Bolos Yang Gagal (1)

By: Vandana Mernisi (x.6)
Pada saat itu, saya duduk di kelas 7. Sekolah saya merupakan salah satu sekolah yang tercalonkan sebagai sekolah terbersih se-Indonesia ISO:2000.
Siang itu saat sedang pelajaran Bahasa Indonesia, yang kebetulan yang guru mengajar adalah wali kelas saya sendiri, Ibu Titin. Ia menyuruh kami sekelas untuk bersih-bersih kelas, semacam piket karena ini juga merupakan perlombaan kelas terbersih di sekolah. Saat itu, karena memang kami sedikit sedang tidak bersemangat untuk belajar, jadi dengan adanya perintah bersih-bersih ini, kami sangat semangat untuk membersihkan kelas.
Kami bagi-bagi tugas. Ada yang membersihkan kaca, menyapu, mengepel, dan lain-lain. Lani, teman saya bertugas untuk membersihkan jendela. Nadhilah, teman saya yang berjilbab dan cerewet itu tidak banyak melakukan banyak hal. Ia hanya sedikit membantu-bantu dalam berbagai kegiatan bersih-bersih. Kadang ia ikut menyapu, mengepel, bahkan mengotori lagi. Sedangkan saya, Stevie, dan Putri juga tidak banyak membantu sebenarnya. Kami hanya melihat dan mengontrol mereka yang bersih-bersih. Namun kadang kami juga banyak membantu membersihkan kaca dengan Lani.
Untuk para lelaki dikelas, mereka melakukan tugas yang lebih berat seperti mengangkat meja, memindahkan dan membersihkan lemari.
Kami semua sekelas mengerjakan nya dengan riang gembira, kami serius membersihkan tapi kami juga banyak bercanda satu sama lain karena girangnya kami tidak belajar pelajaran Bahasa Indonesia, yang menurut kami sangat membosankan. Kami berlari-lari, melompat, bercanda dan tertawa keras sekali.
Bel pun kemudia berbunyi, bel istirahat kedua yang artinya istirahat shalat dan makan siang. Kebetulan hari itu adalah hari jum’at yang artinya para siswa lelaki di sekolah harus berada di mushalla lebih cepat dari biasanya karena harus shalat jumat dan mendengarkan khutbah jum’at. Para lelaki lekas ke mushalla dan meninggalkan pekerjaan nya yang sebenarnya sudah selesai, hanya tinggal barang-barang pembersih saja yan ditinggal seperti ember, kemoceng, dan lain-lain. Akhirnya kami para perempuan di kelas membersihkan nya. Setelah membersihkan, kami kembali keruang kelas dan bercanda lagi bersama-sama sambil menuggu keputrian.
Sangat nyaman berada dikelas, terlebih dikelas yang sangat bersih hasil kita sendiri, kami sangat puas. Kami tidur-tiduran dilantai.
Setelah hampir 20-10 menitan, kami sadar bahwa kami harus mengikuti keputrian bersama kakak kelas yang mendapat giliran untuk mengisi keputrian kepada adik kelasnya. Tanpa penjagaan ketat guru perempuan. Menurut saya hal itu sangat tidak efektif, karena sesungguhnya selama ini mereka sebenarnya tidak mengisi materi keputrian dengan benar. Kadang mereka lupa untuk mencari materi, atau bahkan mereka terlalu malas untuk itu. Jadi yang mereka lakukan pada saat keputrian biasanya hanya bercanda, sesi curhat, tebak-tebakan, bahkan mereka kadang menghiraukan kita dan asik sendiri dengan teman-teman nya. Sangat tidak bermasalah jika kita tidak mengikutinya, karena memang sebenarnya sama sekali tidak bermanfaat.
Tahun itu, yang mengisi materi keputrian kapada anak kelas 7 adalah anak kelas 8. Dan untuk anak kelas 8 yang kelasnya tidak sedang bertugas, mereka diisi keputrian oleh para kelas 9. Kelas 9 di sekolah kami lebih kooperatif dan benar dalam menyampaikan materi, tidak seperti kelas 8 yang pada saat itu ‘sok berkuasa’ karena ia akhirnya pada masa smp nya, memiliki adik kelas. Mereka menganggap kita remeh dan memang beberapa anak dari angkatan saya pernah memiliki masalah dengan para anak kelas 8 karena kami tidak suka kelakuan mereka.
Dua menit kemudian, Kami mendengar langkah kaki yang menurut kami tidak lain adalah kakak kelas yang ingin mengisi keputrian kelas kami, 7.4. tapi ternyata ia melewati kelas kita dan menuju ke kelas 7.5 kelas sebelah. Memang sebenarnya keputrian itu kami dikumpulkan per dua kelas untuk keputrian. Mungkin mereka ingin menyuruh para perempuan 7.5 untuk kumpul di 7.6. saat itu, kami saling lihat-lihatan dan mengisyaratkan sesuatu. Saat ada langkah kakak kelas mendekat ke kelas, Putri seketika langsung berteriak menyarankan kita, karena ia tahu tatapan itu bahwa memang kami semua sangat malas dan terlalu lelah untuk mengikuti keputrian.
Ia berteriak dalam bisikan nya, ‘AYOOOOO ngumpet bawah meja aja!!! Gapapa lah ya sekali sekali gak ikut keputrian.” Karena kami semua memang ingin nya begitu, tanpa mengluarkan sepatah kata kami pun langsung bersembunyi di bawah tumpukan meja dipojokan kelas yang tadi kami tumpuk karena kami ingin membersihkan kelas.
Kakak kelas pun kemudian masuk, ia membuka pintu kelas dan kemudian kembali keluar lagi. Saya tidak melihat mukanya namun saya tahu bahwa itu kak Agni, teman satu jemputan saya waktu kami di Sekolah Dasar. Kak Agni sangat baik dan humoris. Ia berbadan sedikit berisi dan bersuara sangat khas. Seperti suara anak kecil dan sangat cempreng. Saya bisa mengenalnya hanya dari suaranya. saya mendengar ia berbicara kepada teman nya, “gaada orang kok dikelas, mungkin udah pada ngumpul di 7.3. mulai aja yuk”
Dan mereka pun pergi. 5 menit, mereka tidak mengecek kita. 10 menit berlalu, kami belum juga di cek. 15 menit, kami merasa sudah aman dan kemudian kami mengangkat kepala kita yang dalam posisi meringkuk di kolong meja. Dan seketika itulah, ketika kami mengangkat kepala, kami bertatap muka dengan kak Vinka, teman kak Agni yang sangat cuek namun sangat jutek. Ia hanya melihat kami sekilas dan kemudian kembali berjalan. Kami menganggap bahwa mungkin ia tidak melihat kami, hanya perasaan kami. Atau mungkin ia melihat, tapi sepertinya ia tidak akan melaporkannya kepada guru karena ia pun juga orang yang cuek. Kami kemudian memutuskan kembali untuk bersembunyi lagi dibawah meja.
Tanpa disangka, ..(berlanjut..)

Tidak ada komentar: