Bertani dan Beternak Yuk: Little Farmer Bandung
Happy Good Friday : Pluralism from Home and Heart
"Ayah, ibu..kata guru Vikra, ngucapin natal nggak boleh?". Itu kegelisahan Vikra waktu SD. Hal yang mirip pernah ditanyakan Vinda: "emang yang masuk surga orang Islam aja ya"?. Kontan saja pertanyaan ini membuat kami tancap gas menemui kepala sekolah anak-anak untuk mendiskusikan soal ini. Memang tidak sederhana menjembatani pandangan sempit guru disekolah, yang kita fikir sekolah bagus, dengan semangat pluralis yang kita coba tanamkan dirumah dan kami pelajari dari hidup disana sini.
Ann Arbor, 2002.
Kami waktu di Ann Arbor, pernah ngajak anak-anak ikut merayakan easter dengan menggambar telor di rumah Prof Linda Liem.
Ann Arbor, 2002.
Lalu kami juga bergaul,makan bareng dan main sama temen-temen Yahudi. Di Eropa coba keluar masuk gereja dari Dom Koln sampai St Peter Vatican untuk mengenal agama lain. Natalan kami coba selalu mengingatkan anak-anak untuk sms sobat-sobat yang merayakan...
Tapi, semua itu tidak mengurangi spiritualitas dan religiousitas kami. Kami tetap ingin menjadi Muslim yang santun, kami masih berusaha rutin jamaáh magrib lalu dilanjut dengan ritual teduh membaca qurán. Anak-anak juga masih menikmati sekolah Islam, punya kakek haji dan ayah-ibu santri...(walaupun bukan santri "alim").
Jumát 23 Maret kemarin, pas paskah coba ngirim ucapan ketemen-temen yang merayakan:
"Selamat menghayati Good Friday kawan-kawan. ..Aku nggak ngerti apakah diantara temen-temen di Leiden saat ini masih saling mangayu bagyo saat temen lain merayakan hari agamanya? Aku ingat dulu ada satu masa, pas Ramadhan temen-temen non Muslim sibuk membuatkan buka puasa, pas lebaran juga masak sama-sama. Lalu pernah saat natalan kamarku juga dipakai untuk merayakan (Eric, Veny masih ingat?). Yang agak melekat dan lucu, karena nggak ada cemara, pakai bunga plastik seadanya, aku nyobekin kapas buat menghias dan pakai boneka buat sinterklasnya. ..Saat acara usai...kembali aku menggelar sajadah sambil bersyukur damai sekali dunia....".
Keesokan harinya, mas Amiq Ahyad (IYL dan sobat ayah Gontor) posting di milist :
"Duh yun, such a beatiful and peaceful message makes my tear drops. Happy good friday and great holiday dear friend who celebrate it. Amiq".
Kami waktu di Ann Arbor, pernah ngajak anak-anak ikut merayakan easter dengan menggambar telor di rumah Prof Linda Liem.
Lalu kami juga bergaul,makan bareng dan main sama temen-temen Yahudi. Di Eropa coba keluar masuk gereja dari Dom Koln sampai St Peter Vatican untuk mengenal agama lain. Natalan kami coba selalu mengingatkan anak-anak untuk sms sobat-sobat yang merayakan...
Tapi, semua itu tidak mengurangi spiritualitas dan religiousitas kami. Kami tetap ingin menjadi Muslim yang santun, kami masih berusaha rutin jamaáh magrib lalu dilanjut dengan ritual teduh membaca qurán. Anak-anak juga masih menikmati sekolah Islam, punya kakek haji dan ayah-ibu santri...(walaupun bukan santri "alim").
Jumát 23 Maret kemarin, pas paskah coba ngirim ucapan ketemen-temen yang merayakan:
"Selamat menghayati Good Friday kawan-kawan. ..Aku nggak ngerti apakah diantara temen-temen di Leiden saat ini masih saling mangayu bagyo saat temen lain merayakan hari agamanya? Aku ingat dulu ada satu masa, pas Ramadhan temen-temen non Muslim sibuk membuatkan buka puasa, pas lebaran juga masak sama-sama. Lalu pernah saat natalan kamarku juga dipakai untuk merayakan (Eric, Veny masih ingat?). Yang agak melekat dan lucu, karena nggak ada cemara, pakai bunga plastik seadanya, aku nyobekin kapas buat menghias dan pakai boneka buat sinterklasnya. ..Saat acara usai...kembali aku menggelar sajadah sambil bersyukur damai sekali dunia....".
Keesokan harinya, mas Amiq Ahyad (IYL dan sobat ayah Gontor) posting di milist :
"Duh yun, such a beatiful and peaceful message makes my tear drops. Happy good friday and great holiday dear friend who celebrate it. Amiq".
Lukisan Mistis dan Blue Delf di Kraton Cirebon

Foto-foto koleksi Lisa Nur Humaidah

Ukuran indah memang berbeda? Pada masanya ini simbol kemewahan paling top. Selain lukisan merah,lihat sekelilingnya, keramik blue delf yang dibawa kompeni. Jaman itu orang Italy dagang Murano, India-Cina sutera, Indonesia dikeruk rempahnya. Uniknya banyak keramik yang bertuliskan asmaúl husna 99 nama indah Tuhan dalam huruf arab. Ini beli atau upeti? Menarik.


Posting Cirebon ini dibuat, secara khusus untuk tante Sue-Heersink family yang mau trip ke Indonesia dan penasaran dengan Cirebon-Kuningan. Untung ada tante Lisa NH yang kilat mengirim foto ini, waktu trip exposure Komnas perempuan. Thank Lis!
Kraton Kasepuhan Cirebon, 2006.
Anak Ke Bilyard dan Nonton "pornografi" ?
"Bosen Ah Vinda ke bilyard melulu, nungguin kakak sama ayah...Vinda nggak mau ikut!". Begini gaya Ciadek Vinda kalau manjanya keluar. Lalu kadang sambil ngelus rambutnya atau ngitik-itik, ibu coba ngrayu nengahin "adik, mengalah dan nyenengin kakak-ayah kan bagus, nyenengin orang itu bikin kita senang lho, lagian ayah ama kakak kan juga sering tuh ngalah buat nyenengin kita".
Ya! Tidak mudah mendisain acara weekend yang akomodatif untuk anak-anak yang sudah mulai ABG. Vikra sangat suka dengan olah raga bilyard, juga ayah. Tapi sisi lain, bilyard khususnya diwilayah Sawangan cenderung jadi wilayah "abu-abu" untuk judi, drunk-drug dan XXX. Padahal pada dirinya, bilyard olah raga yang menyenangkan (di masjid Turki Amsterdam, di lantai dasar masjid, disediakan puluhan bilyar untuk nunggu azan). Seru lagi,kalau udah ada om Fauni dan ayah yang wajib push up kalau kalah..heboh dan memang jadi riil fun sport banget. Jadi kami sebagai "teman" anak yang mau ABG, berusaha rela menemani Vikra untuk menikmati hobinya biar dia clear membedakan seperti apa bilyard beneran sebagai olah raga. Bagusnya kami menemukan family bilyard yang nyaman juga untuk karaokean. Vinda juga belajar, ibu juga belajar tapi nggak bisa-bisa.
Anak dibiarin nonton pornografi? Nanti dulu!!! Memang ada teman yang sangat moderat mendidik anaknya, dibiarin saja nonton film XXX dengan alasan, itu natural untuk usinya yang sudah mulai puber, kalau dikekang, begitu lihat agak serrr dikit udah kacau anak. Kami tidak seradikal itu, tapi juga tidak mudah kebakaran jenggot kalau melihat anak yang sudah ABG melihat film yang ada unsur begituan sedikit asal tidak vulgar. Waktu mereka kecil..kami suka becandain, tutup mata..atau pakai remote percepat adegan. Sekarang kami biarkan asal dalam batas wajar. "Baca buku seksologi boleh, tapi nggak perlu pornografi", begitu kami bilang sambil menemani Viva baca buku ensiklopedi ttg tubuh.
Bahkan waktu ke Eropa, pas di Nemo Science Museum, Vikra kami biarin (tapi ditemani) masuk ke area Sex pipshow. Awalnya agak ragu juga (minta pertimbangan bang Martua Sirait segala)..Tapi rupanya bagus sekali, disitu ada pola interaktif ttg sex education untuk anak ABG. Salah satunya game/quiz, dengan pertanyaan: apakah keperawanan harus dengan selaput dara? kalau jawaban kita salah, ada penjelasan sangat bagus bahwa hanya sekian persen orang yang punya selaput dara yang bisa berdarah, selebihnya ada yang elastis, tebal sekali atau tipis sekali yang memungkinkan tidak berdarah. Lho, kakak kok jawabnya bener? how do you know? "from reading and movie mom" :). Lalu juga ada pertanyaan, apakah pemerkosa ada hubungannya dengan nonton pornografi? lalu ada penjelasan bahwa melakukan tindak kekerasan seksual menyangkut mental dan kesadaran. Nonton pornografi asal punya kontrol yang baik dan menghargai orang lain, menurut pesan quiz itu, ya tidak perlu ada yang dikhawatirkan.
Beginilah cerita weekend kami menjadi teman anak-anak....asik, tiap detik pertumbuhan mereka penuh kenikmatan dan tantangan sekaligus...biasanya kami lanjut cari makanan Jepang di Pasar Modern atau Pecel lele Wates dan siap-siap denger rayuan, "dad, mom, may I have more please"...(more rice, more drink..pokoknya doble porsi! Huh, 96 kilo!!
Dance ceria Viva 2005
Inilah keseharian mereka, kali ini mereka ceria nyanyi menari....ini rekaman mereka ditahun 2005, pas nyobain kamera...selamat menikmati show lucu mereka..
3 gadis cilik panggil lagi "Bunda..".
Behind the trip 2 : Creative Killing time
Viva (Vikra Vandana) pas lagi di istana Al-Hamra nunggu hampir 2 jam ayahnya ngantri ratusan meter untuk dapat tiket. Sejak habis subuh orang sudah berderet rela antri. Viva sesekali bosan menunggu ayahnya nggak nongol-nongol, sms-an dengan ibu katanya masih puanjang. Tapi mereka coba tetap fun...this is kid's traditional song/game....
Sekolah Ayah di Univ Michigan USA
Ann Arbor, Email ayah ke Ibu, 17 Sept 2002
Ini ayah baru saja keluar kuliah Media and Ethnic Conflict in Pakistan- Afganistan. Dosennya Javid Nazer, yang udah ayah ceritain di email sebelumnya. Habis kuliah kita ngobrol lagi. Ayah tanya-tanya lagi soal buku dan makalah- makalah yang perlu ayah baca. Dia antusias banget sama Islam di Indonesia juga, jadi kita diskusi banyak.
Dari Senin sampai Jumat, hampir setiap hari ayah ada kuliah. Senin ada tiga kuliah. Selain soal media, ayah ambil juga kelas Prof. Linda Liem soal Business in South East Asia. Orang Singapore in pinter banget. Dan sangat kritis. Dia kritik keras Lee Kuan Yew. Orang yang dikenal bersih ini, menurut dia ternyata korup. Anaknya diangkat jadi wakil PM. Sementara istrinya pegang seabrek BUMN di Singapura. Terus, masih hari ini, ayah juga ada kelas Political Change in Development World. Profesornya dari India, Asuthoh Varsney. Muda tapi pinter. Kofi Anan minta advis dia untuk soal India dan Pakistan.
Tiga kuliah hari Senin ini ayah ambil lagi hari Rabu. Karena, rata-rata kuliah di sini dua kali seminggu. Kalau Senin dengan Rabu. Kalau Selasa ditambah Kamis. Yang hari Selasa, ayah ambil kuliah Govt and Politics in South East Asia, oleh Prof. Allen Hicken, dan Arab-Israeli Conflict. Profesornya, Mark Tessler. Adik pada gak kenal kan? ...ayah juga!
Tiap hari Jumat --ini sampek pertengahan Oktober-- ayah juga ikut kelas Cak Nur. Di situ ayah ketemu beberapa temen Indonesia. Jadi selain belajar, kita bisa ngobrol dan makan siang sama sama hari Jumat.
Jarak antar kelas biasanya lumayan jauh. Barusan tadi, dari gedung Business School ke gedung Freez (tempat kuliah Javid) jalan cepat kurang lebih 15 menit. Kira-kira dari rumah kita ke Setu lah..
Ini ayah baru saja keluar kuliah Media and Ethnic Conflict in Pakistan- Afganistan. Dosennya Javid Nazer, yang udah ayah ceritain di email sebelumnya. Habis kuliah kita ngobrol lagi. Ayah tanya-tanya lagi soal buku dan makalah- makalah yang perlu ayah baca. Dia antusias banget sama Islam di Indonesia juga, jadi kita diskusi banyak.
Dari Senin sampai Jumat, hampir setiap hari ayah ada kuliah. Senin ada tiga kuliah. Selain soal media, ayah ambil juga kelas Prof. Linda Liem soal Business in South East Asia. Orang Singapore in pinter banget. Dan sangat kritis. Dia kritik keras Lee Kuan Yew. Orang yang dikenal bersih ini, menurut dia ternyata korup. Anaknya diangkat jadi wakil PM. Sementara istrinya pegang seabrek BUMN di Singapura. Terus, masih hari ini, ayah juga ada kelas Political Change in Development World. Profesornya dari India, Asuthoh Varsney. Muda tapi pinter. Kofi Anan minta advis dia untuk soal India dan Pakistan.
Tiga kuliah hari Senin ini ayah ambil lagi hari Rabu. Karena, rata-rata kuliah di sini dua kali seminggu. Kalau Senin dengan Rabu. Kalau Selasa ditambah Kamis. Yang hari Selasa, ayah ambil kuliah Govt and Politics in South East Asia, oleh Prof. Allen Hicken, dan Arab-Israeli Conflict. Profesornya, Mark Tessler. Adik pada gak kenal kan? ...ayah juga!
Tiap hari Jumat --ini sampek pertengahan Oktober-- ayah juga ikut kelas Cak Nur. Di situ ayah ketemu beberapa temen Indonesia. Jadi selain belajar, kita bisa ngobrol dan makan siang sama sama hari Jumat.
Jarak antar kelas biasanya lumayan jauh. Barusan tadi, dari gedung Business School ke gedung Freez (tempat kuliah Javid) jalan cepat kurang lebih 15 menit. Kira-kira dari rumah kita ke Setu lah..
Jadi, hari Sabtu-Minggu biasanya udah males, capek, untuk ke kampus lagi..Kampusnya gede banget.. Jadi, kemarin kalau Sabtu-Minggu ayah gak nelpon atau gak ngemail..ya itu tadi masalahnya..
Ini ayah lagi mikir gimana bisa pindah kontrakan yang deketan. Barusan ayah ketemu anak Indonesia dari Bank Indonesia. Dia baru pindah dapat apartemen deket kampus. Ayah mau diajak lihat.. Masalahnya, ayah gak enak sama Bruce. Kita pernah diskusiin soal pindah ini. Tapi Bruce bilang, kalau bisa sampek Desember. Karena sebenarnya untuk urusan kontrakan..rata-rata orang disini minimal 8 bulan..
Gimana bobok semalam..
Nyenyak...?
Peluk dan dekap yang lamaa..
Ayah
Ini ayah lagi mikir gimana bisa pindah kontrakan yang deketan. Barusan ayah ketemu anak Indonesia dari Bank Indonesia. Dia baru pindah dapat apartemen deket kampus. Ayah mau diajak lihat.. Masalahnya, ayah gak enak sama Bruce. Kita pernah diskusiin soal pindah ini. Tapi Bruce bilang, kalau bisa sampek Desember. Karena sebenarnya untuk urusan kontrakan..rata-rata orang disini minimal 8 bulan..
Gimana bobok semalam..
Nyenyak...?
Peluk dan dekap yang lamaa..
Ayah
1000 hari wafatnya Cak Nur
Satu memori lagi dan terselip dalam email ayah ke ibu, 12 Sept 2002:
"Di sini segalanya ada....tumpahan dada gak karuan... Cak Nur sampek ngelus dodo "Yok, opo ngene iki Lis..sekolah klambine gak karuan..".
"Di sini segalanya ada....tumpahan dada gak karuan... Cak Nur sampek ngelus dodo "Yok, opo ngene iki Lis..sekolah klambine gak karuan.."
Selamat jalan Cak Nur...
Catatan dikit dari Ibu: Ayah sering dituduh beberapa temen terutama Tati Krisnawaty katanya ayah mirip sama cak Nur...Oh ya?? Cak Nur juga pernah ketemu dan dinner rame-rame sama ibu waktu di Asmterdam, dan bilang mbok bantu-bantu Paramadina. Belakangan pas cak Nur wafat baru ngehh, bahwa kami besanan sama keluarga adik cak Nur).
Levina: Dibalik Layar Kaca dan Dinding Rumah
Leiden, 1 Maret 2007
Tulisan ini dibuat untuk merespon temen-temen di milist yang nggak sensitif atau bahkan menyalahkan wafatnya pahlawan berita yang sedang meliput dan tewas menemani tenggelamnya kapal Levina 22 Feb 07 di perairan Tj.Priok.
"Temens, beginilah nasib kerja didunia pers. Suamiku gak jauh beda (walaupun dia tidak lagi turun langsung di lapangan setiap harinya), tapi sebagai newsproducer/koordinator liputan, dia salah satu orang yang dibelakang layar ikut mendiskusikan/menentukan berita apa dan menugaskan kepada siapa peliputan itu. Tapi kadang-kadang untuk liputan luar negeri, terutama Middle East, kadang masih turun juga, mungkin karena suamiku dianggap ngerti bahasa Arab dan ngerti soal Islam/politik middle east.
Sebelnya, kompetisi antara media sangat tajam, ukuran broadcast media adalah "gambar" atau visual!!. Jadi berita TV dianggap gagal kalau tidak ada gambar bagus dan musti cepat! Kalau keduanya tersedia baru dianggap exclusive. Menyebalkan!! Suamiku sering stress dengan ini, karena dia juga punya idealisme bahwa seminar-seminar yang mencerdaskan juga mesti diliput, tapi kalau tidak ada gambar bagus, narasumber canggih atau statement kontroversial, sering dianggap tidak competitive untuk meng-attract pasar. Dalam banyak kasus didaerah, sering sekali jurnalis lokalnya sudah sampai lapangan, tapi mobil SNG (Satelit News Gathering)nya belum nyampai, juga akan rumit. Memang bisa juga pakai video manual, tapi gambar dikirim lewat pesawat akan lambat atau kalau mengandalkan internet koneksinya juga kadang putus-putus. Makanya kwalitas gambar jelek juga akan bermasalah. Jadi tayangan yang hanya beberapa detik, yang kadang-kadang masih kita hujat dan kritik..dibelakangnya bercucur peluh luar biasa.
Aku sebagai istrinya pernah ngalami tiap hari suami pulang jam setengah dua malam (terutama waktu masih pegang acara malam di salah satu TV berita 5 tahun lalu), anak-anak seminggu ketemu ayahnya hanya beberapa menit karena ketlisipan waktu (untuk kasus ini aku sering ngrayu, nego, ngeyel biar jadwal dibikin variatif, jadi biar ada kesempatan layak ketemu keluarga dan juga sempat mengistirahatkan diri). Kadang kita juga gak tega atau ikut gemes suami pulang kesal karena capek-capek ngirim tim keduluan beritanya oleh TV lain atau berita dicancel hanya gara-gara pemilik TVnya berfikir sangat politis dengan preferensi suka tidak suka terhadap liputan lawan politik/bisnisnya.
Aku bisa bayangin kematian kawan-kawan kasus Levina itu nyaris seperti yang aku rasakan waktu suamiku mau meliput perang Libanon. Dia antusias, karena untuk urusan Middle East dia memang tertantang untuk mendalami, apalagi ke wilayah perang, itu pengalaman penting buatnya. Kebayang kan, suami mau ke medan perang? Aku bantu menjahitkan baju antipeluru yang dipinjam dari tentara biar netral tidak berloreng . Persoalan berikutnya, pihak investor tidak setuju dengan policy redaksi untuk ngirim tim ke Lebanon ini karena costly, tapi redaksi maunya memberangkatkan untuk pamor rating news. Debat tentang asuransi untuk ke perang jadi lama karena interest kapital itu. Aku ngotot! Aku nggak membolehkan suami berangkat tanpa asuransi untuk dirinya atau keluarganya. Walaupun kalau boleh memilih aku memilih gak usah berurusan dengan asuransi tapi suamiku ada, ketimbang berapa milyarpun asuransi tapi beresiko. Aku ngotot karena aku cuma mikir anak dan adik-adik suamiku incase aku terhalang bekerja karena kesehatan, padahal harus membesarkan mereka sendiri kalau sampai terjadi sesuatu. Kebetulan kedua orang tua suamiku sudah wafat, jadi praktis kami jadi pengganti orang tua bagi adik-adik.
Akhirnya salah satu dari redaksi siap menjamin dengan uang pribadinya, walaupun pihak perusahaan masih berdiskusi. Aku ikut memprovokasi istri dari TV lain yang juga harus ke Libanon untuk memastikan haknya kalau sampai terjadi resiko paling buruk. Selain itu juga membantu nguatin hati istri kawanku ini biar relax karena itu resiko profesi. Jadi terasa perjuangan privat dan publiknya waktu itu. Betul saja..jantungku naik turun menyaksikan tayangan live dari libanon, ngikutin trip nyebrang dari Syria Lebanon mengejar sebelum jam malam (karena Israel akan nembak mobil yang lewat diatas jam tertentu). Pernah ada tempat yang barusan dia liput, sejam kemudian dibomb. Pernah juga terjebak malam disuatu kota yang lagi black out, mati total karena habis digempur dan dia tidak dapat hotel, padahal jam malam hampir tiba. Soal-soal updating nyawa begini, hanya istri yang tahu. Anak-anak aku biarin tidur tenang walaupun aku nggak bisa memicingkan mata, padahal itu sudah jam 2 pagi di Indonesia. Dan pasti team suamiku yang di Indonesia mungkin lagi nyaman-nyamannya tidur dibalik selimut hangat dan tinggal nunggu berita exclusif, exclusif dan exclusif dengan gambar yang heboh dan nggak peduli nyawa.
Kadang baru tenang dikit karena gencatan senjata, dikejutkan lagi dengan berita wartawan Amerika ditawan di Libanon..oh my God! Aku jadi rajin doa juga..dan janji, suamiku pulang aku harus bikin syukuran! Cerita deg-degan lain, pas aku di leiden, suami sms harus berangkat ke Irak dengan tim di kantornya untuk handle penyelamatan Mutia Hafid dan Budi yang ditawan di Iraq, padahal aku disini. Langsung lemes rasanya. Tapi gak berselang lama ada sms susulan, nggak jadi. Aku yang lagi lewat di Redlight area (Zeedijk/area turistik untuk prostitusi di Amsterdam, karena kalau dari stasiun ke UVA, kalau mau deket lewat area ini). Persis pas di red light ini aku langsung sujud syukur ditengah jalan! Serius!!!
Jadi ini sekilas dibalik industri media yang rupanya ada wajah dan hati dibalik layar kacanya yang dengan mudah sekali kita pencet pakai remote sambil bermanja disofa lembut, lalu diseling dengan makan popcorn atau menyeruput cappuccino...
Yunich1@yahoo.com
Tulisan ini dibuat untuk merespon temen-temen di milist yang nggak sensitif atau bahkan menyalahkan wafatnya pahlawan berita yang sedang meliput dan tewas menemani tenggelamnya kapal Levina 22 Feb 07 di perairan Tj.Priok.
"Temens, beginilah nasib kerja didunia pers. Suamiku gak jauh beda (walaupun dia tidak lagi turun langsung di lapangan setiap harinya), tapi sebagai newsproducer/koordinator liputan, dia salah satu orang yang dibelakang layar ikut mendiskusikan/menentukan berita apa dan menugaskan kepada siapa peliputan itu. Tapi kadang-kadang untuk liputan luar negeri, terutama Middle East, kadang masih turun juga, mungkin karena suamiku dianggap ngerti bahasa Arab dan ngerti soal Islam/politik middle east.
Sebelnya, kompetisi antara media sangat tajam, ukuran broadcast media adalah "gambar" atau visual!!. Jadi berita TV dianggap gagal kalau tidak ada gambar bagus dan musti cepat! Kalau keduanya tersedia baru dianggap exclusive. Menyebalkan!! Suamiku sering stress dengan ini, karena dia juga punya idealisme bahwa seminar-seminar yang mencerdaskan juga mesti diliput, tapi kalau tidak ada gambar bagus, narasumber canggih atau statement kontroversial, sering dianggap tidak competitive untuk meng-attract pasar. Dalam banyak kasus didaerah, sering sekali jurnalis lokalnya sudah sampai lapangan, tapi mobil SNG (Satelit News Gathering)nya belum nyampai, juga akan rumit. Memang bisa juga pakai video manual, tapi gambar dikirim lewat pesawat akan lambat atau kalau mengandalkan internet koneksinya juga kadang putus-putus. Makanya kwalitas gambar jelek juga akan bermasalah. Jadi tayangan yang hanya beberapa detik, yang kadang-kadang masih kita hujat dan kritik..dibelakangnya bercucur peluh luar biasa.
Aku sebagai istrinya pernah ngalami tiap hari suami pulang jam setengah dua malam (terutama waktu masih pegang acara malam di salah satu TV berita 5 tahun lalu), anak-anak seminggu ketemu ayahnya hanya beberapa menit karena ketlisipan waktu (untuk kasus ini aku sering ngrayu, nego, ngeyel biar jadwal dibikin variatif, jadi biar ada kesempatan layak ketemu keluarga dan juga sempat mengistirahatkan diri). Kadang kita juga gak tega atau ikut gemes suami pulang kesal karena capek-capek ngirim tim keduluan beritanya oleh TV lain atau berita dicancel hanya gara-gara pemilik TVnya berfikir sangat politis dengan preferensi suka tidak suka terhadap liputan lawan politik/bisnisnya.
Aku bisa bayangin kematian kawan-kawan kasus Levina itu nyaris seperti yang aku rasakan waktu suamiku mau meliput perang Libanon. Dia antusias, karena untuk urusan Middle East dia memang tertantang untuk mendalami, apalagi ke wilayah perang, itu pengalaman penting buatnya. Kebayang kan, suami mau ke medan perang? Aku bantu menjahitkan baju antipeluru yang dipinjam dari tentara biar netral tidak berloreng . Persoalan berikutnya, pihak investor tidak setuju dengan policy redaksi untuk ngirim tim ke Lebanon ini karena costly, tapi redaksi maunya memberangkatkan untuk pamor rating news. Debat tentang asuransi untuk ke perang jadi lama karena interest kapital itu. Aku ngotot! Aku nggak membolehkan suami berangkat tanpa asuransi untuk dirinya atau keluarganya. Walaupun kalau boleh memilih aku memilih gak usah berurusan dengan asuransi tapi suamiku ada, ketimbang berapa milyarpun asuransi tapi beresiko. Aku ngotot karena aku cuma mikir anak dan adik-adik suamiku incase aku terhalang bekerja karena kesehatan, padahal harus membesarkan mereka sendiri kalau sampai terjadi sesuatu. Kebetulan kedua orang tua suamiku sudah wafat, jadi praktis kami jadi pengganti orang tua bagi adik-adik.
Akhirnya salah satu dari redaksi siap menjamin dengan uang pribadinya, walaupun pihak perusahaan masih berdiskusi. Aku ikut memprovokasi istri dari TV lain yang juga harus ke Libanon untuk memastikan haknya kalau sampai terjadi resiko paling buruk. Selain itu juga membantu nguatin hati istri kawanku ini biar relax karena itu resiko profesi. Jadi terasa perjuangan privat dan publiknya waktu itu. Betul saja..jantungku naik turun menyaksikan tayangan live dari libanon, ngikutin trip nyebrang dari Syria Lebanon mengejar sebelum jam malam (karena Israel akan nembak mobil yang lewat diatas jam tertentu). Pernah ada tempat yang barusan dia liput, sejam kemudian dibomb. Pernah juga terjebak malam disuatu kota yang lagi black out, mati total karena habis digempur dan dia tidak dapat hotel, padahal jam malam hampir tiba. Soal-soal updating nyawa begini, hanya istri yang tahu. Anak-anak aku biarin tidur tenang walaupun aku nggak bisa memicingkan mata, padahal itu sudah jam 2 pagi di Indonesia. Dan pasti team suamiku yang di Indonesia mungkin lagi nyaman-nyamannya tidur dibalik selimut hangat dan tinggal nunggu berita exclusif, exclusif dan exclusif dengan gambar yang heboh dan nggak peduli nyawa.
Kadang baru tenang dikit karena gencatan senjata, dikejutkan lagi dengan berita wartawan Amerika ditawan di Libanon..oh my God! Aku jadi rajin doa juga..dan janji, suamiku pulang aku harus bikin syukuran! Cerita deg-degan lain, pas aku di leiden, suami sms harus berangkat ke Irak dengan tim di kantornya untuk handle penyelamatan Mutia Hafid dan Budi yang ditawan di Iraq, padahal aku disini. Langsung lemes rasanya. Tapi gak berselang lama ada sms susulan, nggak jadi. Aku yang lagi lewat di Redlight area (Zeedijk/area turistik untuk prostitusi di Amsterdam, karena kalau dari stasiun ke UVA, kalau mau deket lewat area ini). Persis pas di red light ini aku langsung sujud syukur ditengah jalan! Serius!!!
Jadi ini sekilas dibalik industri media yang rupanya ada wajah dan hati dibalik layar kacanya yang dengan mudah sekali kita pencet pakai remote sambil bermanja disofa lembut, lalu diseling dengan makan popcorn atau menyeruput cappuccino...
Yunich1@yahoo.com
Kado Doa untuk Ultah 12 Putri Kami..
Princess kami
lima tahun lalu
(7 tahun).
Waktu seperti angin...
bertiup sejuk,
kadang lambat tak terasa..
tapi kadang melesat cepat
Lima tahun lalu....
Ciadek Vinda sudah "setinggi" ayah,
suka digendong,
giginya geripis lucu, kadang masih dimandiin...
Sekarang...Ciadek sudah setinggi ibu (hampir). Sekarang ...sudah jadi remaja cilik yang assertive, care tp tidak verbal, gigih, tanggung jawab, active, dan generous (pernah semua tabungannya disuruh kirim untuk tsunami dan gempa Jogja). She is sweet...tp ama kakaknya galak ngingetin sikat gigi, belajar, jemput. Antara galak dan manja gak jelas bedanya.
Tidak ada kado spesial di hari ulang tahun putri kami yang kedua belas ini, kado kami hanya doá terlantun syahdu:
"Tuhan, kau beri amanat indah dari hasil cinta kami, jadikanlah ia netra hidup kami, panjangkan usianya, lebarkan hatinya dan cemerlangkan daya fikirnya. Kami mencintainya..melalui dirinya, kami merasa bahwa Dikau maha segalanya. Amien ya rabbal álamien".
Ayat-Ayat Cinta
Diposting di milist Leideners, 9 April 08
Awalnya aku berfikir agak simplistik bahwa film ayat-ayat cinta ini sangat moralis dan mem`fiqh`banget, penuh berondongan ayat dan rasanya ditimbun ka´bah. Tapi pas aku cermati ada hal/hal yang menarik.
1. Filmnya agak klise pas si Maria masuk Islam...ngapain coba! kenapa nggak ditampilin bahwa cinta itu bisa lintas agama..wong cinta lebih dulu dari agama kok.
2. Ketika Aisyah mau dipoligami, pandangan kasat mata, akan melihat dia gadis `solehah` yang merelakan dipoligami demi kehidupan Maria. Tapi coba tilik lebih jauh, apakah interest dia sedemikian mulia..aku lihat dia berkepentingan juga untuk menyelamatkan suaminya yang notabene satu/satunya saksi kunci adalah kalau Maria hidup. Adegan dia menangis menyendiri keluar cukup menjawab bahwa `kalau dunia ini peka, airmata adalah pesan Tuhan yang bening tapi bicara ketika aksara dan kata tak terkata` ..sori bahasanya jadi agak puitis dikit boleh ya...
3. Apa yang dianggap Islamy melalui taáruf-perkenalan tanpa pacaran dan langsung nikah, dibalik dengan cara yang bagus, kalau pakai theori Lila Abu Lughod, `accomodating protes`. Dia ikuti logika islamistnya bahwa itu bagus, buka cadar pas tunangan..tapi bencana datang belakangan, bahwa pada dasarnya Aisyah kawin dengan benda dalam kotak rapat yang tidak dia ketahui sama sekali, dan memberlakukan suami seperti benda yang cukup dilena dengan benda.
4. Adegan kematian Maria dengan statemen bahwa mencinta tidak harus memiliki, kalau kita peka, membuyarkan semua adegan/adegan indah tentang ide poligami yang asik. kata penutup yang tak tertawar diujung nafasnya, bahwa manusia boleh mencinta berapa kalipun..tapi menginstitusikan cinta lebih dari sekali adalah penderitaan bagi mereka yang berhati.
Inilah komentarku pas Leiden lagi sendu...
Awalnya aku berfikir agak simplistik bahwa film ayat-ayat cinta ini sangat moralis dan mem`fiqh`banget, penuh berondongan ayat dan rasanya ditimbun ka´bah. Tapi pas aku cermati ada hal/hal yang menarik.
1. Filmnya agak klise pas si Maria masuk Islam...ngapain coba! kenapa nggak ditampilin bahwa cinta itu bisa lintas agama..wong cinta lebih dulu dari agama kok.
2. Ketika Aisyah mau dipoligami, pandangan kasat mata, akan melihat dia gadis `solehah` yang merelakan dipoligami demi kehidupan Maria. Tapi coba tilik lebih jauh, apakah interest dia sedemikian mulia..aku lihat dia berkepentingan juga untuk menyelamatkan suaminya yang notabene satu/satunya saksi kunci adalah kalau Maria hidup. Adegan dia menangis menyendiri keluar cukup menjawab bahwa `kalau dunia ini peka, airmata adalah pesan Tuhan yang bening tapi bicara ketika aksara dan kata tak terkata` ..sori bahasanya jadi agak puitis dikit boleh ya...
3. Apa yang dianggap Islamy melalui taáruf-perkenalan tanpa pacaran dan langsung nikah, dibalik dengan cara yang bagus, kalau pakai theori Lila Abu Lughod, `accomodating protes`. Dia ikuti logika islamistnya bahwa itu bagus, buka cadar pas tunangan..tapi bencana datang belakangan, bahwa pada dasarnya Aisyah kawin dengan benda dalam kotak rapat yang tidak dia ketahui sama sekali, dan memberlakukan suami seperti benda yang cukup dilena dengan benda.
4. Adegan kematian Maria dengan statemen bahwa mencinta tidak harus memiliki, kalau kita peka, membuyarkan semua adegan/adegan indah tentang ide poligami yang asik. kata penutup yang tak tertawar diujung nafasnya, bahwa manusia boleh mencinta berapa kalipun..tapi menginstitusikan cinta lebih dari sekali adalah penderitaan bagi mereka yang berhati.
Inilah komentarku pas Leiden lagi sendu...
Botanicus Garden Bogor for Rujakan
Bermuda Sambut 2008
Sawangan 31 December 2007
Ada Jagad, Om Ipung (Saiful Mujani), bude ikun yang tampak muda pas berultah sambil tahun baruan, Mbak eh kakak Putri, mas Berli,ada Om Dahlan yang berkilau dengan tante Pipieh dan juniorsnya, ada 20 lebih temen-temen muda Formaci yang nama dan gayanya keren-keren sampai lupa diingat.
Ini suasana tahun baruan di gang jambu 55, ada yang sibuk nyanyi di pojok, ada yang asik main kartu, ada yang sibuk makan (karena ada kiriman dari langit: kambing guling, pempek, dll yang disiapin mbak Lastri), ...Tapi ada yang serem, petasan raksasa yang dinyalakan nggak diikat dengan benar, jadi jatuh meledak dan mengarah ke rumah..untung gak kenapa-kenapa...
Ini suasana tahun baruan di gang jambu 55, ada yang sibuk nyanyi di pojok, ada yang asik main kartu, ada yang sibuk makan (karena ada kiriman dari langit: kambing guling, pempek, dll yang disiapin mbak Lastri), ...Tapi ada yang serem, petasan raksasa yang dinyalakan nggak diikat dengan benar, jadi jatuh meledak dan mengarah ke rumah..untung gak kenapa-kenapa...
Mbak Tutik kok pulang? Masih belajar hargai hak PRT
Tulisan ini untuk penghargaan kepada para PRT dihari international women's day, kemarin!

"Mbak Tuti, sabuk Tapak Suci Vinda mana? "Mbak Tuti, bikinin Vikra telor kecap dong". "Tut, kopi bapak manna?" Tut, cariin uban ibu sambil ngobrol di belakang yuk". Beginilah pas Tutik masih bersama kami. Tuti PRT kami yang sudah 6 tahun bersama kami,akhirnya pulang kampung di Banten dan tidak kembali. Tapi pas nggak ada mbak Tutik, semuanya jadi lebih rajin. Kakak kadang dapat giliran masak. Urus jemuran dan lipat-lipat Viva, ibu bersih-bersih rumah, nyuci gantian ama ayah, masak juga rame-rame. Sebetulnya tanpa PRT sudah bisa jalan, karena anak-anak sudah gede-gede.

Balik ke Tutik. "Bu, cuma ada 3 ubannya, udah yak". "Eh Tut, pegang-pegang aja kepala, enak, lagi pusing nih Tut" sambil dengan nada ngrayu. "Ah ibu mah...eh, bu, kenapa sih rambut ibu nggak dicat merah aja, masak ibu diluar negeri biasa-biasa aja" Kadang dia pamer, "bu, Tuti kan beli kaset baru Raja, bagus deh". Pernah juga dia ngledek; " ibu masak nggak kenal Dewi Persik,ibu mah nggak gaul..". Pokoknya sambil dia megangin kepala, dia akan nerocos cerita macem-macem nggak berhenti. Pernah ayah diledek gara-gara minta dia tegur tetangga yang terlalu lama nyelang air dari rumah pas kemarau, padahal tetangga lain juga ngantri), dia bilang: "bapak mah cemen (looser), gak berani negur sendiri, beraninya nyuruh Tutik". Kalau dikasih tahu soal kesehatan atau kebersihan, "Tut, kalau masak jangan pakai micin, gak bagus buat kesehatan". "Tut, jangan keseringan makan baso dan saos tomat, jelek lho buat perut kamu. Nyebelin jawabannya: "kata ssiappa?".
Tutik juga populer di gang jambu, semua orang kenal..kerap tukang jualan lebih tahu rumah Tutik ketimbang kami, atau tetangga bebas minta/pinjam ini itu kerumah kami cukup bilang ke Tutik. Kadang kami merasa, seakan kami yang numpang dirumah dia :-). Pernah juga kami jadi resepsionis Tuti, karena telephon untuk dia lebih banyak dari kami yang hanya sesekali (kasus ini pernah bikin kami kesel, karena lagi kerja/istirahat krang-kring sering sekali dan sampai taraf mengganggu, padahal di telphon hanya ngrumpi).
Iya Tutik, PRT kami yang sudah jadi bagian keluarga kami, akhirnya nggak balik setelah pulang tahun baruan yang janjinya mau 3-7 hari jadi molor sebulan lebih. Pas kami sudah dapat pengganti namanya mbak Yah dari Temanggung, baru Tutik telp mau balik! Walah bocah Dangder ini kumaha?
Seperti PRT-PRT kami yang lain, pernah ada mbak Mar yang merawat Vikra sejak bayi sampai 5 tahun, lalu ada mbak Mar kedua (nama sama tapi lebih tua) juga sekitar 4 tahun ikut kami. Bahkan mbak Mar muda ketemu jodoh karena pas kerja ditempat kami, rajin volly dan ketemu jodohnya lalu menikah dan berhenti bekerja. Sampai tetangga sering komentar:" mbak, kok pembantu dibolehin main volly?". Nah lo..dalam hati, "pembantu itu orang bukan?"
"mbak Yah..kerja dirumah ini mah enak, bebas! itu dulu si Tutik pagi-pagi juga udah bisa main gendong anak tetangga. Mana ada di Jakarta begini?". Begitu mpok Minah dengan logat kental Betawinya (tetangga kami yang lagi main kerumah) ngayem-ayemi/hibur mbak Yah PRT baru kami".
Kami barangkali belum seoptimal teman-teman yang sudah luar biasa menghargai PRT. Kami masih belajar, kami kurang lebih baru berusaha penuhi hak-hak ini (mohon masukan)
1. Main (boleh asal pekerjaan selesai ,tidak habis maghrib, dan kalau agak jauh bilang)
2. Terima tamu (Kalau punya pacar/tamu laki-laki dirumah saja , boleh bawa teman nginep, rumah kami jadi tempat transit PRT-PRT dari kampung Tuti)
3. Gaji : THR sebulan gaji, Gaji pokok memadukan UMR dan pasar lokal (ini nggak sederhana, ketika kami kasih agak tinggi, tetangga2 kami yang notabene mayoritas menengah kebawah jadi kasihan, karena mereka nggak akan sanggup ikut standard ideal ini, dan akan kesulitan cari pembantu, sehingga akan terjadi domestifikasi terhadap perempuan lain karena tidak sanggup bayar PRT).
4. Libur: Hari Sabtu Minggu libur (tapi kami belum bisa meliburkan total, karena kadang masih minta dibikinin kopi. Tapi nyaris tiap wiken dia libur masak, mencuci dan nyetrika. Dan boleh jalan-jalan..biasanya dia main ke telaga golf, lihat dangdut di Cetok atau ke pamulang/parung).
5. Cuti/Libur panjang: Boleh pulang kampung kapan saja asal disiplin kapan kembalinya dan dikompromikan jadwal keluarga (Tuti pulang hampir 5-6 kali dalam setahun, bahkan pernah cuti sebulan).
6. Pekerjaan : Nyuci/nyetrika 2 hari sekali, masak (non weekend), bersih-bersih rumah, dll (Habis magrib/sesudah menyiapkan makan malam harus istirahat dan kami mengusahakan tidak meminta tolong dia lagi, tapi kadang-kadang kalau ada tamu ya fleksibel).
7. Kamar: ada kamar yang cukup aman dengan TV,tape dan kipas angin (juga kamar mandi sendiri. Tapi si Tutik sering bilang, bu..kata mpok belakang, digenteng rumah kita ada gorilanya.... Ampun! dia gampang percaya hantu. Gak jelas banget!
8. Biaya sakit dll kami yang tanggung (idealnya diikutkan asuransi, karena banyak teman-teman yang sudah sangat bagus menghargai hak PRT, dengan hak-hak kesehatan ini juga). Tapi Tuti nggak pernah sakit kecuali gatal dikakinya karena sandal basah dipakai juga.
9. Makanan: Apa yang kita santap sama dengan yang dia santap.
Apa lagi ya...ada usul nggak, hak apa lagi yang belum kami terapkan, biar kami belajar juga untuk optimal hargai sesama. Makasih Tutik..Brava untuk Tutik-Tutik yang lain!
(Weekend sambil ditemani burung kicau jelang musim semi, 9 Maret 07).
"Mbak Tuti, sabuk Tapak Suci Vinda mana? "Mbak Tuti, bikinin Vikra telor kecap dong". "Tut, kopi bapak manna?" Tut, cariin uban ibu sambil ngobrol di belakang yuk". Beginilah pas Tutik masih bersama kami. Tuti PRT kami yang sudah 6 tahun bersama kami,akhirnya pulang kampung di Banten dan tidak kembali. Tapi pas nggak ada mbak Tutik, semuanya jadi lebih rajin. Kakak kadang dapat giliran masak. Urus jemuran dan lipat-lipat Viva, ibu bersih-bersih rumah, nyuci gantian ama ayah, masak juga rame-rame. Sebetulnya tanpa PRT sudah bisa jalan, karena anak-anak sudah gede-gede.
Balik ke Tutik. "Bu, cuma ada 3 ubannya, udah yak". "Eh Tut, pegang-pegang aja kepala, enak, lagi pusing nih Tut" sambil dengan nada ngrayu. "Ah ibu mah...eh, bu, kenapa sih rambut ibu nggak dicat merah aja, masak ibu diluar negeri biasa-biasa aja" Kadang dia pamer, "bu, Tuti kan beli kaset baru Raja, bagus deh". Pernah juga dia ngledek; " ibu masak nggak kenal Dewi Persik,ibu mah nggak gaul..". Pokoknya sambil dia megangin kepala, dia akan nerocos cerita macem-macem nggak berhenti. Pernah ayah diledek gara-gara minta dia tegur tetangga yang terlalu lama nyelang air dari rumah pas kemarau, padahal tetangga lain juga ngantri), dia bilang: "bapak mah cemen (looser), gak berani negur sendiri, beraninya nyuruh Tutik". Kalau dikasih tahu soal kesehatan atau kebersihan, "Tut, kalau masak jangan pakai micin, gak bagus buat kesehatan". "Tut, jangan keseringan makan baso dan saos tomat, jelek lho buat perut kamu. Nyebelin jawabannya: "kata ssiappa?".
Tutik juga populer di gang jambu, semua orang kenal..kerap tukang jualan lebih tahu rumah Tutik ketimbang kami, atau tetangga bebas minta/pinjam ini itu kerumah kami cukup bilang ke Tutik. Kadang kami merasa, seakan kami yang numpang dirumah dia :-). Pernah juga kami jadi resepsionis Tuti, karena telephon untuk dia lebih banyak dari kami yang hanya sesekali (kasus ini pernah bikin kami kesel, karena lagi kerja/istirahat krang-kring sering sekali dan sampai taraf mengganggu, padahal di telphon hanya ngrumpi).
Iya Tutik, PRT kami yang sudah jadi bagian keluarga kami, akhirnya nggak balik setelah pulang tahun baruan yang janjinya mau 3-7 hari jadi molor sebulan lebih. Pas kami sudah dapat pengganti namanya mbak Yah dari Temanggung, baru Tutik telp mau balik! Walah bocah Dangder ini kumaha?
Seperti PRT-PRT kami yang lain, pernah ada mbak Mar yang merawat Vikra sejak bayi sampai 5 tahun, lalu ada mbak Mar kedua (nama sama tapi lebih tua) juga sekitar 4 tahun ikut kami. Bahkan mbak Mar muda ketemu jodoh karena pas kerja ditempat kami, rajin volly dan ketemu jodohnya lalu menikah dan berhenti bekerja. Sampai tetangga sering komentar:" mbak, kok pembantu dibolehin main volly?". Nah lo..dalam hati, "pembantu itu orang bukan?"
"mbak Yah..kerja dirumah ini mah enak, bebas! itu dulu si Tutik pagi-pagi juga udah bisa main gendong anak tetangga. Mana ada di Jakarta begini?". Begitu mpok Minah dengan logat kental Betawinya (tetangga kami yang lagi main kerumah) ngayem-ayemi/hibur mbak Yah PRT baru kami".
Kami barangkali belum seoptimal teman-teman yang sudah luar biasa menghargai PRT. Kami masih belajar, kami kurang lebih baru berusaha penuhi hak-hak ini (mohon masukan)
1. Main (boleh asal pekerjaan selesai ,tidak habis maghrib, dan kalau agak jauh bilang)
2. Terima tamu (Kalau punya pacar/tamu laki-laki dirumah saja , boleh bawa teman nginep, rumah kami jadi tempat transit PRT-PRT dari kampung Tuti)
3. Gaji : THR sebulan gaji, Gaji pokok memadukan UMR dan pasar lokal (ini nggak sederhana, ketika kami kasih agak tinggi, tetangga2 kami yang notabene mayoritas menengah kebawah jadi kasihan, karena mereka nggak akan sanggup ikut standard ideal ini, dan akan kesulitan cari pembantu, sehingga akan terjadi domestifikasi terhadap perempuan lain karena tidak sanggup bayar PRT).
4. Libur: Hari Sabtu Minggu libur (tapi kami belum bisa meliburkan total, karena kadang masih minta dibikinin kopi. Tapi nyaris tiap wiken dia libur masak, mencuci dan nyetrika. Dan boleh jalan-jalan..biasanya dia main ke telaga golf, lihat dangdut di Cetok atau ke pamulang/parung).
5. Cuti/Libur panjang: Boleh pulang kampung kapan saja asal disiplin kapan kembalinya dan dikompromikan jadwal keluarga (Tuti pulang hampir 5-6 kali dalam setahun, bahkan pernah cuti sebulan).
6. Pekerjaan : Nyuci/nyetrika 2 hari sekali, masak (non weekend), bersih-bersih rumah, dll (Habis magrib/sesudah menyiapkan makan malam harus istirahat dan kami mengusahakan tidak meminta tolong dia lagi, tapi kadang-kadang kalau ada tamu ya fleksibel).
7. Kamar: ada kamar yang cukup aman dengan TV,tape dan kipas angin (juga kamar mandi sendiri. Tapi si Tutik sering bilang, bu..kata mpok belakang, digenteng rumah kita ada gorilanya.... Ampun! dia gampang percaya hantu. Gak jelas banget!
8. Biaya sakit dll kami yang tanggung (idealnya diikutkan asuransi, karena banyak teman-teman yang sudah sangat bagus menghargai hak PRT, dengan hak-hak kesehatan ini juga). Tapi Tuti nggak pernah sakit kecuali gatal dikakinya karena sandal basah dipakai juga.
9. Makanan: Apa yang kita santap sama dengan yang dia santap.
Apa lagi ya...ada usul nggak, hak apa lagi yang belum kami terapkan, biar kami belajar juga untuk optimal hargai sesama. Makasih Tutik..Brava untuk Tutik-Tutik yang lain!
(Weekend sambil ditemani burung kicau jelang musim semi, 9 Maret 07).
Kambing Ganti Seragam: Qurban alternative
"Nduk, ibumu lagi ngrawat mbah Hadi gerah, wah, eman seragam bocah-bocah TPQ amanahmu nggo korban ndisik kae durung iso rampung, padahal pingin nguyak Isro' mi'raj. Pas digawekke seragam, bocah-bocah podo kemruyuk langsung nambah petang puluh. Bakale sragam apik, digawe nganggo sleret barang".
(nak, ibumu lagi ngrawat mbah Hadi lagi sakit, jadi sayang seragam anak-anak TPQ amanatmu untuk kurban dulu itu, belum bisa selesai, padahal pingin ngejar Isro' mi'raj. Pas dibikinin seragam anak-anak langsung membludak, nambah 40. Bahan sragamnya bagus, didisain pake strip segala).
Itu suara teduh bapak (akung) di kejauhan di Gedawung pas ditelp dari Leiden, sambil masih menggeh-menggeh habis bersepeda melawan angin di Witte Singel.
Waktu om Dan Birchok sobat Amrik kerumah, Vikra ditanya, Vikra sudah korban? Vikra jawab "my mom cannot stand with the blood".
Sejak kecil, ketika hari raya kurban orang senang-senang mau lihat hewan disembelih, ibu pilih memingit diri dirumah. Dalam hati dan pikiran anak-anak saat itu: "kok hewan disiksa dan kita asik nyate-nyate. Kok nabi Ibrahim jahat bisa tega bunuh anaknya? Kok akung yang bukan nabi lebih baik dan sayang ke anak-anaknya?". Agak gede dikit mikir "Kok lebaran berdarah-darah, amis, anyir, sadis, uang dibuangin". Tambah gede mikir lagi: "di Mekah pasti banyak banget sapi-kambing disembelehin, duitnya kalau dikumpulin bisa buat nyekolahin orang sekampungku". Pas tambah tua kepantik statemen: Umat Islam itu rajin bikin megah rumah Allah, rajin korban, padahal sekeliling masjid orang terlunta miskin bahkan menjual keperempuanannya". Semakin kesini akhirnya kami keluarga gg jambu 55 nekad: "uang korban tidak lagi untuk hewan disembelih tapi untuk dana pendidikan mereka-mereka yang membutuhkan. Dari bikin eternit sekolah, SPP anak-anak yang nggak mampu, dan pernah juga ayah Viva ngalokasiin dana korban untuk pembuatan jalan di ruas-ruang gang di Gang Jambu". Saatnya kambing/sapi dibiarkan hepi berhari raya, dan anak-anak yang termiskinkan bisa "pake kambing"untuk ke sekolah.
Weekend, 8 Maret 07.
yunich1@yahoo.com
Behind the Trip: Belajar segalanya
Beginilah anak-anak bersibuk. Vikra paling sering jadi guide (pakai audio) dan mentransfer ke kami-kami. Dia juga pembaca informasi dan peta yang baik. Vinda juga tak kalah sibuk, sering kebagian jadi seksi transportasi yang mengingatkan stop dimana dan mengingat jalan (karena orientasi ruang dia lumayan). Kami belajar bergantian jadi trip leader dan timer. Asik juga anak-anak jadi belajar mengenali sistem transportasi. Mereka belajar jadi photographer (sampai kamera jatuh-jatuh) bersaing sama ayahnya yang sibuk memvideo. Beginilah team ini bekerja dan belajar bersama. Pokoknya seru dan excited. Ini salah satu gaya kakak yang suangat serius dengerin audio guide di Harem Istanbul.
Harem! Harem! Harem Sultan Ottoman Turki
(Vikra rencana mau bikin tulisan tentang ini. Kita tunggu saja.. )
Gambar paling atas adalah singgasana sultan saat mengunjungi Harem (area tinggal istri-istri dan "perempuan-perempuan" yang disediakan untuk raja). Disini sultan biasa menyaksikan hiburan tarian sajian penghuni Harem sekaligus kesempatan untuk melihat/memilih perempuan yang disukainya.
Selalu kalau masuk space-space macam Harem begini, senang sekali menempel ke group-group turis bule sambil nguping apa yang tertransfer kekepala para pengunjung ini. Selalu sama bahwa raja/lelaki Islam hobi perempuan, bertumpuk kemewahan dan sadis...
Tapi bersyukur akhirnya tahu Harem bukan hanya dari tulisan orang, tapi bisa menyentuh sendiri dindingnya dengan tebaran kaligrafi cantik ayat-ayat Tuhan yang bertubrukan dengan nafas-nafas sesak perempuan, membayangkan belitan seumur hidup tanpa pilihan, menyedih bagaimana berhias raga dan mengkebiri hati, menghayati menghitung menit dan terbiar....
Leiden 5 Maret 2008
Yunich1@yahoo.com
Label:
Edu-tainment,
Pengalaman ke Turki
Kakak Batuk, Diperiksa Dokter "Cuwek"
Senin, 3 Maret 2008.
Nyampek rumah, pulang kantor, lepas magrib. Rumah kosong. Motor kakak gak ada. "Vikra nganter si Adek," kata Mbak Yah.
Hujan rintik. Motor kakak masuk halaman. Batuknya masih menggigil. "Nanti ayah yang jemput Vinda, kan?"
Dia langsung ambil handuk. Mandi. Setelah sekolah dari pagi ampek jam 3 an. Lanjut kursus piano. Masih juga enteng dia nganter adiknya. Hujan rintik-rintik.
"Ya udah, Kak. Mandi, kita bareng-bareng jemput adek. Sekalian ke rumah sakit. Kakak harus ke dokter. Batuknya sudah lebih tiga hari!" Sebelumnya, dia sudah ditawarin ke dokter. "Vikra males ah. Ngantrinya lama," katanya.
Kita pilih periksa ke klinik Satiti, Pamulang. Hanya bebeberapa langkah dari EF, tempat kursus Vinda.
Nunggu lumayan lama. Sekitar 5 pasien. Untung kakak bawa catatan matematika. Bisa sambil belajar.
Tapi, biasa, gak tahan lama. Di samping tempat duduk kita, ada timbangan. Orang-orang bolak-balik nimbang. Kita ikut.
Vinda dulu. 44 kg. Ayah, 76 kg. Nah, giliran kakak. 96 kg!!
Kita pada gak percaya. Kita minta kakak, tahan dulu. Kita lihat lagi meterannya. Ternyata gak masalah. Gila. Terakhir dia nimbang, udah lama juga sih, 86 kg!
Nunggu lagi. Masih lama. Ayah bolak-balik ke meja suster. "Masih, 2 pasien lagi, Pak!"
Ngantuk. Vikra-vinda becanda, berantem gak jelas. "Kok kakak punya adik cewek sih!" Adiknya gak mau kalah. "Vinda juga. Punya kakak kok cowok!"
"Ayah ngantuk nih. Daripada berantem. Pijitin gih!" Hehe. Vinda mau. Lumayan. Melek dikit!
"Vikra." Ada panggilan dari meja suster. "Setelah yang di dalam, ya!"
Kita geser duduk ke dekat pintu dokter. Di papan pintu, nama dokternya Wirdha Hamim. "Tebak, dokternya cewek ato cosok?"
"Cowok," kata Vikra. "Iya, cowok," kata Vinda.
"Yang kalah mijit yak?" kata ayah. "Yang bener, itu cewek."
"Ya udah, Cowek," Vikra nimpalin. "Kalau gak, Cuwek!"..
Pintu kebuka. Sambil masuk, kita ketawa-ketawa. "Tuh kan, dokternya cewek." Ayah bisik-bisik. Dokter Wirdha Hamim, cewek. Sudah berumur. Nenek-nenek lah. Dia senyum juga. Kayaknya heran, kok kita masuk ketawa-ketawa.
Pemeriksaan standar. Dokter nanya batuk mulai kapan. Berdahak atau kering? Pilek nggak? Tenggorokan gatel nggak? Disuruh buka mulut. Disenter. Disuruh berebah. Dada, punggung diperiksa. "Tarik napas. Lagi!"
"Ini radang. Jangan makan es krim, jangan minum air dingin. Jangan makan gorengan."
"Badannya juga sudah kegemukan. Kurangi makan nasi. Malam, jangan makan nasi. Ganti kentang. Kurangi minuman manis. Jangan gemuk-gemuk. Nanti jelek. Gampang sakit."
(ini sms ibu yang juga gak kalah ceriwis ama dokter: "Vikra gmn batuknya? Kepikiran! Dah dikasih madu,vicks atau doping vitamin? Suruh bobo atas dan gak maem pedes,gorengan.Peluk sayang buat kakak. Ayah, adik juga. 03.03.08. Disusul sms lagi: kacian kakak. Dia tuh kalo batuk agak lama.Tegesin pake jaket tebal tiap hari kalo bermotor,Mungkin selama batuk jemput Vinda Suri aja yah.Peluk sayang lagi buat Kakak)
Pokoknya dokternya ngomong mulu. "Makanya, nunggunya lama banget," pikir ayah.
Keluar. Nunggu obat lagi. "Ayah, cepetan. Ini sudah mau jam 10. Vinda belum belajar," Vinda protes. Dia gak mau nunggu di apotik. Sama kakaknya, dia pilih nunggu di mobil.
Sampek rumah jam 10-an. Makan bareng. Kakak minum obat. Ayah ama Vinda sempet sorak, kakak bisa nelen pil. (Ini pekerjaan paling susah, buat kakak sih!).
Anak-anak nyiapin pelajaran. Bobok.
Besok, ayah harus berangkat kantor. Subuh.
Muchlis_ar@yahoo.com
Nyampek rumah, pulang kantor, lepas magrib. Rumah kosong. Motor kakak gak ada. "Vikra nganter si Adek," kata Mbak Yah.
Hujan rintik. Motor kakak masuk halaman. Batuknya masih menggigil. "Nanti ayah yang jemput Vinda, kan?"
Dia langsung ambil handuk. Mandi. Setelah sekolah dari pagi ampek jam 3 an. Lanjut kursus piano. Masih juga enteng dia nganter adiknya. Hujan rintik-rintik.
"Ya udah, Kak. Mandi, kita bareng-bareng jemput adek. Sekalian ke rumah sakit. Kakak harus ke dokter. Batuknya sudah lebih tiga hari!" Sebelumnya, dia sudah ditawarin ke dokter. "Vikra males ah. Ngantrinya lama," katanya.
Kita pilih periksa ke klinik Satiti, Pamulang. Hanya bebeberapa langkah dari EF, tempat kursus Vinda.
Nunggu lumayan lama. Sekitar 5 pasien. Untung kakak bawa catatan matematika. Bisa sambil belajar.
Tapi, biasa, gak tahan lama. Di samping tempat duduk kita, ada timbangan. Orang-orang bolak-balik nimbang. Kita ikut.
Vinda dulu. 44 kg. Ayah, 76 kg. Nah, giliran kakak. 96 kg!!
Kita pada gak percaya. Kita minta kakak, tahan dulu. Kita lihat lagi meterannya. Ternyata gak masalah. Gila. Terakhir dia nimbang, udah lama juga sih, 86 kg!
Nunggu lagi. Masih lama. Ayah bolak-balik ke meja suster. "Masih, 2 pasien lagi, Pak!"
Ngantuk. Vikra-vinda becanda, berantem gak jelas. "Kok kakak punya adik cewek sih!" Adiknya gak mau kalah. "Vinda juga. Punya kakak kok cowok!"
"Ayah ngantuk nih. Daripada berantem. Pijitin gih!" Hehe. Vinda mau. Lumayan. Melek dikit!
"Vikra." Ada panggilan dari meja suster. "Setelah yang di dalam, ya!"
Kita geser duduk ke dekat pintu dokter. Di papan pintu, nama dokternya Wirdha Hamim. "Tebak, dokternya cewek ato cosok?"
"Cowok," kata Vikra. "Iya, cowok," kata Vinda.
"Yang kalah mijit yak?" kata ayah. "Yang bener, itu cewek."
"Ya udah, Cowek," Vikra nimpalin. "Kalau gak, Cuwek!"..
Pintu kebuka. Sambil masuk, kita ketawa-ketawa. "Tuh kan, dokternya cewek." Ayah bisik-bisik. Dokter Wirdha Hamim, cewek. Sudah berumur. Nenek-nenek lah. Dia senyum juga. Kayaknya heran, kok kita masuk ketawa-ketawa.
Pemeriksaan standar. Dokter nanya batuk mulai kapan. Berdahak atau kering? Pilek nggak? Tenggorokan gatel nggak? Disuruh buka mulut. Disenter. Disuruh berebah. Dada, punggung diperiksa. "Tarik napas. Lagi!"
"Ini radang. Jangan makan es krim, jangan minum air dingin. Jangan makan gorengan."
"Badannya juga sudah kegemukan. Kurangi makan nasi. Malam, jangan makan nasi. Ganti kentang. Kurangi minuman manis. Jangan gemuk-gemuk. Nanti jelek. Gampang sakit."
(ini sms ibu yang juga gak kalah ceriwis ama dokter: "Vikra gmn batuknya? Kepikiran! Dah dikasih madu,vicks atau doping vitamin? Suruh bobo atas dan gak maem pedes,gorengan.Peluk sayang buat kakak. Ayah, adik juga. 03.03.08. Disusul sms lagi: kacian kakak. Dia tuh kalo batuk agak lama.Tegesin pake jaket tebal tiap hari kalo bermotor,Mungkin selama batuk jemput Vinda Suri aja yah.Peluk sayang lagi buat Kakak)
Pokoknya dokternya ngomong mulu. "Makanya, nunggunya lama banget," pikir ayah.
Keluar. Nunggu obat lagi. "Ayah, cepetan. Ini sudah mau jam 10. Vinda belum belajar," Vinda protes. Dia gak mau nunggu di apotik. Sama kakaknya, dia pilih nunggu di mobil.
Sampek rumah jam 10-an. Makan bareng. Kakak minum obat. Ayah ama Vinda sempet sorak, kakak bisa nelen pil. (Ini pekerjaan paling susah, buat kakak sih!).
Anak-anak nyiapin pelajaran. Bobok.
Besok, ayah harus berangkat kantor. Subuh.
Muchlis_ar@yahoo.com
Label:
Cerita Keseharian Kami
Inna Lillah wa Inna Ilaihi Rojiún
Leiden, 29 Feb 07
Dua minggu lalu ibu mimpi 3 gigi tanggal, sms ke omacan dan katanya kembang tidur. Nggak berani cerita ke ayah, takut bikin pikiran. Orang Jawa punya kepercayaan kalau gigi tanggal akan dengar berita duka cita. Ternyata sehari setelah mimpi itu, tgl 16 Feb 07 ayah tante Lies-Om Suryadi ,wafat di Padang (sobat karib yang tinggal di Belanda). Semalam suntuk tante Lies tidak tidur dan paginya bersibuk ke Schiphol mencari tiket untuk pulang ke Padang dengan gadis kecilnya Raisa.
Tiga hari kemudian dapat email:
Dear Yuni,I am sorry to inform you that Joost passed away at the 12th of January,the funeral was at the 17th. Fortunatly, he died peacefully and quietly at home in his sleep.Best wishes Jacqueline van der Schaaf (Joost's wife)
Joost pd thn 1986 pernah ke Pabelan mengajar bahasa Inggris dan pernah bikin diskusi setuju nggak santri thd teori Darwin (bahwa manusia pertama monyet bukan Adam). Ibu sering diskusi sama dia. Sejak 1999 ibu di Belanda, pernah coba lacak tdk pernah ketemu dan baru sebulan setengah sebelum dia meninggal, nemu di google dia sudah jadi profesor di Leuven Belgium. Begitu email dibalas, Joost cerita umurnya tinggal setengah tahun lagi karena kanker lidah . Ini cuplikan email yang ditulis oleh seorang yang sedang dying (sekarat) tapi clear mind: (4 Des 07, 40 hari sebelum meninggal)
"Dear Yuni,I am glad to hear you are doing so well, and that you are getting a PhD. I must say that at the moment I am quite ashamed of the attitude in Holland towards Islam. This is very different from when I left the country in 2000. From a scientific point this might actually be interesting to you, but I hope it does not affect you on a personal level! It is unfortunate you did not find me before my disease, because I would have liked to meet you very much. In my current condition, we cannot meet -- I hardly leave my house in Antwerp, and I hardly receive visitors. If, however, my condition would improve considerably, I will certainly let you know! The wis.kuleuven.be address is my daily email address. Best wishes,Joost.
Hari ini dikejutkan lagi dengan email dari Alfan Firmanto bahwa sobat karib, Agus Chaidir, juga meninggal. Agus teman sekelas di Pabelan (Angera:Angkasa Era), teman bercanda dan pintar photografi. Karena Juni Angera mau reunian di Pabelan, jadi Lily sang ketua berkali-kali ngingetin Agus harus jadi sie dokumentasi. Rupanya dia hari ini pergi, meninggalkan gadis kecil satu tahun, istri tercintanya dan kami-kami sahabat yang menyayanginya...Inna lillah.. Selamat jalan semua....kami berduka. Sangat!
Dua minggu lalu ibu mimpi 3 gigi tanggal, sms ke omacan dan katanya kembang tidur. Nggak berani cerita ke ayah, takut bikin pikiran. Orang Jawa punya kepercayaan kalau gigi tanggal akan dengar berita duka cita. Ternyata sehari setelah mimpi itu, tgl 16 Feb 07 ayah tante Lies-Om Suryadi ,wafat di Padang (sobat karib yang tinggal di Belanda). Semalam suntuk tante Lies tidak tidur dan paginya bersibuk ke Schiphol mencari tiket untuk pulang ke Padang dengan gadis kecilnya Raisa.
Tiga hari kemudian dapat email:
Dear Yuni,I am sorry to inform you that Joost passed away at the 12th of January,the funeral was at the 17th. Fortunatly, he died peacefully and quietly at home in his sleep.Best wishes Jacqueline van der Schaaf (Joost's wife)
Joost pd thn 1986 pernah ke Pabelan mengajar bahasa Inggris dan pernah bikin diskusi setuju nggak santri thd teori Darwin (bahwa manusia pertama monyet bukan Adam). Ibu sering diskusi sama dia. Sejak 1999 ibu di Belanda, pernah coba lacak tdk pernah ketemu dan baru sebulan setengah sebelum dia meninggal, nemu di google dia sudah jadi profesor di Leuven Belgium. Begitu email dibalas, Joost cerita umurnya tinggal setengah tahun lagi karena kanker lidah . Ini cuplikan email yang ditulis oleh seorang yang sedang dying (sekarat) tapi clear mind: (4 Des 07, 40 hari sebelum meninggal)
"Dear Yuni,I am glad to hear you are doing so well, and that you are getting a PhD. I must say that at the moment I am quite ashamed of the attitude in Holland towards Islam. This is very different from when I left the country in 2000. From a scientific point this might actually be interesting to you, but I hope it does not affect you on a personal level! It is unfortunate you did not find me before my disease, because I would have liked to meet you very much. In my current condition, we cannot meet -- I hardly leave my house in Antwerp, and I hardly receive visitors. If, however, my condition would improve considerably, I will certainly let you know! The wis.kuleuven.be address is my daily email address. Best wishes,Joost.
Hari ini dikejutkan lagi dengan email dari Alfan Firmanto bahwa sobat karib, Agus Chaidir, juga meninggal. Agus teman sekelas di Pabelan (Angera:Angkasa Era), teman bercanda dan pintar photografi. Karena Juni Angera mau reunian di Pabelan, jadi Lily sang ketua berkali-kali ngingetin Agus harus jadi sie dokumentasi. Rupanya dia hari ini pergi, meninggalkan gadis kecil satu tahun, istri tercintanya dan kami-kami sahabat yang menyayanginya...Inna lillah.. Selamat jalan semua....kami berduka. Sangat!
Langganan:
Postingan (Atom)