpon. Kami selalu bilang, kalau memang perlu tidak apa-apa, tapi hal-hal yang bisa terbicarakan langsung di sekolah dan tidak mendesak, lebih baik tidak via telp. Sms langsung bertanya dan menjawab beberapa hal sekaligus. Kalau sekedar minta dijemput atau hal-hal rutin cukup dengan miscall asal ada koordinasi waktu yang baik. Hemat itu soal kesadaran dan kecerdasan, bukan saja soal murahnya promosi operator ini itu. HP yang kami pakai juga berdasarkan kebutuhan. VInda yang kadang tergiur ini itu, mengerem dengan argumen rasional juga tidak sederhana. Jadi selalu kami tanamkan, orang boros itu gampang, orang sok kaya itu juga gampang, tapi belajar bersahaja, artinya bergaya sederhana lebih rendah dari apa yang dia mampu, itu baru bagus. Jadi jangan mengantrol diri dengan HP atau hal-hal cecereme begitu. Apa kebutuhan kita dengan HP? Komunikasi? Itu saja, kalau perlu musik bolhe plus musik. Kalu Vinda suka kamera boleh plus kamera. Kalu ibu suka ber HP di angkot jadi HP yang murah dan aman yang penting. Jangan kayak temen beli HP mahal, naiknya angkot jadi ditaruh di kaos kaki. Kalau ayah memang perlu komunikator karena kerjaanya, ya tidak apa-apa kita beli karena memang perlu. Hal yang kami rasa sangat perlu tapi terganjal network adalah internet. Sedih, tidak bisa berinternet dari rumah, termasuk telp rumah juga tidak berfungsi, karena sinyal daerah kami tidak bagus, bukan area bisnis dan perumahan elit, jadi tidak jadi prioritas untuk signal prividing (barangkali)

3. TRANSPORTASI: Sebetulnya kami tidak setuju Vikra pakai motor ke sekolah. Ini bukan cara hemat yang tepat kalau mengancam keamanan. Maka kami membeli Katana sejak dia mulai bisa nyetir waktu kelas 2 SMP. Tidak rasional atau jangan-jangan dianggap show off, dan juga tidak pas untuk aturan lalu lintas karena belum 17 th atau dewasa.Tetapi kedewasaan anak tidak ditentukan usia, karena stabilitas emosi dan motorik dia dlm berkendara lebih baik dari kami-kami, dan terutama alasan keamanan. Tapi prakteknya susah sekali, dia memilih motor karena tidak macet, termasuk ayahnya juga lebih suka motor. Padahal energi kami karena khawatir lebih mahal. Jadi hemat juga harus aman dan aman lebih dari segala-galanya.

4. Managemen Rumah dan konsumsi: Sejak awal, rumah kami penuh bukaan udara, sehingga tidak perlu AC, banyak tanaman hijau, dan kami pakai batu alam untuk kamar mandi yang tidak perlu porstek. Coba hitung, 20 ribu kali 3 kamar mandi kali 12 bulan: hampir sejuta untuk kamar mandi saja. Sering riset kecil kalau lagi ngantri di kasir supermarket, hampir 50-75 persen konsumsi orang untuk alat bersih-bersih dan kimia. Dari postek kamar mandi, pengepel lantai, cuci piring, pembasmi serangga, odol, sabun,sampo, sabun cuci, tissue, tisue makan, tisue muka, penyegar ruangan, dll. Bahkan orang yang penghasilan nggak banyak juga beli pengharum cucian, pelembut pakaian dan pengharum saat menyetrika dll. Semakin banyak kimia yang diangkut kerumah semakin bangga. Kami cerewet soal ini terutama ke Vinda. Kami sedang serius mensortir pembersih dan kimia apa yang bener-bener perlu kita konsumsi dan yang sifatnya penyaman yang tidak perlu.

5. Hemat berbeda dengan Pelit: Pernah suatu hari main ke orang Belanda, ditanya siapa yang minum panas (kopi/teh), 6 orang dan tuan rumah persih menakar 6 gelas untuk direbus. Lalu kue yang dikeluarkan juga secukup orang itu lalu dibungkus lagi dan disimpan. Yang pertama bagus, itu hemat, yang kedua terasa bukan hemat tapi pelit ya!! Kami sering pusing juga di gang jambu perkampungan ini hilir mudik orang minta sumbangan, belum lagi suport tetangga atau keluarga besar dalam bentuk meminta atau meminjam. Karena orang nggampangin akhirnya kami punya kebijakan, hal-hal yang menyangkut pendidikan dan kesehatan kita prioritaskan....Sumbangan yang bersifat edukatif yang kita bantu, pesta-pesta perayaan ini itu kami sering suport ala kadarnya. Untuk tetangga gang jambu, kami sediakan Katana untuk membawa kerumah sakit bagi mereka yang tidak mampu. Ada sekian persen yang kami alokasikan untuk anak asuh yang masih kuliah, tetapi bagusnya dia rajin membantu, sehingga memang kami memberi kailnya.

Beginilah style kami untuk membangun negara kecil didalam rumah. Kalau negara besar ini seluruh isi bangsanya juga mulai berfikir dan berjuang sama-sama untuk hemat dan sensitif...kerenn banget ya!!

Tidak ada komentar: