The generosity of Indonesian People
By Vikra Alizanovic
It’s funny how Indonesian people relate socially and economically with each other. Like how village people asks their neighbor for a fire to light their traditional stoves. Also, in traditional market in Indonesia, people bargain for the smallest price. They said that bargaining is a sign of friendship and hospitality, which is totally different with markets in other countries. Indonesian people are also full of trust with each other. In some traditional restaurant, people eat first as much as they can, and then they tell the waitress what have they eat, and the waitress will count what the customers says and charge them as what they says. Of course, it’s very easy to lie in this part, but very small people would really lie about the. Almost all of them tell actually what they eat and what they don’t. So there’s certainly trust confided in every single Indonesians
Vikra_gelaph@yahoo.com
(note from mom: after Vikra finished writing this articles, he warned mom not to edit or add any single word. and he said: "mom, could you send the fee of this article to my bank account please??" Family gang jambu has a rule, that Vikra or Vinda should write an articles if they want to get extra money/over bugdet for fun, such for playing band, go to the movie, buy comic or DVD. Vikra said: nice to be freelance writer, relax and I can make money for this!").
It’s funny how Indonesian people relate socially and economically with each other. Like how village people asks their neighbor for a fire to light their traditional stoves. Also, in traditional market in Indonesia, people bargain for the smallest price. They said that bargaining is a sign of friendship and hospitality, which is totally different with markets in other countries. Indonesian people are also full of trust with each other. In some traditional restaurant, people eat first as much as they can, and then they tell the waitress what have they eat, and the waitress will count what the customers says and charge them as what they says. Of course, it’s very easy to lie in this part, but very small people would really lie about the. Almost all of them tell actually what they eat and what they don’t. So there’s certainly trust confided in every single Indonesians
Vikra_gelaph@yahoo.com
(note from mom: after Vikra finished writing this articles, he warned mom not to edit or add any single word. and he said: "mom, could you send the fee of this article to my bank account please??" Family gang jambu has a rule, that Vikra or Vinda should write an articles if they want to get extra money/over bugdet for fun, such for playing band, go to the movie, buy comic or DVD. Vikra said: nice to be freelance writer, relax and I can make money for this!").
Kelelawarpun, biarlah...
Kelelawar pun Bersarang Di Gang Jambu 55
Ya, kelelawarpun bersarang di rumah kami di Gang jambu, Sawangan. Empat atau Lima kelelawar, selama beberapa bulan bersarang diteras rumah. Tentu mereka bawa kotoran. Tiap pagi, lantai teras harus kamibersihkan. Sebagian kotoran juga masuk air kolam depan. Beberapa biji buah rambutan, malah juga tumbuh bersaing dengan rumput.
Sore jelang petang, beberapa kekekawar itu terbang didalam rumah. Sesekali mereka nabrak pintu kaca.Brakk! Vikra Vinda sempat ketakutan.
Tapi untuk beberapa lama, kami biarkan mereka bersarang.Kami piker, biarin mereka toh butuh `rumah juga`. Lagi pula, konon, kelelawar bias juga cukup ampuh untuk mengobati asma. Sekarang para kelelawar itu sudah pergi. Biarlah….
Muchlis_ar@yahoo.com
The Indonesian Archipelago
By : VIkra Alizanovic
I just read an article in a newspaper, Kompas, about Soewarno Darsoprajitno, who has been interviewed about tourism in Indonesia. He quotes, that one of the things that has never been promoted as one of the beauty of nature of Indonesia are its air. “All around the world, there is no match whatsoever for the uniqueness of Indonesia’s air. An islanded tropical country with a humid and warm air is exactly what all tourist is looking for, but never been distributed.” he said. Indonesia is one of the country that is passed by the line of equator.
29 of May 2008
Vikra_gelaph@yahoo.com
I just read an article in a newspaper, Kompas, about Soewarno Darsoprajitno, who has been interviewed about tourism in Indonesia. He quotes, that one of the things that has never been promoted as one of the beauty of nature of Indonesia are its air. “All around the world, there is no match whatsoever for the uniqueness of Indonesia’s air. An islanded tropical country with a humid and warm air is exactly what all tourist is looking for, but never been distributed.” he said. Indonesia is one of the country that is passed by the line of equator.
29 of May 2008
Vikra_gelaph@yahoo.com
Letter for Hannah Montana, from Vinda
Bogor, 16 April 2008
To Hannah Montana
New York, Amerika
Dear Hannah,
Hello, How are you? I hope you r okay…
How was your weekend? It’s that interesting?
What did you do last weekend?..
In this letter I will tell you about my weekend.
My weekend was very interesting. Because last weekend I went to bali. And in there, we took one night in nusa dua hotel and in there we went to kuta beach we did many interestings in there. Me and my brother was diving I n there. You now? When I was diving I saw clown fish its very beautiful and I was surfing in there you now? When I was surfing my brother was fell down.Its very funny. And in night I was shopped with my mther.Many things we bought in there. We bought many accecories and I saw your favourite things.its rainbow neckle..I consider if you saw that neckle you will buy it.
Xoxo
vinda
(note ibu: now atau know nih sayang? tapi biarlah apa adanya...beberapa kesalahan grammar sudah kami diskusinya, tapi this is the original version).
Sejarah Binatang Peliharaan Kita
By : Vikra Alizanovic
Sejak tahun 1945, manusia punya kebutuhan sosial. Terkadang kebutuhan tersebut tidaklah harus didapat dari manusia lain sendiri. Kita bisa memenuhi kebutuhan sosial kita dari binatang ataupun tumbuhan dan tanaman. Binatang peliharaan, misalnya, kucing, anjing, iguana, ikan, burung, monyet, ular, kura-kura, kodok, buaya, semut, belalang, kecoak, capung, kadal, dsb.
Disini, selama beberapa menit anda akan di sajikan dengan pembahasan mengenai sejarah binatang peliharaan keluarga gang jambu. Mari kita mulai pada saat tahun ’90-an. Tahun ini vikra-vinda baru lahir. Sempat beberapa tahun kita tinggal di daerah ciputat, namanya Sanggar Ayu. Meskipun rumahnya kecil, orang2 disana benar2 bersosialisasi dan ramah2, sehingga kita tidak terlalu membutuhkan binatang peliharaan. Walaupun begitu, kucing yang lewat saja, sudah kita anggap binatang peliharaan sendiri.
Saat kita pindah ke rumah gang jambu yang dulu, kita mulai mempunyai banyak binatang peliharaan. Karena di rumah kita ada kolam ikan, kita memilih untuk memelihara ikan, karena merawatnya gak ribet2 amat. Jenis ikan yang kita pelihara adalah ikan yang nantinya bisa kita makan lagi, seperti ikan Lele, Mujair, Gurame, Bawal, Patin/Sius, dsb.
Kita juga sempat melihara burung, tapi saya gak terlalu ingat detilnya karena melihara burung gak mengesankan sama sekali, menurut saya. Disana kita juga memelihara kucing. Kucing kampung saja tentunya, karena ibu males beliin binatang yang gak pasti kesetiaannya. Kalau kucing kampung kalau dia hilang dan gak balik2 lagi, kita gak rugi apa2. Walaupun kucing kampung, kita juga milih2. Gak asal ngambil kucing yang lewat. Kita pilih yang bulunya halus, rapi, gak jorok, dan corak warnanya bagus. Waktu itu, kita ada kucing betina. Aku lupa namanya. Warnanya putih-abu2. beberapa minggu kemudian dia melahirin 3 anak kucing. 2 cowok dan 1 cewek.
Yang cowok berwarna hitam kelam, dan yang 1 lagi warnanya putih-abu2 seperti ibunya. Yang betina, berwarna hitam, putih, dan orange. Kita memilih untuk memelihara yang putih abu-abu, yang kita namakan Growki. Dan yang betina, yang kita namakan Della. Yang hitam pergi entah kemana. Growki akhirnya brhubungan dengan ibunya sendiri, dan lahirlah kucing berwarna hitam. Dari lahir, dia sudah menurut sama kita. Karena lahirnya tanggal kliwon, oom ahsan menamai kucing ini Klei.
Si Klei tinggal lama bersama kita, sedangkan si Della dekat sama kakaknya sendiri, si Growki, dan melahir anak kucing betina dan seterusnya. Akhirnya sepulang kami dari Family Trip ke Amerika, beberapa bulan kemudian kami pindah ke rumah gang jambu no. 55 rt 02/05. rumah kami yang sekarang.
Karena rumah yang sekarang jauh lebih luas, kami membuat 3 kolam ikan. 1 didepan rumah, 1 didalam rumah, dan 1 dibelakang rumah. Semuanya terisi ikan dan air. Kolam depan kita isi dengan ikan yang berwarna cerah. Seperti ikan mas dan koi. Kolam dalam rumah kita isi dengan sebagian ikan koi, sedangkan kolam belakang, yang paling besar, kita isi dengan ikan yang siap konsumsi, seperti Bawal, Mas, Gurame, Mujair, Patin, dsb. Sekarang kolam depan terisi dengan ikan mujair dan anak gurame. Kolam dalam rumah dikosongkan, karena aku batuk-batuk dan khawatir kena paru-paru basah. Kita juga sempat melihara kucing seperti Bule, yang blasteran dari kucing Anggora dan kucing kampung, jadi bentuknya bagus. Sayangnya, dia pergi dan tak kembali. Setelah itu kita ada kucing preman betina, namanya Karbo Hidratyati/Yati. Kita juga ada kucing yang kita dapat dari Pamulang, bernama Benzo. Nanti ceritany kita lanjutin lagi di kesempatan berikutnya.
vikra_gelaph@yahoo.com
Label:
Cerita Keseharian Kami,
galeri Vikra
Hemat itu Perlu Cerdas dan Bijak
BBM naik lagi,biaya konsumsi pasti juga melonjak. Kami sering mengevaluasi apakah kami sudah hemat? Berapa persen biaya edukasi dibanding hiburan? tidak terasa deretan alat hiburan menumpuk, dari ratusan CD, I-pod, MP3, berapa banyak TV dan DVD/VDC players, komik, astro,aneka game di komputer, belum lagi alat komunikasi masing-masing orang pegang 2 HP..dll. Belum alat musik dari piano, 2 gitar, 2 keyboard....kadang berfikir, jangan-jangan kita ini puo-puo (over konsumsi), sudahkah kita bisa membedakan antara kesenangan dan kebutuhan? Keinginan dan Keperluan?
Serangan berbagai alat komunikasi dan hiburan kalau kita tidak selektif bikin bingung. Banyak keluarga yang minta anaknya rajin belajar, tetapi fasilitas hiburan lebih menumpuk, banyak orang tua yang minta anaknya sehat berolah raga tapi aneka pilihan hiburan banyak membuat anak terkunci tak bergerak nonton TV atau ngegame, banyak orang tua ingin ini itu, tapi tidak sadar bahwa pilihan-pilihan konsumsinya menjebak anak...nggak mudah menjadi orang tua bijak dan sensitif. Sempat terkesima juga melihat gaya hidup teman-teman lain yang punya sederet mobil mewah disaat BBM melonjak, beberapa biji AC disaat didengungkan hemat energy. Belum lagi bingung ada anak PRT yang dibelikan HP 850 ribu dengan menjual jahe yang ditanam 1 tahun atau 2 kali gaji bulanan ibunya. Dalam hati, kenapa uang HP itu tidak dipakai untuk biaya kursus atau nerusin kuliah?
Kami mengajak anak keluar negeri bukan karena ingin sok kaya,ingin jadi turis saja, tapi ingin juga belajar bagaimana negara maju juga cerdas mengelola sumber daya dan energinya. Vikra menikmati dan faham kenapa Belanda jadi negeri sepeda karena alasan hemat energy. Kenapa waktu kami di Amerika ada perang Iraq, karena minyak dan pola masyarakatnya yang over konsumsi.Kami belum hemat sekali, tapi kami belajar mengencangkan ikat pinggang dan hemat energy dari beberapa hal:
1. LISTRIK: Kami bertahan dengan listrik 1300 watt yang sepintas tidak rasional dengan volume rumah dan konsumsi kami. Tapi ini cara kami memanage konsumsi energy agar orang lain tak terugikan. Rupanya cukup walaupun sesekali njetrek alias turun. Ini soal managemen. Jadi tipsnya: a. Nyetrika 1 atau 2 hari sekali (sebelum anak-anak plg sekolah, jadi tidak cobat-cabut karena dipanggil anak-anak). Mandi,nyuci, main game, masak nasi,dilakukan pada siang-sore sebelum lampu nyala. Sehingga malam hari gantian lampu nyala. Water heater juga digunakan seperlunya terutama pada saat mandi subuh atau tengah malam pas ayah berangkat/plg kantor.
2. KOMUNIKASI: Kami tanamkan ke seluruh keluarga, gunakan telp seperlunya. Ada kecenderungan ABG ngobrol di telpon. Kami selalu bilang, kalau memang perlu tidak apa-apa, tapi hal-hal yang bisa terbicarakan langsung di sekolah dan tidak mendesak, lebih baik tidak via telp. Sms langsung bertanya dan menjawab beberapa hal sekaligus. Kalau sekedar minta dijemput atau hal-hal rutin cukup dengan miscall asal ada koordinasi waktu yang baik. Hemat itu soal kesadaran dan kecerdasan, bukan saja soal murahnya promosi operator ini itu. HP yang kami pakai juga berdasarkan kebutuhan. VInda yang kadang tergiur ini itu, mengerem dengan argumen rasional juga tidak sederhana. Jadi selalu kami tanamkan, orang boros itu gampang, orang sok kaya itu juga gampang, tapi belajar bersahaja, artinya bergaya sederhana lebih rendah dari apa yang dia mampu, itu baru bagus. Jadi jangan mengantrol diri dengan HP atau hal-hal cecereme begitu. Apa kebutuhan kita dengan HP? Komunikasi? Itu saja, kalau perlu musik bolhe plus musik. Kalu Vinda suka kamera boleh plus kamera. Kalu ibu suka ber HP di angkot jadi HP yang murah dan aman yang penting. Jangan kayak temen beli HP mahal, naiknya angkot jadi ditaruh di kaos kaki. Kalau ayah memang perlu komunikator karena kerjaanya, ya tidak apa-apa kita beli karena memang perlu. Hal yang kami rasa sangat perlu tapi terganjal network adalah internet. Sedih, tidak bisa berinternet dari rumah, termasuk telp rumah juga tidak berfungsi, karena sinyal daerah kami tidak bagus, bukan area bisnis dan perumahan elit, jadi tidak jadi prioritas untuk signal prividing (barangkali)
3. TRANSPORTASI: Sebetulnya kami tidak setuju Vikra pakai motor ke sekolah. Ini bukan cara hemat yang tepat kalau mengancam keamanan. Maka kami membeli Katana sejak dia mulai bisa nyetir waktu kelas 2 SMP. Tidak rasional atau jangan-jangan dianggap show off, dan juga tidak pas untuk aturan lalu lintas karena belum 17 th atau dewasa.Tetapi kedewasaan anak tidak ditentukan usia, karena stabilitas emosi dan motorik dia dlm berkendara lebih baik dari kami-kami, dan terutama alasan keamanan. Tapi prakteknya susah sekali, dia memilih motor karena tidak macet, termasuk ayahnya juga lebih suka motor. Padahal energi kami karena khawatir lebih mahal. Jadi hemat juga harus aman dan aman lebih dari segala-galanya.
4. Managemen Rumah dan konsumsi: Sejak awal, rumah kami penuh bukaan udara, sehingga tidak perlu AC, banyak tanaman hijau, dan kami pakai batu alam untuk kamar mandi yang tidak perlu porstek. Coba hitung, 20 ribu kali 3 kamar mandi kali 12 bulan: hampir sejuta untuk kamar mandi saja. Sering riset kecil kalau lagi ngantri di kasir supermarket, hampir 50-75 persen konsumsi orang untuk alat bersih-bersih dan kimia. Dari postek kamar mandi, pengepel lantai, cuci piring, pembasmi serangga, odol, sabun,sampo, sabun cuci, tissue, tisue makan, tisue muka, penyegar ruangan, dll. Bahkan orang yang penghasilan nggak banyak juga beli pengharum cucian, pelembut pakaian dan pengharum saat menyetrika dll. Semakin banyak kimia yang diangkut kerumah semakin bangga. Kami cerewet soal ini terutama ke Vinda. Kami sedang serius mensortir pembersih dan kimia apa yang bener-bener perlu kita konsumsi dan yang sifatnya penyaman yang tidak perlu.
5. Hemat berbeda dengan Pelit: Pernah suatu hari main ke orang Belanda, ditanya siapa yang minum panas (kopi/teh), 6 orang dan tuan rumah persih menakar 6 gelas untuk direbus. Lalu kue yang dikeluarkan juga secukup orang itu lalu dibungkus lagi dan disimpan. Yang pertama bagus, itu hemat, yang kedua terasa bukan hemat tapi pelit ya!! Kami sering pusing juga di gang jambu perkampungan ini hilir mudik orang minta sumbangan, belum lagi suport tetangga atau keluarga besar dalam bentuk meminta atau meminjam. Karena orang nggampangin akhirnya kami punya kebijakan, hal-hal yang menyangkut pendidikan dan kesehatan kita prioritaskan....Sumbangan yang bersifat edukatif yang kita bantu, pesta-pesta perayaan ini itu kami sering suport ala kadarnya. Untuk tetangga gang jambu, kami sediakan Katana untuk membawa kerumah sakit bagi mereka yang tidak mampu. Ada sekian persen yang kami alokasikan untuk anak asuh yang masih kuliah, tetapi bagusnya dia rajin membantu, sehingga memang kami memberi kailnya.
Beginilah style kami untuk membangun negara kecil didalam rumah. Kalau negara besar ini seluruh isi bangsanya juga mulai berfikir dan berjuang sama-sama untuk hemat dan sensitif...kerenn banget ya!!
Serangan berbagai alat komunikasi dan hiburan kalau kita tidak selektif bikin bingung. Banyak keluarga yang minta anaknya rajin belajar, tetapi fasilitas hiburan lebih menumpuk, banyak orang tua yang minta anaknya sehat berolah raga tapi aneka pilihan hiburan banyak membuat anak terkunci tak bergerak nonton TV atau ngegame, banyak orang tua ingin ini itu, tapi tidak sadar bahwa pilihan-pilihan konsumsinya menjebak anak...nggak mudah menjadi orang tua bijak dan sensitif. Sempat terkesima juga melihat gaya hidup teman-teman lain yang punya sederet mobil mewah disaat BBM melonjak, beberapa biji AC disaat didengungkan hemat energy. Belum lagi bingung ada anak PRT yang dibelikan HP 850 ribu dengan menjual jahe yang ditanam 1 tahun atau 2 kali gaji bulanan ibunya. Dalam hati, kenapa uang HP itu tidak dipakai untuk biaya kursus atau nerusin kuliah?
Kami mengajak anak keluar negeri bukan karena ingin sok kaya,ingin jadi turis saja, tapi ingin juga belajar bagaimana negara maju juga cerdas mengelola sumber daya dan energinya. Vikra menikmati dan faham kenapa Belanda jadi negeri sepeda karena alasan hemat energy. Kenapa waktu kami di Amerika ada perang Iraq, karena minyak dan pola masyarakatnya yang over konsumsi.Kami belum hemat sekali, tapi kami belajar mengencangkan ikat pinggang dan hemat energy dari beberapa hal:
1. LISTRIK: Kami bertahan dengan listrik 1300 watt yang sepintas tidak rasional dengan volume rumah dan konsumsi kami. Tapi ini cara kami memanage konsumsi energy agar orang lain tak terugikan. Rupanya cukup walaupun sesekali njetrek alias turun. Ini soal managemen. Jadi tipsnya: a. Nyetrika 1 atau 2 hari sekali (sebelum anak-anak plg sekolah, jadi tidak cobat-cabut karena dipanggil anak-anak). Mandi,nyuci, main game, masak nasi,dilakukan pada siang-sore sebelum lampu nyala. Sehingga malam hari gantian lampu nyala. Water heater juga digunakan seperlunya terutama pada saat mandi subuh atau tengah malam pas ayah berangkat/plg kantor.
2. KOMUNIKASI: Kami tanamkan ke seluruh keluarga, gunakan telp seperlunya. Ada kecenderungan ABG ngobrol di telpon. Kami selalu bilang, kalau memang perlu tidak apa-apa, tapi hal-hal yang bisa terbicarakan langsung di sekolah dan tidak mendesak, lebih baik tidak via telp. Sms langsung bertanya dan menjawab beberapa hal sekaligus. Kalau sekedar minta dijemput atau hal-hal rutin cukup dengan miscall asal ada koordinasi waktu yang baik. Hemat itu soal kesadaran dan kecerdasan, bukan saja soal murahnya promosi operator ini itu. HP yang kami pakai juga berdasarkan kebutuhan. VInda yang kadang tergiur ini itu, mengerem dengan argumen rasional juga tidak sederhana. Jadi selalu kami tanamkan, orang boros itu gampang, orang sok kaya itu juga gampang, tapi belajar bersahaja, artinya bergaya sederhana lebih rendah dari apa yang dia mampu, itu baru bagus. Jadi jangan mengantrol diri dengan HP atau hal-hal cecereme begitu. Apa kebutuhan kita dengan HP? Komunikasi? Itu saja, kalau perlu musik bolhe plus musik. Kalu Vinda suka kamera boleh plus kamera. Kalu ibu suka ber HP di angkot jadi HP yang murah dan aman yang penting. Jangan kayak temen beli HP mahal, naiknya angkot jadi ditaruh di kaos kaki. Kalau ayah memang perlu komunikator karena kerjaanya, ya tidak apa-apa kita beli karena memang perlu. Hal yang kami rasa sangat perlu tapi terganjal network adalah internet. Sedih, tidak bisa berinternet dari rumah, termasuk telp rumah juga tidak berfungsi, karena sinyal daerah kami tidak bagus, bukan area bisnis dan perumahan elit, jadi tidak jadi prioritas untuk signal prividing (barangkali)
3. TRANSPORTASI: Sebetulnya kami tidak setuju Vikra pakai motor ke sekolah. Ini bukan cara hemat yang tepat kalau mengancam keamanan. Maka kami membeli Katana sejak dia mulai bisa nyetir waktu kelas 2 SMP. Tidak rasional atau jangan-jangan dianggap show off, dan juga tidak pas untuk aturan lalu lintas karena belum 17 th atau dewasa.Tetapi kedewasaan anak tidak ditentukan usia, karena stabilitas emosi dan motorik dia dlm berkendara lebih baik dari kami-kami, dan terutama alasan keamanan. Tapi prakteknya susah sekali, dia memilih motor karena tidak macet, termasuk ayahnya juga lebih suka motor. Padahal energi kami karena khawatir lebih mahal. Jadi hemat juga harus aman dan aman lebih dari segala-galanya.
4. Managemen Rumah dan konsumsi: Sejak awal, rumah kami penuh bukaan udara, sehingga tidak perlu AC, banyak tanaman hijau, dan kami pakai batu alam untuk kamar mandi yang tidak perlu porstek. Coba hitung, 20 ribu kali 3 kamar mandi kali 12 bulan: hampir sejuta untuk kamar mandi saja. Sering riset kecil kalau lagi ngantri di kasir supermarket, hampir 50-75 persen konsumsi orang untuk alat bersih-bersih dan kimia. Dari postek kamar mandi, pengepel lantai, cuci piring, pembasmi serangga, odol, sabun,sampo, sabun cuci, tissue, tisue makan, tisue muka, penyegar ruangan, dll. Bahkan orang yang penghasilan nggak banyak juga beli pengharum cucian, pelembut pakaian dan pengharum saat menyetrika dll. Semakin banyak kimia yang diangkut kerumah semakin bangga. Kami cerewet soal ini terutama ke Vinda. Kami sedang serius mensortir pembersih dan kimia apa yang bener-bener perlu kita konsumsi dan yang sifatnya penyaman yang tidak perlu.
5. Hemat berbeda dengan Pelit: Pernah suatu hari main ke orang Belanda, ditanya siapa yang minum panas (kopi/teh), 6 orang dan tuan rumah persih menakar 6 gelas untuk direbus. Lalu kue yang dikeluarkan juga secukup orang itu lalu dibungkus lagi dan disimpan. Yang pertama bagus, itu hemat, yang kedua terasa bukan hemat tapi pelit ya!! Kami sering pusing juga di gang jambu perkampungan ini hilir mudik orang minta sumbangan, belum lagi suport tetangga atau keluarga besar dalam bentuk meminta atau meminjam. Karena orang nggampangin akhirnya kami punya kebijakan, hal-hal yang menyangkut pendidikan dan kesehatan kita prioritaskan....Sumbangan yang bersifat edukatif yang kita bantu, pesta-pesta perayaan ini itu kami sering suport ala kadarnya. Untuk tetangga gang jambu, kami sediakan Katana untuk membawa kerumah sakit bagi mereka yang tidak mampu. Ada sekian persen yang kami alokasikan untuk anak asuh yang masih kuliah, tetapi bagusnya dia rajin membantu, sehingga memang kami memberi kailnya.
Beginilah style kami untuk membangun negara kecil didalam rumah. Kalau negara besar ini seluruh isi bangsanya juga mulai berfikir dan berjuang sama-sama untuk hemat dan sensitif...kerenn banget ya!!
Vinda Memeriksakan Kakak Ke Dokter
Sawangan 24 Mei 2008
Kakak sakit batuk, badan agak anget. Vinda membuat jeruk peres 2 gelas. " ya sudah kasih ke kakak gih". "Enggak ah, ibu aja yang kasih". Ya beginilah Vinda yang care tapi gengsian. Akhirnya dikasihkan tapi bilang kekakaknya, "ibu lho yang suruh".
Karena belum ada seminggu ada puteri Mas Wahid kelas VI SD yang tidak terselamatkan karena Demam Berdarah dan hanya sakit 3 hari, maka Vikra juga langsung kami usung ke dokter RS.Bhinake Bakti Husada Gaplek (biar gaya kami sering nyebut Gavlex). Kami biasanya juga rajin ke dokter,walaupun sangat selekstif mengkonsumsi obat. Kami cerewet minta yang dosis rendah, nanya apoteker fungsi obatnya, dan jenis-jenis analgesik atau vitamin yang tidak diperlukan sering kami drop dan memilih sesedikit mungkin memasukkan obat kimia ke tubuh. Ikut-ikutan dokter Belanda, yang pelit memberi obat, dan dibiarkan pasian istirahat dan membiasakan tubuh membentuk antibody sendiri.
Tetapi kekhawatiran sekarang ini 10 kali lipat...Setelah sms sama ayahnya,kami nggak perlu nunggu ayah untuk ke dokter. Kami juga membiasakan ke dokter rame-rame.Karena ilmu dari Akung, kalau orang sakit, hatinya dibikin senang dan merasa dicinta, itu 50 persen menyembuhkan. Jadi waktu ibu kecil, kalau sakit selalu dikerubutin akung uti dan adik-adik, habis kedokter dibelikan baju atau tas baru..dan kadang belum sempat minum obat sudah sembuh duluan.
"Vinda, sekarang kita periksain kakak, dan Vinda yang handle semua. Anggap ibu tidak ikut, jadi adik/Vinda yang handle semua ya. Latihan, sudah kelas VI SD kan??". Pas sampai di RS, awalnya Vinda malu-malu untuk mendaftarkan kakaknya. Tapi akhirnya, dari mendaftar, konsul dokter (sejak kecil kalau ke dokter mereke sendiri yang harus mengutarakan keluhan ke dokter), membayar administrasi, menebus obat dan meminta kwitansi untuk asuransi semua Vinda yang handle. Ada salah-salah dikit, seperti lupa minta kem,balian waktu di apotik, atau ragu masuk kekamar dokter karena lagi handle pasien lain..tapi akhirnya dia bisa. Sempat nyeletuk juga " ibu jadi enak banget, Vinda capek nih..". He..he..kalau nggak nyeletuk ngledek bukan Vinda namanya. Tapi hebat. Vinda sudah memeriksakan kakak!!! Thank sayang..
Sekarang kakak sudah membaik, kemarin sore ama ayahnya diajak badminton, dengan asumsi kalau badan berkeringan akan cepat sembuh! Padahal dia perlu istirahat dulu...tapi badminton ringan aja di halaman ya nggak apa-apa. Semalam seudah mulai berkicau, menirukan gimana kalau ibu ngadepin Vikra sakit. Dengan suara yang dibikin menyerupai ibu dia bilang: " jangan sakit to le...ibu khawatir nih. Sini ibu pijitin. Menurut akung kalau kita sakit kepala, telapak tangan bagus dipijit". Sambil terus usil ngikutin gaya ibu dia meraih telapak tangan seolah mau dipijit...lalu mijit mata ibu dengan sederet usil lain...ampunnn!!
Kakak sakit batuk, badan agak anget. Vinda membuat jeruk peres 2 gelas. " ya sudah kasih ke kakak gih". "Enggak ah, ibu aja yang kasih". Ya beginilah Vinda yang care tapi gengsian. Akhirnya dikasihkan tapi bilang kekakaknya, "ibu lho yang suruh".
Karena belum ada seminggu ada puteri Mas Wahid kelas VI SD yang tidak terselamatkan karena Demam Berdarah dan hanya sakit 3 hari, maka Vikra juga langsung kami usung ke dokter RS.Bhinake Bakti Husada Gaplek (biar gaya kami sering nyebut Gavlex). Kami biasanya juga rajin ke dokter,walaupun sangat selekstif mengkonsumsi obat. Kami cerewet minta yang dosis rendah, nanya apoteker fungsi obatnya, dan jenis-jenis analgesik atau vitamin yang tidak diperlukan sering kami drop dan memilih sesedikit mungkin memasukkan obat kimia ke tubuh. Ikut-ikutan dokter Belanda, yang pelit memberi obat, dan dibiarkan pasian istirahat dan membiasakan tubuh membentuk antibody sendiri.
Tetapi kekhawatiran sekarang ini 10 kali lipat...Setelah sms sama ayahnya,kami nggak perlu nunggu ayah untuk ke dokter. Kami juga membiasakan ke dokter rame-rame.Karena ilmu dari Akung, kalau orang sakit, hatinya dibikin senang dan merasa dicinta, itu 50 persen menyembuhkan. Jadi waktu ibu kecil, kalau sakit selalu dikerubutin akung uti dan adik-adik, habis kedokter dibelikan baju atau tas baru..dan kadang belum sempat minum obat sudah sembuh duluan.
"Vinda, sekarang kita periksain kakak, dan Vinda yang handle semua. Anggap ibu tidak ikut, jadi adik/Vinda yang handle semua ya. Latihan, sudah kelas VI SD kan??". Pas sampai di RS, awalnya Vinda malu-malu untuk mendaftarkan kakaknya. Tapi akhirnya, dari mendaftar, konsul dokter (sejak kecil kalau ke dokter mereke sendiri yang harus mengutarakan keluhan ke dokter), membayar administrasi, menebus obat dan meminta kwitansi untuk asuransi semua Vinda yang handle. Ada salah-salah dikit, seperti lupa minta kem,balian waktu di apotik, atau ragu masuk kekamar dokter karena lagi handle pasien lain..tapi akhirnya dia bisa. Sempat nyeletuk juga " ibu jadi enak banget, Vinda capek nih..". He..he..kalau nggak nyeletuk ngledek bukan Vinda namanya. Tapi hebat. Vinda sudah memeriksakan kakak!!! Thank sayang..
Sekarang kakak sudah membaik, kemarin sore ama ayahnya diajak badminton, dengan asumsi kalau badan berkeringan akan cepat sembuh! Padahal dia perlu istirahat dulu...tapi badminton ringan aja di halaman ya nggak apa-apa. Semalam seudah mulai berkicau, menirukan gimana kalau ibu ngadepin Vikra sakit. Dengan suara yang dibikin menyerupai ibu dia bilang: " jangan sakit to le...ibu khawatir nih. Sini ibu pijitin. Menurut akung kalau kita sakit kepala, telapak tangan bagus dipijit". Sambil terus usil ngikutin gaya ibu dia meraih telapak tangan seolah mau dipijit...lalu mijit mata ibu dengan sederet usil lain...ampunnn!!
Langganan:
Postingan (Atom)