Dari Siswa ke Mahasiswa : Menjadi Mhs Psikologi UGM



Perjuangan di kelas tiga

"Maunya di UGM, kampusnya rimbun", .Kata Vikra bermimpi tentang future campus yang diinginkan sejak SMA Aviccena. Untuk menyiapkan kuliah,  saat kelas 3 SMA sudah pasti  penuh peluh berjuang antara lest IPC-- karena Vikra dr IPA harus belajar IPS untuk masuk ilmu sosial waktu UMPTN--. Juga  Panggil gugu les ke rumah untuk sejumlah pelajaran yang perlu dikejar. cerita soal masa transisional Vikra bisa ditulis lain acara.

Kuliah apa dan dimana?? jelis sisir minat, bakat dan celah.

Saat akan memilih fakultas apa? ini juga cerita menarik yang lain. Pilihan awalnya di kedokteran hewan, karena memang Vikra extrem pecinta binatang. Tapi sama omnya di ledek, "Vik, mau kamu diledek orang, pas lewat ditegur, mau ngawinin kuda pa Vikra?. siap terima tantangan nggak, kalau mau uji kwalitas, test fakultas hukum UII, itu keren, banyak tokoh alumni dari hukum UII". Belum lagi passion Vikra di antropologi, atau jurnalisme. Kalau mau bangga dikit, memangkakak lumayan multi talent, tapi belum ada yang sreg 100 persen.
Akhirnya ayah meneliti dan membuat komperasi jumlah yang diterima tahun lalu, yang terbanyak peminatnya di beberapa Unibversitas yang kakak suka. Lalu juga cek ke alumni-alumni fakultas tersebut seberapa "terlihat hasilnya". Belum lagi  konsultasi ke guru, terutama wali kelas Vikra di SMS, pak Dedy. " Bu, kalau bisa untuk Vikra jangan ambil fakultas yang perlu menyita konsentrasi tinggi. Ambil fakultas yang banyak berhubungan dengan manusia, social skill Vikra sangat bagus. Mungkin psikiologi atau antropologi lebih tepat".  Lalu diskusi dengan yang bersangkutan bertahun-tahun dan bahkan sampai ujung akhir semua sama tinggi minatnya. Akhirnya iseng, ibu buat lotre, dimasukkan ke botol, lotre yang pertama keluar, itulah yang akan dipilih. Kita ketawa-ketawa melakukan itu untuk mengurangi tensi karena serba bingung. Pernah juga pakai cara buka-buka qur'an, jurusan yang dituju disandingkan dengan ayat-ayat Qur'sn yang sedang dibuka, kalau ayatnya berisi bagus-bagus berarti tanda bagus. Ini demi jalankan saran uti saat ibu dulu pilih jodoh. Dalam hati kecil: Tuhan, bantu untuk ambil keputusan ini....

Keputusanpun diambil

Aakhirnya kami mengawinkan hasil minat Vikra, pengamatan kami selama mendidik, nasehat guru, lotre dan undian spiritual ;), diputuskan pilihan pertama adalah psikologi UGM dan pilihan kedua Antropologi UI.
Namun sebelum tempuh ujian SNMPTN, Vikra kami antar explorasi ke kampus Sanata Dharma Jogja. Tapi pas ajak diskusi akung, jawabnya :" baiknya ke UII saja".  spirit akung tertebaklah... akhirnya Vikra test juga hukum di UII. Karena dirasa susah, ada kawan dekat yang membisikkan " mau hubungi  kak....nggak? dia kan orang penting di UII, yang bisa bantu meluluskan". Langsung dan dengan pasti ibu menggeleng. Tak ada kamus, buka cara-cara begini. Bukan hanya akan rusak mental anak, karena dipikir dengan kekuasaan, bisa membeli kesempatan. Selain itu juga menutup akses peminat-peminat lain, mereka yang pintar menjadi tersandung karena ini. Tapi yang juga sangat prinsip dan selalu kami ajarkan ke anak-anak, " percaya diri, bersungguh-sungguh, daripada bagus tapi hasil orang lain, mending karya sendiri, kalau kurang baik bisa diperbaiki". jadi percaya pada kemampuan anak, itu yang penting dikedepankan. Pas test UII, beberapa jam kemudian sudah bisa ada hasilnya, bahwa Vikra positif diterima di hukum UII. Bahagianya luar biasa. kemampuan Vikra yang asli, seperti kembali. Setelah di kelas 3 sempat bikin gusar kami. Akhirnya yg di UII diputuskan dibayar , kalau toh UMPTN diterima, nanti dipikir kemudian. Walau dalam hati kecil, kakak kurang tepat kayaknya di hukum, karena tidak tegaan, dan dia banyak nalar tapi tak sabar hafalan.

Hari yang ditunggu tiba, saat pengumuman UGM tiba, Vikra sms : "bu, Vikra diterima di UGM". Tak ada yang bisa wakili rasa suka ini. Tuhan sungguh bekerja, doa akung dan kami seperti terjawab. Usaha kakak dan strategi yang kami tempuh bersama kok akhirnya bisa tepat. Great..so u are the student of UGM ya nang, mulai Agustus 2011, Kakak jadi orang Jogja.

Duhhh....rasa beraduk, tak bayangkan anak gede yang kadang masih kami uyel-uyel ini tiba-tiba harus jauh. Ahhh...

Tidak ada komentar: